bab 4. pengakuan

145 7 0
                                    

di koridor sekolah aku berjalan sambil melihat suasana sekolah, hal ini membuatku sedih karena sebentar lagi aku akan lulus dan tak bisa se sering mungkin bertemu aziza

"dia lagi"

aku ingin kabur tapi abyan bisa langsung mengenaliku akhirnya dia memanggil namaku, saat pertemuan di halte yang kedua kalinya abyan jadi semakin mengenal ku, sedangkan aku tau tentang dia saja gak tapi dia cukup lucu dan baik.

"Zahra zahra"

"apa?"

"mau kemana?"

"keliling sekolah"

"ikut gua yuk? ada yang ingin aku bicarakan sama lo"

"kemana?"

"disitu"

aku menyetujui ajakan abyan karena mungkin saja memang itu hal yang penting? tapi entahlah kita lihat saja.

"ini keluarga gua"

aku tidak tau apa yang di maksud abyan
tapi setelah memperlihatkan foto itu dia langsung tertunduk, mungkin saja menangis, aku juga ingin menanyakan kenapa dengan foto keluarga nya tapi untuk sekarang mungkin jangan.

"wah kamu anak pertama?"

"gua punya kakak tapi dia pisah sama kita, gua gatau dia dimana jadi gua yang gantiin posisi jadi anak pertama"

"kakak? cewek apa cowok?"

"kata bokap dia cowok, gua harap dia bisa cepat pulang karena gua udah gak sanggup jadi anak pertama wkwk"

abyan terlihat sedih di hadapan ku, aku rasa dia memang benar benar gak sanggup menggantikan posisi kakak nya itu. hanya bisa berdoa agar dia dan kakak nya bisa di pertemukan secepatnya

"yah gitulah kehidupan kalo gak kuat ya hanya bisa ya Allah ya Allah sambil nangis"

"lo lucu gua suka"

"HAH!?"

"yaelah santai kali"

"ya makanya jangan enteng gitu ngomongnya keliatan banget playboy nya"

"tapi serius loh gua emang suka sama lo"

"..."

"kenapa? gaboleh? padahal gua sering nyebut nama lo waktu sedih"

apa apaan ini? anak ini baru kenal 3 hari aja udah berasa kenal setahun, main suka suka aja dia gatau aja aku mengharapkan orang lain.

"gak lucu ya"

"mau pacaran gak?"

"pacaran aja sama setan"

"gitu amat lo"

"ya, udah ah aku mau ke kelas, bye"

"gua juga, sampai ketemu di halte ya"

aku tidak menjawabnya, aku terus memikirkan ucapan abyan dari tadi
tapi emangnya bisa gitu? siapa tau aja mustahil kan, aku gamau buat anak orang nangis karena ku haha.

suasana kelas kali ini sunyi karena semuanya sedang fokus dengan ujian
aku? aku santai kok meskipun tegang dikit, kali ini mataku sedang mencari letak aziza, dia tidak terlihat dari tadi atau bisa saja dia ke kantin.

"zivi"

"ada apa zahra?"

"kamu dari mana? habis ke kantin ya? kok gak ngajak sih"

"eh enggak loh aku dari ruang osis, kamu belum pulang?"

"pulang? ini masih pukul 13:42"

"disuruh pulang cepat hari ini karena guru guru ada acara gitu, yuk ke gerbang"

"seriusan? asik asik"

aku pun membereskan meja dan langsung menuju ke gerbang bersama aziza, saat berpamitan dengan aziza akhirnya aku menuju ke halte.

aku segera memesan taksi karena hari sudah mendung tapi aku merasa ada yang kurang ternyata abyan tidak ada di halte
sampai taksi datang pun dia tidak menampakkan dirinya disini.

"Assalamualaikum"

"wa'alaikumussalam zar"

"kenapa turun disini?"

"gapapa"

"senyum itu ibadah"

"maksud kamu?"

"kamu murung gitu jadi saya sekedar mengingatkan aja"

"em, aku rasa kamu mirip sama aku, jangan jangan..."

"perasaanmu aja"

"kamu ini dari mana zar?"

"musholla, habis beresin tempat wudhu"

"kamu punya pacar?"

"saya? gak punya, pacaran itu kan gak di bolehin"

"iya tau tapi kan ya gitu"

"tapi ada yang selalu saya sebut dalam doa, semoga saja Allah ijabah doa nya"

"aku masuk dulu ya, assalamualaikum"

"iya wa'alaikumussalam"

kenapa dia?-batin abizar

hari ini aku sangat malas untuk bertemu dengan orang orang dan juga malas untuk berbicara, aku hanya bisa bengong sambil memikirkan siapa kakak dari abyan, bukan urusanku tapi mungkin saja aku bisa membantu karena aku tau rasanya tidak enak.

"kamu udah pulang nak?"

"iya bunda"

"kok gak salam?"

"Assalamualaikum bunda"

"Wa'alaikumussalam, kamu ini haha nanti duduk baru salam"

"hehe, aku mau mandi dulu ya Bun"

"iya sok, nanti habis mandi langsung makan"

"belum lapar aku"

"yasudah, mandi gih"

setelah mandi aku langsung merebahkan tubuh ku di kasur hingga aku tak sadar bahwa sudah tertidur pulas, waktu kecil memang tidak butuh tidur siang tapi sekarang lebih butuh tidur siang dari pada tidur malam.

tok tok

"Zahra maghrib nak"

"iya bunda"

aku yang masih ngantuk pun segera bangun dan mengambil air wudhu, aku dan bunda segera menuju ke musholla karena ayah sedang lembur jadi kami harus salat ke musholla

CINTA DI SEPERTIGA MALAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang