bab 10. perkelahian

111 4 0
                                    

saat ini aku sedang menunggu taxi seperti biasa tapi abyan mengirimi pesan dan meminta agar dia saja yang menjemputku
sebenarnya aku menolak karena aku harus berjaga dari pria kecuali abizar tapi jika tak ku terima aku tak akan bisa menyambut abizar dengan cepat. karena itulah mau tidak mau aku menerima nya dan kebetulan taxi nya mencancel pesananku jadi aku bisa menumpang dengan abyan

"Assalamualaikum, kamu yang kemarin?"

"Wa'alaikumussalam, iya, eh ini aku bawa payungmu"

"engga itu buatmu saja"

"eh gapapa kok lagian aku kemarin itu karna turun hujan, jadi mumpung ada kesempatan bertemu sekalian aku pulang kan"

"baik deh, namamu siapa?"

"Zahra"

"namanya bagus"

"terimakasih"

aku yang sedang mengobrol dengan ezai
terkejut saat ada suara klakson yang berbunyi, suara klakson itu ternyata suara dari motor abyan yang memang sering di pakai untuk ke sekolah lalu.

"lo siapa?"

"perkenalkan aku ezai"

"Halah, mau modus lo sama Zahra?"

"tidak, sungguh."

abyan menatapku dengan tajam saat tau aku mengobrol berdua dengan ezai.

"lo ngapain ngobrol sama anak ini?"

"dia baik, jangan di permasalahkan"

"ya ngga bisa, lo itu-"

"abyan, udah jangan di permasalahkan "

"..."

"ayo naik"

"Iya"

aku berpamitan dengan ezai, aku tak enak dengannya karena sudah di interogasi sama abyan.

tibalah aku di depan gerbang, aku terkejut melihat abizar yang menatapku dengan tajam, bahkan dia meninggalkan teras rumahnya dengan cepat untuk menghampiri ku.

"dari mana?"

"dari madras-"

"madrasah? iya? kamu mau bilang seperti itu ke saya lagi? kalo memang madrasah itu punya dia maka kamu berhenti."

"e engga, denger dulu tadi taxi ku di cancel jadi abyan menawarkan bantuan"

abizar melewatiku begitu saja dan sekarang dia berada tepat di depan motor abyan, abyan pun segera membuka helm yang dia pakai.

"berhenti dekatin zahra! mau itu sekedar berteman"

"lah? gua sama zahra kenal dari SMA jadi lo gak berhak!"

"saya kenal zahra dari kecil, dan apa katamu? gak berhak?"

"kecil? cih lo sama kaya gua kan? lo bukan orang tuanya jadi jangan larang larang gua buat berteman dengan zahra"

"doa zahra itu saya"

"doa? maksud lo?"

"Saya calon zahra dan saya berhak atas zahra"

"gua gak percaya sebelum zahra mengatakan iya"

diriku benar benar penting dalam perkelahian ini, aku segera mendekat ke arah abizar dan abyan untuk menjelaskan semuanya.

"abyan, yang di bilang abizar itu memang benar. aku doain abizar di setiap tahajud ku, dan soal calon juga benar abizar akan melamar ku dalam waktu dekat, aku minta maaf"

"lo jahat zahra, lo tau gua suka kan sama lo? iya kan za?"

"engga abyan, aku cuman bisa suka sama abizar yang selalu jadi permintaan ku pada illahi"

"gua kurang apa zahra? biar gua bisa perbaiki asalkan lo bisa suka sama gua"

"kamu gak kurang tap-"

"lo gak ada bedanya sama bokap gua, sama sama luka di hidup gua. gua pikir lo bisa jadi obat buat hidup gua setelah gua hancur dalam keluarga gua, ternyata gak sama skali lo malah nambah luka yang saat ini berusaha gua obatin"

"aku minta maaf. tolong maafin aku, aku gabisa sembuhin lukamu tapi aku janji bakal jaga komunikasi kita agar kamu gak kesepian"

"gak perlu, kalo bisa gua bilang lo itu manusia terjahat yang pernah masuk dalam hidup gua"

"..."

BUGH!

pukulan mendarat di wajah abyan, abizar memukul abyan tepat di dekat mulutnya
aku tidak tau jika aku bisa menyebabkan pertengkaran sehebat ini. aku hanya bisa menangis sambil melerai tapi tak ada yang mau mendengarkan teriakan ku

"BERANI KAMU SAMA ZAHRA!"

"CIH LO GAK TERIMA? BENAR KAN GUA BILANG?"

"SAYA GAK AKAN SEGAN SEGAN MUKUL KAMU,ABYAN!!"

BUGH BIGH!!

"abizar!! abyan! cukup!!"

"tolong berhenti, aku minta maaf"

mereka benar benar tak mau berhenti sampai akhirnya ayah sendiri yang melerai mereka, abyan menolak untuk pergi ke rumahku sedangkan abizar kini sedang di interogasi oleh ayah

"apa yang buat kamu marah?"

"pak, Zahra itu adalah milik saya dan dia seenaknya mendekati zahra tanpa seizin saya"

"haha Astaghfirullah abizar seharusnya teh izin ayah kan zahra anak ayah"

"zahra juga milik saya"

"iya iya tapi jangan sampai kejadian itu terulang kembali jika terulang terpaksa zahra akan ayah nikah kan dengan orang lain"

"tidak pak, maaf"

"hm, minta maaf juga sama zahra dia sudah khawatir dari tadi karna kamu"

abizar menatapku yang sedang menangis
dia mengulurkan tempat tissue padaku

"jangan nangis, saya salah dan saya minta maaf"

"e engga k kamu gak salah tapi aku yang salah, kamu bisa cari perempuan yang lebih baik dari aku, cari perempuan yang tidak berteman dengan lawan jenis"

"saya gak mau! kamu cukup introspeksi dan pahami bahwa hanya berbicara dengan lawan jenis saja itu sudah termasuk dosa"

"tapi kamu juga lawan jenis"

"e eh, b bukan saya maksudnya"

"IH!"

aku tertawa kecil begitupun abizar dan ayah, jujur saja aku benar benar bersalah tapi di satu sisi aku tau bahwa ini jalan Allah agar aku terbebas dari godaan dari lawan jenis.

CINTA DI SEPERTIGA MALAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang