bab dua puluh empat

209 7 0
                                    

Di sebuah ruangan tanpa atap terdapat dua orang remaja sedang berdiri disana dengan pandangan yang lurus kebawah menatap beberapa orang yang sedang melakukan latihan basket di bawah sana.

Sudah hampir sepuluh menit mereka diam tanpa suara,hingga akhirnya Devan memutuskan untuk bertanya,cowok berkulit putih itu menoleh ke samping,melihat Sahila yang sedang memejamkan mata,menikmati semilir angin yang menerpa wajah nya,melihat itu devan diam diam tersenyum.

"Kenapa Lo ngajak gue ke sini kalo cuma buat diem dieman?"Sahila membuka matanya menatap Devan dengan memohon.

"Aku mau minta bantuan kamu Dev"ujar gadis itu.

"Bantuan?"ulang Devan.

"Iya"

"Bantuan apa?"

Sahila menghela nafas berat lalu menyelipkan sebagian anak rambut yang menutupi wajahnya karena tertiup angin."aku mau mengajukan perceraian secepatnya sama kak al"

"Terus gue harus bantuin Lo apa?"

"Bantuin aku supaya bisa cepat cepat pergi dari hidup kak Al"jawab Sahila.

Devan membuang nafasnya kasar lalu menggeleng."gue engga bisa"

"Kenapa engga bisa?"

"Ini rumah tangga Lo,gue gak mau ikut campur"

"Kamu tau Dev? Kehadiran aku di hidupnya cuma jadi pengganggu hubungan dia dan kak Luna"jelas Sahila,Devan hanya diam mendengarkan.

"Kak Luna hamil anak nya kak Al,dan sebentar lagi kak Al bakal nikahin kak luna.kamu tau perasaan ku gimana? Sakit Dev,walaupun aku gak punya rasa cinta sama dia tapi tetep aja aku engga terima"lanjut gadis itu menjelaskan sembari menahan air mata yang hendak jatuh.

Devan shok mendengar itu,dia benar benar tak habis pikir dengan jalan pikiran laki laki yang bernama alvendra itu,bisa bisa nya dia menyakiti satu hati perempuan demi bisa membahagiakan perempuan lain yang bukan istrinya.

Kalau sudah begini mungkin tidak ada salah nya dia membantu gadis itu untuk segera keluar dari posisinya sebagai istri namun tidak di anggap kehadiran nya.

Cowok itu sedikit menundukkan kepalanya,melihat Sahila yang sedari tadi terus menundukkan kepalanya,bahu gadis itu bergetar,tanpa di jelaskan Devan sudah tahu bahwa gadis itu sedang menangis.dia mendekat,membawa tubuh mungil gadis itu ke pelukan nya.

"Tolong bantu aku Dev"ujar gadis itu di sela sela tangis nya.

Devan mengangguk walau Sahila tak dapat melihatnya."oke gue bakal bantuin Lo,tapi ada syarat nya"

Sahila melepaskan diri dari pelukan Devan."apa syaratnya?"

"Berhenti nangis,gue benci liat cewe nangis"ujar Devan,dengan semangat Sahila segera menghapus air matanya hal itu membuat Devan tersenyum,gadis ini sangat menggemaskan.

"Kamu beneran kan mau bantu aku?"

"Iya,gue bakal bantu Lo"

Mendengar itu Sahila langsung menarik kedua ujung bibirnya dengan sempurna lalu memeluk tubuh Devan."makasih Dev"

Devan membalas pelukan gadis itu,satu tangan nya terangkat mengusap pelan pucuk kepala Sahila lembut.

Namun tiba tiba Sahila teringat sesuatu dia buru buru melepaskan pelukan nya dan sedikit menjauh."maaf Dev aku engga sengaja"

Jujur Sahila sangat malu sekali untuk pertama kali dalam hidupnya dia memeluk seseorang dengan tidak sadar nya,sementara itu Devan hanya terkekeh pelan melihat reaksi gadis itu.

"Lo lucu"

"H-hah?"

"Lo lucu"ulang Devan semakin membuat Sahila salah tingkah.

AlvendraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang