CHAPTER 7

3K 155 0
                                    

Jelena melangkah perlahan ke taman belakang menyusul sang menantu dan cucunya. Di sana, Alishaba sibuk membujuk Faith dan Elea untuk segera membersihkan diri. Namun, kedua balita tersebut tampak ngeyel tak ingin berpisah dengan hewan peliharaan.

"Sebentar lagi, Ibu. Elea mau di sini dulu." Anak kecil itu sibuk berlarian bersama sang kakak. Tak lupa dua ekor marmut gemuk menjadi target kejaran.

"Sudah magrib, Nak. Lihat matahari mulai tenggelam, nyamuk banyak berkeliaran." Lama-lama wanita itu geregetan apalagi tubuh keduanya mulai tercium aroma keringat. Rambut tipis mereka juga sudah lepek karena basah.

"Aa.. Kena. Sini-sini Faith yang gendong." Sang kakak mulai mengambil paksa marmut berwarna belang dari tangan Elea.

Dengan perasaan tak rela, Elea menyerahkan. Kondisi hatinya yang memburuk lantas beralih menuju ke tempat sang ibu yang masih menunggu.

"Mau mandi?" tanya Alishaba seakan mengerti kesedihan sang putri. Diusapnya kening mungil Elea yang penuh titik-titik keringat.

"Mandikan saja, Shaba. Biarkan Faith bersama mama."

Permintaan tiba-tiba dari sang mertua mengagetkannya. Alishaba tersenyum sungkan. "Lagi-lagi Shaba merepotkan mama."

Jelena tertawa kecil. "Bukan hal masalah. Pergilah."

Tak lama Faith dan Jelena tinggal berdua di halaman belakang.

"Nenek." Faith menatap heran.

"Taruh kelincinya ke dalam kandang ya. Nenek sebentar lagi mau pulang. Faith tidak ingin antar nenek ke depan?" Jelena menuntun sang cucu mengarah ke tempat para kandang.

"Pulang?" Faith bertanya meski begitu ia menurut saat marmut itu diambil alih sang nenek.

"Iya, Sayang. Nenek kan tidak tinggal di sini." Setelah menutup rapat kandang. Ibu dari Samson menggandeng tangan mungil Faith. Keduanya berjalan beriringan.

Tiba di dalam, tampak Baraq dan Samson yang telah berpakaian rapi rumahan sedang berbincang serius di sofa ruang keluarga ditemani dua cangkir teh dan camilan sehat. Mendengar langkah kaki, kedua pria berbeda generasi itu menoleh.

Sam tersenyum kecil melihat sang putri yang terlihat akrab dengan mamanya. Rasa yang dahulu menekan di dada kini berganti lega.

"Sam meminta kita untuk menginap," ujar Baraq seraya menyeruput teh hangat.

Kontan sang istri memandang tak percaya. "Menginap? Yakin kamu?"

Dikarenakan perbincangan semakin serius, Sam memanggil seorang pelayan untuk mengantar Faith ke lantai atas untuk di mandikan Alishaba.

Usai menyerahkan sang cucu pada pelayan, Jelena duduk anggun di samping sang suami. Sorot matanya menyipit menatap putranya.

"Terdengar tidak masuk akal kamu meminta kami tinggal."

"Apa mama keberatan?" Samson terlihat santai.

Decakan lirih terdengar. "Mama rasa kamu meminta kami menginap untuk dijadikan pengasuh."

Terkesan menyindir, akan tetapi nada suara Jelena terdengar bahagia.

"Hitung-hitung kita bisa menghabiskan waktu bersama anak cucu sebelum mereka pindah. Tak perlu protes." Baraq menengahi.

Mendengar persetujuan sang ayah, Samson mengangguk. Jemarinya yang memegang cangkir mengerat. "Sejujurnya ada sedikit hal yang akan aku bahas."

"Tumben?" Jelena tentu terkejut mengingat semenjak menikah kepribadian sang putra banyak berubah.

Life Recently [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang