"Kamu tidak keberatan jika aku sering di rumah daripada bekerja?" tanya Samson pagi itu usai menyelesaikan sarapannya.
Dahi Alishaba berkerut, pertanyaan Samson sepertinya berkaitan dengan undur diri dari perusahaan.
"Selagi kamu nyaman, aku tidak masalah."
Samson mengangguk. Sudah pasti, dia merasa nyaman. Bagaimana tidak, jika di rumah ada seseorang yang di sayang. Terlebih memiliki Alishaba adalah penantian panjang.
"Hari ini aku berencana meminta dokter gizi datang ke rumah. Kondisi kesehatan Faith dan Elea harus dipantau. Dan mengenai makanan, akan ada chef khusus yang menangani."
Mata Alishaba memburam mendengar betapa perhatiannya Samson pada anaknya. Padahal Faith dan Elea hanya anak sambung, tetapi dengan baiknya Samson memperlakukan secara istimewa. Mana mungkin Alishaba tak tersentuh hatinya.
Baginya, ketika wanita berstatus janda seperti dirinya mempunyai seorang anak. Tidak ada hal yang lebih penting kecuali masa depan sang anak. Untuk masalah pasangan pun, Alishaba menginginkan pria yang tak hanya mencintainya, tetapi juga menerima buah hatinya.
"Terima kasih, Sam. Aku berhutang banyak sama kamu."
Pria itu menatap dalam. "Untuk seseorang yang dicintai, tidak ada yang namanya hutang."
Wanita dengan gaun terusan putih gading selutut tersenyum kecil. "Ya, kamu benar."
"Ibu! Ayo ke kolam renang. Faith dan Elea ingin berenang."
Suara imut anak Alishaba menghentikan pembicaraan keduanya. Samson dan Alishaba memang masih di kediaman orangtua. Rumah milik Jelena dan Baraq memiliki fasilitas kolam renang besar dan lengkap.
Alishaba menoleh lalu mengangguk. "Tapi sebentar saja ya. Karena jam sepuluh nanti, kita sudah harus pulang."
"Iya, Ibu."
"Baik, Ibu."
Melihat antusias kedua anak sambungnya, Samson lantas mendekat. "Bagaimana jika berenangnya ditemani papi?"
"Iyakah?" tanya Elea meragu. Perlu diketahui saja jika anak itu belum pernah mandi ditemani lelaki dewasa, tak terkecuali dahulu ketika bersama ayah kandungnya.
Karena kedua anaknya masih tampak tak leluasa, Alishaba langsung menunduk menatap kedua putrinya. "Benar, Nak. Papi itu jauh lebih kuat, papi mampu menjaga kalian berdua di kolam. Mau ya, Sayang?"
Perlahan, Faith dan Elea mengiyakan. Dari keyakinan sang ibu, kedua anak itu tak lagi takut dan ragu. Bahkan begitu mereka tiba di kolam, Faith dan Elea sangat lincah dan bergembira bermain di sana.
Alishaba terkekeh melihat penampilan putrinya yang mengenakan kostum renang lucu. Tak hanya itu, ada ban bebek pelampung mengapung di sana. Semua berkat Miranda, adik dari Samson tidak segan membeli semua keperluan Faith dan Elea.
"Baru kali ini, mama melihat Samson sehangat itu."
Alishaba menoleh usai mendengar suara Jelena. Kini mereka memantau Samson tampak begitu sabar meladeni Faith dan Elea yang tidak mau diam. Anak itu jelas sedang bersenang-senang.
Jelena menyentuh pundak menantunya. "Dilihat dari perubahan anak itu. Mama percaya kamu sumber bahagianya Samson, Shaba."
Jujur, meski sering menerima kalimat pujian, Alishaba justru sedikit kurang nyaman. Wanita itu merasa tak seistimewa itu sampai-sampai dicintai Samson begitu luar biasa.
"Shaba harap, Samson tidak menyesal mencintai aku, Ma."
Hanya itu, jawaban Alishaba.
Jelena tersenyum tipis seraya menepuk lembut bahu menantunya. "Jangan merasa rendah diri. Kamu berhak bahagia bersama anak-anak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Life Recently [END]
RomanceKalau saja saat itu Alishaba menerima pinangan Sam, ia tidak akan terlantar dengan keadaan memiliki anak kembar. Mantan suami yang dahulu paling ia harapkan, ternyata hanya membawanya pada sebuah kesengsaraan. Tubuh kecil putri kembarnya, tampak lay...