bab 3. doa

159 8 0
                                    

sekolah pun selesai kini aku berdiri di halte ini lagi dan lagi, saat sedang memerhatikan sekeliling dan mendapati abyan yang sedang menuju ke arah sini

kali ini dia berbeda, rambutnya acak acakan dan terlihat raut wajah yang sedih
entah apa yang dia alami kali ini, wajahnya begitu kusam seakan akan ini adalah hari yang paling buruk untuk nya

dia berdiri di sampingku sesekali aku menoleh ke arahnya, saat aku ingin menoleh sekali lagi tiba tiba mata kami bertemu.

"apa?"

"gak papa"

"naksir?"

"dih, pede banget"

Ya Allah kenapa ada saja hambamu seperti abyan untung saja taksi ku sudah sampai
aku bergegas memasuki taksi tanpa menoleh atau mengucap satu katapun pada Abyan

"hati hati"

tidak, aku tidak menjawabnya karena sudah terlanjur kesal padanya. bisa bisanya ada pria sepede dia, amit amit deh suka sama orang kepedean

sesampainya di rumah aku langsung membersikan diri, aku yang merasa bosen pun akhirnya memilih untuk ke taman, menikmati langit sore yang cantik.

aku duduk di kursi taman, cantik, ada banyak bunga yang memang di rawat dengan sepenuh hati.

"sedang apa?"

"Astaghfirullah, abizar! kamu bisa tidak sebelum bertanya salam dulu"

"Assalamualaikum"

"Wa'alaikumussalam"

abizar duduk di depanku, entah apa maksudnya itu tetapi aku senang juga bisa berinteraksi dengan nya. aku kepikiran untuk jujur soal doaku padanya.

"zar, doa tahajud itu emang lama ya di kabulkan?"

"gak ada yang lama jika kita menunggu dengan sabar, memangnya kamu doa apa?"

"seseorang"

"cowok? kamu minta jodoh lewat salat tahajud?"

"hehe, aku kagum soalnya"

"Oh, saya juga gitu"

"kamu minta jodoh?"

"engga, lupain"

"kalo misalnya ada seseorang yang doain kamu dalam diam reaksi kamu apa?"

"asalkan doa yang baik baik gapapa"

"Oh"

"saya pulang dulu, kamu jangan terlalu sore disini, Assalamualaikum"

"eh mau kemana?"

"ada urusan"

"gitu ya, Waalaikumsalam"

abizar perlahan menghilang, aku pun mulai berdiri untuk pulang karena hari juga sudah semakin sore. meskipun ingin menikmati sunset di taman tapi aku rasa itu akan memakan waktuku apalagi bunda dan ayah akan segera sampai

"woi zahra"

saat ingin pergi tiba tiba ada seseorang yang memanggil namaku, sangat tidak asing suaranya di telingaku dan benar saja itu abyan mau apa dia kesini? aku memutar bola mataku kerena malas untuk menanggapi kepedean nya.

"kamu? ngapain kamu kesini?"

"ya suka sukalah lagian ini taman di buka khusus umum kan?"

"ya"

"lo mau pulang ya?"

"ya"

"ya mulu perasaan, mau gua anter?"

"gausa, terimakasih"

"gua mau bicara sama lo"

"apa? kalo ga penting gausa"

"penting ini, gua mau minjam nama"

"nama siapa?"

"ya nama lo masa nama kakek lo"

"untuk? kalo mau di kasih ke diler aku ga izinin"

"kocak ya ga lah, itu gua mau pakai buat-"

"gabisa, permisi"

"kenapa gabisa? gua juga belum ngomong kan? main jawab aja"

"ya gabisa, udah aku mau pulang"

"gua anter ya?"

"jangan heh!"

"gamau, gua tetap mau ikut, haha"

"minggir gak!"

"gak, gua mau ikut lo, mau tau lo tinggal dimana"

"ih gajelas, sana sana."

pria ini benar benar membuatku darah tinggi sekarang, dia menghalangi jalanku dan tetap kekeuh untuk ikut pulang denganku. benar benar menyebalkan, entah apa yang dia inginkan sekarang tapi aku tetap menerobos jalan nya, terserah dia mengikuti ku dari belakang itu bukan urusanku.

aku berjalan cepat tapi Abyan masih tetap saja mengikuti ku dari belakang, anak itu benar benar sudah hilang akal. tapi kasian juga melihat wajahnya yang memelas seperti seekor kucing tidak di kasih makan
aku berhenti dan membalikan tubuhku ke arahnya.

"pulang sana"

"gak, gua anterin lo"

"dih, kalo ayah sama bundaku lihat nanti dikira kita ada hubungan"

"emang iya"

"apaan sih, kamu nakal banget"

"kalo gua nakal mungkin gua udah copet tas lo"

"terserah deh"

"emang terserah, jadi gua mau anterin lo pulang, kan terserah"

aku tidak memperdulikan abyan biar saja dia mengikuti lagian ayah pasti akan menatap nya tajam kepadanya

«rumah»

"Ini rumah lo? besar juga ya"

"udah kan? pulang sana"

"eh belum masu-"

belum sempat abyan berbicara tiba tiba sudah ada abizar di depan rumahku, aku terkejut karena abizar tidak pernah masuk ke dalam rumah jika ada aku

"ekhem, baru pulang?"

"i iya"

"ini siapa?"

"bukan siapa-siapa"

"oh, permisi ya"

apa apaan itu? ada apa dengan abizar? dia cemburu? ah tapi mana mungkin seorang abizar seperti itu sangat sangat tak masuk akal

"itu siapa?"

"abizar, udah kamu pulang sana nanti ayahku lihat"

"iya, Assalamualaikum"

"wa'alaikumussalam"

wajahnya terlihat datar sekarang tapi aku tidak perduli lagian siapa suruh mengikuti ku ke rumah, jika ada apa apa tinggal bilang saja tidak usah mengikutiku sampai ke rumah.

CINTA DI SEPERTIGA MALAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang