32

2K 223 19
                                    

"Wati"

Panggil Andi ketika baru tiba di rumah

Dengan tergesa mbok Wati keluar dari arah dapur dan segera berjalan menghampiri Andi yang berdiri di ruang tengah

"Iya tuan?"

"Kemasi barang-barang kamu, mulai sekarang kamu bekerja dengan Aldo, kamu bantu-bantu di sana, karena saya gak mau Ashel kecapean mengerjakan pekerjaan rumah"

"Baik tuan"

"Yasudah sana, saya ke atas dulu"

"Baik tuan"

Dan tanpa mereka sadari ternyata Sisca mendengar percakapan mereka berdua, dan kini dia berjalan menuju kamar mbok Wati,.

"Nyonya"

Ucap mbok Wati yang terkejut dengan kehadiran Sisca di kamarnya

"Tadi saya denger percakapan kamu sama papah, jadi sekarang kamu nge babu sama mereka?"

"Iya nyonya"

"Kebetulan yang sangat kebetulan, mulai dari sekarang selama kamu tinggal di sana, tolong mata-matai keluarga kecil itu"

"Maksudnya mata-matai apa ya nyonya?"

"Ya mata-matai semua kegiatan mereka, dan kamu harus laporan ke saya kalo ada kejadian yang sangat penting dan menarik, kalo enggak,. Kamu akan menanggung akibatnya"

"Tapi bagaimana saya bisa laporan nyonya, sementara handphone saya mati, sekarang masih di perbaiki"

"Sebentar"

Sisca pun berjalan keluar sementara Wati mulai memasukan baju ke dalam tasnya, dan tak lama dia kembali dengan membawa handphone di tangannya

"Nih, ini hp saya buat kamu,walaupun bekas tapi masih bisa di pake"

"Tapi nyonya, ini kan handphone mahal"

"Udah deh ah, norak kamu.. Pokoknya kalo ada apa-apa di sana ada hal yang menarik, langsung hubungi saya"

"Baik nyonya"

*****

Setelah memberi tahu Sisca tentang kehamilan Ashel lewat pesan singkat, kini mbok wati berada di luar di gedung apartemen menunggu kedatangan Sisca yang mengajaknya untuk bertemu

Dan setelah menunggu cukup lama, mobil yang di tumpangi Sisca berhenti di depan parkiran

"Masuk"

Ucap Sisca yang berada di dalam mobil dengan pintu yang sudah di bukakan oleh pak Dadang

Dengan sedikit ragu mbok Wati pun masuk ke dalam mobil

"Pak Dadang tunggu di luar ya"

"Baik nyonya"

Setelah pak Dadang menutup pintu mobil, dia pun berjalan sedikit jauh dari mobil sesuai perintah Sisca

"Beneran Ashel hamil?"

"Iya nyonya"

"Sekarang dia kemana?"

"Non Ashel sedang pergi bersama tuan Aldo ke rumahnya mas Reza"

Sisca pun terdiam beberapa detik sampai akhirnya..

"Wati.."

"Iya nyonya"

"Bunuh kandungan Ashel, buat dia keguguran"

"Astaga nyonya,. enggak nyonya saya gak mau"

"Heh,. Berani-beraninya ngebantah saya kamu"

"Maaf nyonya, apapun akan saya lakukan perintah nyonya, tapi tidak dengan membunuh, apalagi membunuh janin yang tidak berdosa nyonya"

"Banyak omong ya kamu, lakuin apaa yang saya perintahkan wati!!"

"Maaf nyonya saya gak mau"

Wati pun mengusap air matanya dan berniat untuk turun dari mobil, namun tiba-tiba Sisca menahan tangan wati dengan sangat keras

"Mau kemana kamu?"

"Saya mau kembali ke apartemen, nyonya"

"Enak aja, dengerin saya wati kamu lebih memilih anak Ashel yang mati atau anak kamu?"

"Maksud nyonya?"

"Kalo kamu gak mau bunuh janin yang ada di perut Ashel,. Sebagai gantinya saya akan bunuh anak tunggal kamu yang ada di kampung, kamu lupa kamu berhadapan dengan siapa,?..membunuh orang kecil seperti kamu amat sangat mudah buat saya.,"

Flashback end

Reza mencoba menahan tubuh Ashel yang seperti kehilangan keseimbangan setelah mbok Wati meceritakan fakta yang sebenarnya,. Air matanya mulai mengalir membasahi pipi,dia masih tidak percaya jika wanita yang sudah di anggapnya sebagai ibunya sendiri, ternyata adalah orang yang dengan sengaja membunuh janinnya

"Non saya minta maaf non, tolong maafkan saya"

Ucap mbok wati yang masih menangis di bawah kaki Ashel

"Gak semudah itu saya memaafkan kamu,. SETELAH APA YANG SUDAH KAMU LAKUKAN KEPADA ANAK SAYA!!!

Ashel pun pergi meninggalkan tempat itu, meninggalkan mbok wati yang masih terduduk di atas tanah, Reza dan Oniel pun berjalan menyusul Ashel tanpa memperdulikan mbok wati yang masih menangis menyesali perbuatannya

"Shel pelan-pelan jalannya, nanti kamu jatuh"

"Aku mau cepet pergi dari tempat ini Za, aku mau pulang"

Jawab Ashel yang masih terus menangis

Sementara Oniel dia menyempatkan meminta cabai terlebih dahulu yang baru di petik warga

Setelah tiba merekapun segera masuk ke dalam mobil, sementara Alif yang berada di teras rumah berjalan menghampiri mereka,. Dan kini berdiri di samping pintu mobil, di samping Ashel

"Kak Reza mau kemana?"

"Kak Reza mau langsung pulang Lif"

"Lho gak mau masuk dulu"

"Gak usah, kita harus segera pulang,besok kan harus masuk kerja"

"Oh gitu, kak Ashel kenapa nangis?"

"Gak apa-apa, yaudah kita pamit ya Lif"

"Iya kak"

Dengan di kendarai Reza,Mobil pun meninggalkan halaman rumah mbok wati, dan terlihat dari kaca spion,. Mbok wati baru tiba, dia terus memperhatikan ke arah mobil yang semakin jauh meninggalkannya

"Setelah pulang dari sini kita langsung temuin pak Dadang, buat minta nomer telepon Aldo karena nomer yang lama udah gak aktif"

"Gila ya Za, masa langsung otw jakarta sih, badan gue pegel-pegel nih,. Nyari dulu hotel kek, gue pengen istirahat"

"Gak bisa Niel, kita harus cepet dapat nomer Aldo, dia harus segera tau fakta yang sebenarnya,. Gue takut kalo Amy sama tante Sisca terus mendoktrin Aldo untuk semakin benci sama Ashel"

"Za, udah"

Ucap Ashel yang berada di sampingnya, dan mengusap lembut bahu Reza

"Maksud kamu?"

"Udah, cukup.. Aku udah cape sama semuanya, sekarang aku mau hidup tenang, gak usah cerita ke Aldo, karena dengan kamu cerita semuanya akan kembali rumit, bahkan nyawa mbok wati bisa terancam"

"Tapi Shel, Aldo harus tau,. Kalian harus sama-sama lagi"

"Aku cape Za, aku cape.."





morning mistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang