bab sebelas

238 6 0
                                    

Wajah cowok itu berubah panik ketika mendengar Luna yang terus muntah di balik pintu kamar mandi,tak lama pintu nya terbuka,wajah Luna terlihat sangat pucat,bibirnya bergetar.

"Lo gak papa?"tanya Al dengan memasang wajah khawatir nya.

Luna hanya menggeleng pelan sembari memegangi perut nya,gadis itu berjalan kearah meja makan dan duduk disana.

Al menyodorkan segelas air hangat kehadapan gadis itu yang langsung di terima oleh Luna.

"Muka Lo pucat banget"ucap Al.

"Aku pusing banget"

"Mau ke dokter?"tawarnya.

Luna menggeleng"gausah,nanti juga sembuh"tolaknya.

"Dua hari ini Lo muntah terus kenapa sih?"

"Gue udah lama kayak gini,semenjak satu Minggu yang lalu"jawab Luna,Al hanya diam tak bereaksi apapun.

"Makan tuh martabaknya"titah Al,menunjuk kearah martabak yang sedari tadi belum Luna sentuh sedikitpun.

"Gue gak mau,udah gak nafsu"ucap Luna,sedikit menggeser martabak berselai durian itu sedikit lebih jauh darinya.

Al berdecak,ternyata gadis itu hanya mempermainkan nya,lain kali jika Luna memerintahkan nya lagi ia tidak akan Sudi menurutinya jika tau begini.cowok itu terpaksa mengambil martabak tersebut dan memakan nya walau sebenarnya dia tidak suka dengan aroma durian,dari pada tidak di makan sama sekali Al tak mau usahanya di buang cuma cuma,cowok itu sudah mau menurunkan gengsi nya demi bisa membeli makanan tersebut.

_

Selesai bekerja,Sahila melepas Safron yang ia pakai diatas meja,ia mengistirahatkan tubuh nya di sebuah kursi yang kosong,rasanya hari ini cukup melelahkan banyak pelanggan yang datang ke kafe  membuat Sahila kewalahan bahkan sampai ada pesanan yang tertukar.

Jarum jam sudah menunjukkan pukul setengah tujuh malam,itu artinya kafe akan segera di tutup,hari hari biasanya kafe tidak pernah tutup sampai malam begini paling sore pun sudah di tutup,Sahila berdiri menghampiri Audi yang masih berada di meja kasir.

"Mbak,aku izin pulang duluan ya"pamit nya.

Audi mengangguk dan tersenyum"hati hati ya sa"

"Oke mbak!"balas Sahila setengah berteriak karena ia sudah keluar kafe duluan.

Malam ini ia akan pulang menaiki grab yang baru beberapa menit ia pesan,sambil menunggu dia mengecek ponsel nya.ada beberapa panggilan tak terjawab dari ibunya,Sahila mengerutkan kening, tidak biasanya Rahayu menghubungi nya sampai belasan kali seperti ini.

Saat Sahila akan kembali menghubungi nya,grab yang ia pesan datang gadis itu mengurungkan niatnya dan memasukan ponselnya kedalam tas.

Beberapa menit, akhirnya ia pun sampai di depan rumah sebelum pergi tak lupa juga dia membayar ongkos terlebih dahulu,tiba tiba matanya tak sengaja melihat sebuah motor yang terparkir di dalam rumah nya.Sahila kenal siapa pemilik motor tersebut,ada tujuan apa dia datang kemari malam malam seperti ini?.

Tak mau terus penasaran,Sahila sedikit mempercepat langkah nya,sampai di depan pintu ternyata dugaan nya benar, seseorang itu ada disana bersama dengan kedua orang tuanya.

"Kau sudah pulang nak?"tanya Rahayu,Sahila mengangguk dan menghampiri ibunya untuk bersalaman.

"Iya bu"

Alvendra hanya diam saja sambil melirik kearah Sahila,jika saja ini bukan atas perintah ayah nya ia tidak akan mau menjemput gadis itu untuk pulang kerumah nya lagi.

"Kak Al tumben datang kesini mau ngapain?"tanya Sahila.

"Jemput Lo"balas Al singkat padat jelas.

Sahila mengernyit tak mengerti,bukan nya waktu itu Al yang mengusirnya lalu sekarang kenapa cowok itu yang menjemputnya kembali.

AlvendraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang