bab 13. teman pondok

96 4 0
                                    

sudah seminggu setelah lamaranku selesai kini aku kembali masuk berkerja seperti biasa menjadi guru di madrasah Tsanawiyah.

aku yang saat ini sedang berada di dalam ruangan tiba tiba menerima telpon dari nomor yang tak di kenal, awalnya sudah aku tolak tapi telpon itu terus saja berdering membuatku kesal sendiri.

"halo?"

"gua sayang sama lo
ayo ketemu za"

"abyan?"

"za kali ini aja, sebelum
pernikahan lo tiba izinin
gua buat ketemu sama ortu lo"

"gua mau seriusin lo za"

"ngga abyan.
keputusan ku udah bulat"

"zahra gua mohon"

"gak. abizar cinta pertamaku
tolong berhenti abyan"

aku mengakhiri percakapan dan langsung memblokir nomor abyan, hatiku sedih mendengarnya tapi jujur aku gak bisa ngubah takdir, aku juga sudah suka takdir aku yang sekarang yaitu di persatukan dengan abizar.

tok tok

"masuk"

"assalamualaikum"

"Wa'alaikumussalam, ezai ya?"

"iya, maaf menganggu tapi ini ada kiriman surat tadi ada tukang pos yang anterin ini ke saya katanya atas nama azzahra"

"surat dari siapa?"

"gatau, coba buka"

aku membuka surat itu dan membaca seluruh isi suratnya.

to:Azzahra
from: Abyan

"gua gatau apa yang buat lo ngejauhin gua dan blokir semua kontak gua za, apa karna gua suka sama lo? atau karna gua ga sepandai calon suami lo? apapun itu gua benar benar cinta sama lo za. emangnya gua salah ya kalo naruh perasaan sama lo? gak kan? gua gapernah minta buat rasa ini tumbuh. kalo emang gua gabisa milikin lo berarti abizar juga gak akan pernah bisa! gua harap lo berubah pikiran dengan apa yang lo buat sekarang."
______________________________

ngga ada yang salah dari kamu abyan tapi emang cintaku hanya untuk abizar- batinku

aku merobek surat itu dan membuangnya ke tempat sampah, aku tidak ingin jika kisah cintaku dan abizar di ganggu oleh orang lain, memangnya apa susahnya berteman? kita masih bisa berkomunikasi dengan baik kan? lagi pula berteman itu sudah cukup bagiku tapi tetap saja abyan kekeuh untuk terus memaksa ku menjadi pendamping nya.

"kenapa di robek?"

"gapapa, gapenting"

"Oh, kamu gak pulang?"

"ini mau tapi gatau naik apa"

"aku anterin?"

"gak usah, nanti dia marah"

"siapa?"

"calonku"

"oh punya calon? namanya?"

" Abizar Ayaan Darya"

"loh izar? Ya Allah itu teman ku masa pondok dulu, kamu istrinya?"

"mau jadi istrinya, kamu kenal?"

"iya, aku anterin aja sekalian silaturahmi sama dia"

"ga us-"

"gapapa aku juga udah mau nikah sama kaya kalian"

aku tetap menolak karena takut kalau abizar akan mengoceh ku lagi, ezai tetap ikut tapi aku naik ojek sedangkan dia ngikut dari belakang agar terbebas dari salah paham.

sesampainya dirumah aku langsung di sambut oleh keluarga yang sedang membicarakan pernikahan ku dengan abizar, abizar melihatku dari atas sampai bawah seolah olah mengintrogasi ku.

"apa kamu?"

"kenapa lama sekali?"

"ini aku sama cowok loh"

"mana cowonya? biar saya hajar"

"heh jangan dong"

aku memanggil ezai untuk masuk ke dalam rumah dan bergabung bersama.

"Assalamualaikum"

abizar berdiri dan langsung menghampiri ezai yang sedang berdiri di dekatku, ternyata mereka sangat dekat sampai sampai berpelukan di depanku, aku merasa geli sendiri jadinya tapi sedikit panas juga karena hanya ezai yang di peluk sedangkan aku tidak.

"Apa kabar zai?"

"Alhamdulillah, kamu bagaimana?"

"Alhamdulillah baik juga, sibuk apa sekarang?"

"jadi guru madrasah sama kaya istrimu"

abizar menatapku sinis sekarang aku ingin tertawa saat dia menatapku seperti itu

"apa sinis sinis? zai itu mau nikah jadi gausa takut kalo aku di ambil"

"b bukan, ampun deh kamu ini to the point banget"

ezai mengelus punggung abizar, abizar dan zai pernah satu kamar waktu di pondok dulu maka dari itu mereka sangat depan bahkan punya cita cita ingin memiliki istri sholehah.

"aku gamungkin gitu zar, sumpah."

"saya tau zai, kamu mau nikah?"

"iya haha jangan lupa datang ya"

"Masya Allah, insya Allah datang"

"oh iya zar aku gabisa terlalu lama nih jadi mau pamit dulu soalnya ada urusan lain juga, senang bisa bertemu kembali, sehat terus buat kamu sama zahra dan sekeluarga"

"Aamiin ya Allah, kembali juga untukmu"

ezai pun pamit dan aku segera memberi tahu apa yang terjadi padaku tadi, bahwa abyan mengirimkan aku surat. aku sempat memfoto nya untuk di tunjukan pada abizar.

"tapi kamu gak mungkin kan?"

"engga lah, gila kali, kamu itu satu satunya orang yang ada di hati aku"

"saya harap gitu namanya perempuan past-"

"nih makan"

aku menyumpal mulut abizar dengan tomat karena aku tau dia akan menuduh bahwa aku masih memikirkan abyan dan dia akan membuat raut wajah sedih, lucu sekali tapi aku gemas sendiri melihatnya seperti bayi tak di kasih mainan.



CINTA DI SEPERTIGA MALAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang