bab 27. kita selamanya

88 2 0
                                    

pagi ini aktivitas ku sebagaimana biasa yaitu mengajar dan mengajar, hari ini hujan deras sebenarnya bunda tidak mengizinkan aku untuk mengajar tetapi murid murid akan ketinggalan banyak materi jika aku tidak masuk.

lily aku tinggal di rumah karena hujan dan takut dia akan sakit ketika aku membawanya. aku berangkat dan sampai di sekolah ternyata hujan malah semakin deras saat aku tiba disekolah, aku memulai pelajaran dengan bismillah karena kali ini bahasa arab jadi anak anak aku kasih buku untuk mencatat materi.

"anak anak, ibu mau ke ruangan dulu ya? kalian jangan ribut oke! lanjutkan mencatatnya"

"baik buk!"

aku berpamitan untuk ke ruangan karena kepalaku yang agak pusing sedikit jadi memutuskan untuk istirahat lebih dulu, aku pikir pusingnya akan sebentar tetapi ternyata pusingnya tidak reda dan melewatkan jam kedua dan ketiga yang harus aku ajari. hujan semakin lebat dan tiba tiba rasa mual yang datang tanpa permisi.

sudah dua kali aku bolak balik ke wc dan untungnya mual itu hilang, sekarang pusing di kepalaku belum redah juga.

"zahra, makan dulu ya?"

"iya, terimakasih ya nadin"

nadin adalah guru yang usianya sama dengan ku jadi aku sangat akrab dengannya, nadin kembali keruangan nya karena dia juga ingin istirahat.

jam berlalu dari puku 11:44 hingga ke 13:57 dan sedikit lagi sekolah akan berakhir, hujan dan awan gelap yang semakin lebat pun segera menghampiri kota. aku takut untuk pulang tetapi jika tidak pulang aku akan bermalam disini lagi pula guru guru dan murid lain sudah pulang tinggal aku dan beberapa murid yang menunggu jemputan.

"buk, jangan pulang sekarang"

"gapapa aira, kamu lagi ngapain?"

"nunggu jemputan"

"ayo pulang sama ibu"

aku mengantarkan aira ke rumahnya
karena hujan yang tak mau redah di tambah awan yang menghitam membuat suasana sekolah tambah gelap.

sesudah mengantarkan aira ke rumah kini aku langsung menuju untuk pulang karena sudah semakin gelap, fokusku terahlikan ke handphone yang berdering
aku tak ingin mengangkatnya tetapi yang menelpon ku adalah abizar jadi aku segera mengangkatnya.

"Assalamualaikum
lagi dimana?"

"wa'alaikumussalam
aku dijalan"

"saya rindu
semalam mimpiin kamu"

"aku juga rindu sama kamu"

"i love you"

"i love you more
kita selamanya"

aku tak melihat bahwa di jalan ada pohon tumbang yang besar, aku masih fokus berbicara dengan abizar hingga tiba tiba...

BRUK!

saat itu yang kulihat hanya kerumunan orang yang menghampiri aku, penglihatan ku menghitam samar samar aku mendengar suara ambulance datang dan saat itu juga aku tak sadarkan diri.

(author POV)

zahra segera di larikan di rumah sakit dan polisi yang menemukan handphone zahra
langsung menghubungi bundanya.

semuanya langsung menuju ke rumah sakit untuk melihat keadaan zahra, terlihat zahra yang sudah berlumuran darah bahkan bajunya sudah terlihat merah pekat. saat melihat itu bunda pingsan dan harus di berikan oksigen juga, ada beberapa keluarga yang menunggu di depan ruangan dan akhirnya dokter pun segera keluar.

"dok, zahra sepupu saya gimana dok?"
ucap alia yang sudah berlinang air mata, alia sangat dekat dengan zahra maka dari itu dia benar benar khawatir dengan keadaan zahra

"maa-"

"GAK! JANGAN BILANG ZAHRA"

abyan memotong pembicaraan dari dokter tersebut terlihat abyan yang ingin mendobrak pintu ruangan tersebut tapi di tahan oleh suster dan saudara zahra.

"zahra terlalu banyak kehilangan darah hingga dia tidak bisa di selamatkan"

seluruh ruangan di penuhi tangisan, ayah dari zahra begitu syok sehingga berteriak saat mendapatkan kabar seperti itu. begitupun dengan alia, umi, abi, dan juga bunda termasuk abyan.

"jika ingin menengok di persilahkan"

"alia sama abyan dulu ya bunda? tolong"

"iya nak iya"

terlihat zahra yang tertutup, wajahnya masih seperti orang yang tertidur. kini abyan dan alia memeluk tubuh zahra yang terbaring tak bernyawa.

"ZAZA BANGUN!"

"za ini alia, tolong bangun za! alia mau lihat kamu jadi seorang ibu"

"zaza cantik ayo peluk alia za"

alia yang saat ini sudah terduduk di lantai, sedangkan abyan masih belum bisa berbicara karena tertahan oleh tangisan.

"z za g gua..."

"bangun zahra bangun!"

abyan menggoyangkan tubuh zahra yang lemah itu, tangisan demi tangisan yang masuk di dalam ruangan tersebut sampai akhirnya zahra di pulangkan di rumah.

CINTA DI SEPERTIGA MALAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang