CHAPTER 5

3.9K 211 4
                                    

Setelah dua hari libur ke kantor, Sam memutuskan untuk datang pagi ini guna menyelesaikan beberapa pekerjaan sebelum kelak diambil alih oleh Miranda. Tak hanya itu, nantinya akan ada meeting besar-besaran bersama para jajaran direksi perkara pergantian pimpinan perusahaan.

"Selesai urusan di kantor, aku ingin membawa kamu dan anak-anak ke suatu tempat." Pintanya pada sang istri selagi Alishaba sibuk membenahi jas yang berkerut dibagian bahu.

"Boleh. Kami akan ikut kemanapun kamu pergi." Perempuan itu tersenyum tipis. Keduanya berdiri berhadapan.

"Terima kasih, aku yakin kali ini kalian tidak menyesal." Setelahnya Samson mengusap lembut pipi Alishaba. "Aku akan berangkat."

"Jangan lupa pamit sama anak-anak."

Pria berpakaian rapi itu mengangguk mengiyakan. Melangkah lebar menuju ruang makan diikuti Alishaba, di sana sudah ada Faith dan Elea ditemani dua pelayan.
Mengetahui kedatangan kedua orangtua, anak-anak itu menoleh lalu tersenyum gembira.

"Anak-anak, Papi hari izin berangkat kerja ya." Samson menginterupsi sambil mendekati Faith, Elea. Lalu dikecupnya kening mereka satu per satu. "Sarapan yang banyak, habiskan juga susu hangatnya. Oke."

Mata bulat mereka kontan meredup mendengar perkataan pria itu. Terlebih Elea yang akhir-akhir ini nyaman bersama papi barunya.

Seakan mengerti kegelisahan sang anak, Alishaba lantas mendekat. Ditatap sayang Faith dan Elea bergantian. "Papi tidak lama, Sayang."

"Benarkah, Ibu?" Faith memastikan dengan pandangan berbinar. Sang adik pun ikut-ikutan mengangguk tak sabaran.

"Tentu benar. Pulang nanti, Faith dan Elea ingin dibawakan apa?" Kini beralih Sam bertanya.

Perkataan Sam mendapat gelengan tak setuju dari istrinya. Alishaba menyentuh lengan pria itu. "Nanti mereka kebiasaan."

"Tidak apa-apa. Kamu percaya sama aku kan?"

Menghela napas panjang, wanita itu mengangguk tidak lagi menyanggah. Mungkin dengan melakukan hal seperti itu bentuk kasih sayang Sam pada sang anak. Tentu, ia tidak akan menghalangi. Lagipula pasti suaminya lebih paham mana yang pantas dan tidak.

"Katakan pada papi. Faith dan Elea ingin boneka, es krim, buku gambar, atau yang lain?" Sam bertanya lagi.

Kedua anak itu tampak berpikir. Namun, yang paling menarik perhatian adalah makanan manis. "Es krim saja, Pi." Faith menjawab, Elea berseru tepuk tangan tanda setuju dengan gagasan sang kakak.

Lantas, Alishaba geleng-geleng mendengarnya. Anak kecil seperti mereka yang dulunya jarang konsumsi makanan manis jelas girang ditawari secara cuma-cuma.

"Baiklah, papi akan membeli untuk anak-anak manis ini."

Tak lama kemudian usai berpamitan, mobil hitam yang ditumpangi Sam perlahan berjalan meninggalkan kediaman.

***

Miranda Vittori, anak bungsu dari Baraq dan Jelena tengah bersiap. Wanita bertubuh semampai dengan raut wajah ciri khasnya yang datar, terdiam cukup lama di depan kaca rias. Ia tersenyum kecil mengingat sebentar lagi hidupnya tak lagi sama. Akan ada banyak beban ditanggung di pundaknya.

Namun, semua itu adalah keinginannya. Samson sang kakak tak pernah sekalipun memaksa. Justru, ia iba melihat kakaknya dulu hanya sibuk bekerja hingga lupa pada kehidupan asmara. Sampai waktu pembicaraan mereka dua bulan yang lalu ketika mengetahui kondisi cinta pertama sang kakak, Sam mulai mengeluarkan taringnya.

Pria itu sakit hati mengetahui kenyataan hidup Alishaba, lantas tanpa pikir panjang dia mengambil jalan pintas dengan cara menyingkirkan dan mengancam Leo-mantan suami Alishaba. Tidak peduli sedikit menaruhkan jabatan dan keuangan, Alishaba harus hidup nyaman bersamanya.

Life Recently [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang