bab 11. lamaran

121 4 0
                                    

beberapa bulan berlalu saat abizar berani mengajak aku untuk menjalani proses Taaruf sebelum menuju ke jenjang pernikahan. kini abizar sedang kembali ke pesantren untuk meminta kiai untuk datang menjadi wakil untuk proses melamar, beberapa bulan ini pun abizar dan aku di larang untuk bertemu kecuali saat di temani antara anggota keluarga.

kiai mengirimkan aku surat, aku terharu membaca surat tersebut sekaligus kaget karena abizar adalah anak dari kiai. sebelumnya dia di rawat oleh om dan tante nya dan akhirnya memilih untuk tinggal sendiri karena tante dan om nya sudah tiada.

{untuk azahra dari saya}

Assalamualaikum azahra....

saya sudah dengar banyak tentang kamu dari cerita abizar sungguh saya kagum padamu, kamu adalah perempuan berhati mulia dan saya percaya bahwa kamu akan menjadi istri yang baik untuk abizar putra saya. jaga dia dengan baik ya azahra maaf jika putra saya memiliki kesalahan untukmu, saya senang bisa mengirimkan kamu pesan, oh iya abizar memperlihatkan fotomu pada saya dan ternyata subhanallah kamu begitu indah seperti istri saya, saya harap kamu bisa menjadi ibu dan istri yang baik pada abizar sama seperti namamu.

aku tak percaya bahwa ayah abizar sebaik itu padaku padahal dia baru melihatku lewat foto yang di perlihatkan oleh abizar
aku menyimpan surat itu di botol kaca yang sangat cantik agar jadi bukti bahwa aku sudah mendapatkan restu dari Allah dan ayah abizar.

"nak ayo belanja bareng bunda yuk buat lamaran dan pernikahan kamu"

"mau bunda tapi ayah ngelarang"

"Astaghfirullah bunda lupa sayang, yasudah nanti bunda panggil oma saja"

"baik bunda, hati hati dijalan"

saat ini keluarga ku sedang mengatur proses lamaran begitupun dengan abizar
aku tidak percaya bahwa aku dan abizar akan secepat ini untuk menyatu, begitu indah rencana Allah padaku. aku harap keindahan itu akan selamanya jatuh pada keluarga ku.

beberapa jam terlewati akhirnya lamaran tersebut di mulai, aku yang sedang di hias oleh mua di kamarku dan ayah yang sedang menyambut para keluarga besar.

"za sudah siap?"

"udah tapi aku grogi"

"apaan sih orang udah cantik gini masih grogi aja, seharusnya abi yang grogi lihat bidadari"

"alia bisa aja"

aku di buat tersenyum oleh alia, alia sepupuku dia juga yang bantu aku memilih dress yang cocok untuk wanita muslimah seperti ku karena kebetulan dia punya butik untuk dress wedding jadi dia pandai untuk memilih.

sambutan sudah terdengar di telingaku
aku mengintip dan melihat abizar dan keluarga nya sudah ada di ruangan, kata demi kata di keluarkan kini telah sampai dimana aku sebagai calon wanita di panggil untuk menuju ke ruangan.

"Az-zahra Nasha Razeta"

berat sekali untuk melangkahkan kakiku untuk keluar rasa grogi dan sedih telah ku tahan dari pagi tadi.

"gapapa tenang aja, pelan pelan keluar sama aku ya za?"

"iya alia, tolong ya"

"aduh siapa si yang gamau nolongin pengantin cantik kaya kamu"

"Masya Allah, yaudah ayo"

dengan di bimbing oleh ayah dan bunda tak lupa juga alia dan sepupuku lain nya
akupun bisa keluar dari kamar, satu persatu melihatku tapi pandangan ku fokus ke depan melihat abizar dia sangat tampan dan berwibawa.

lamaran dan tujuan keluarga sudah selesai kini tinggal menunggu abizar menyampaikan maksud kedatangan nya dan tujuan dia melamar ku.

"Az-zahra Nasha Razeta, nama yang selalu saya sebut dalam sepertiga malam, nama yang selalu saya sebut pada illahi sebelum saya menjalankan ta'aruf dan lamaran
namanya selalu saya selipkan dalam doa saya dan dengan izin sang kuasa doa saya di ijabah sehingga saya berani untuk melamarnya"

"bapak dan ibu dari Az-zahra sesungguhnya saya kesini untuk melamar putri kalian karena putri kalian lah yang menjadikan saya berani untuk datang kesini maka dari itu saya meminta izin pada bapak dan ibu selain izin Allah izin bapak dan ibu juga sangat saya butuhkan
apakah para keluarga dan tentunya orang tua Az-Zahra bisa melepaskan Az-Zahra pada saya?"

"saya sebagai ayah dari putri saya yang bernama Az-zahra Nasha Razeta ingin
mewakilkan seluruh keluarga dan juga bunda dari putri saya, saya dan keluarga besar sangat menghormati tujuan kamu datang melamar dan selain itu karena saya sudah mengenalmu sejak lama maka dari itu saya bisa mempercayai jika kamu adalah pria yang baik dan pantas bersanding dengan putri saya tetapi sebelum itu saya sebagai ayah juga membutuhkan jawaban dari putri saya"

aku menatap abizar yang saat ini duduk di depanku dengan di dampingi oleh orang tuanya, aku menangis saat menatapnya
senang, terharu, semuanya aku rasakan saat ini.

"Terima kasih atas niat Abizar Ayaan Darya untuk melamar saya. Insya Allah dengan restu Ayah dan Ibu, saya bersedia menerima kamu sebagai calon suami dan imam dari bahtera rumah tangga yang akan menuntun saya menuju surga"

"Saya memang tak seberani seperti perempuan lain untuk mengatakan rasa cinta tapi perempuan lain belum tentu bisa seperti saya yang selalu berdoa pada Allah untuk sehidup semati dengan abizar Ayaan Darya, saya juga tidak pandai untuk mengungkapkan rasa langsung tetapi saya bisa berada disini karena saya selalu mengungkapkan perasaan saya melalui langit"


CINTA DI SEPERTIGA MALAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang