Musim telah berganti, Musim semi kian tergantikan. Hari tak terasa gilir berganti, satu bulan telah berlalu begitu cepat. Suasana menyambut datangannya musim panas, menyapa pagi dan malam.
Pohon lemon yang ada di balkon hunian Leomon, yang sebelumnya berbuah dua lemon, kini pohon itu hanya meninggalkan satu buah lemon terakhir.
Nampak beberapa pohon besar yang berada di pekarangan taman perumahan.
“Leo hati-hati...” ucap Zoyya, memegang tangga yang tengah di pijak Leomon.
“Iya~” jawab Leomon, mengambil makhluk imut, berbulu putih kekuningan, di atas salah satu pohon..
Miaaoww~
Seekor kucing mengeong kecil, terjebak di atas pohon. Makhluk yang lucu dan menggemaskan, terkadang mereka bisa memanjat, tapi kesulitan mencari cara untuk turun.
Turunlah Leomon, memondong kucing itu, dengan satu tangan.
“Uh~ imut sekali...” gemas Zoyya, melihat kucing itu yang dibawa Leomon.
“Kau suka?” tanya Leomon, sembari mengelus kepala kucing itu.
Dengan cepat Zoyya mengangguk, “He'm! Aku suka.” spontan Zoyya, menatap Leomon penuh cinta.
Leomon tersenyum kecil, “Kucing ini sepertinya tidak ada pemiliknya, apa kau mau memeliharanya?” tanyanya, menatap balik.
“Mau~”
Leomon kemudian memberikan kucing itu. Saat berada di pelukan Zoyya, kucing itu spontan meronta.
Nngggaong!
Kucing itu meraung marah, dan mencakar tangan Zoyya.
“Aaw..!” erang Zoyya, refleks melepaskan kucing itu.
Kucing itupun meloncat, berlari menjauh.
Leomon spontan meraih tangan Zoyya, dengan cemas, melihat bekas tiga cakaran yang ditinggalkan kucing tersebut, “Perih, ya~” ucapnya, langsung meniup ke bekas cakaran di tangan Zoyya.
Aline terlihat masuk ke dalam supermarket, mencari sesuatu yang menjadi bahan keperluannya.
Pergilah ia ke kasir untuk membayar. Tak menduga, setelah sekian lama, tanpa sengaja dirinya kembali bertemu dengan sang mantan, Mario.
Iapun merajut alisnya, menatap terkejut. “Kenapa aku sial sekali, bertemu dengannya di sini.” batinnya, mengeluh.
Mario nampak senang, melihat Aline yang sangat ingin di ketemuinya selama ini.
“Hei, Aline... kau apa kabar?” tanya Mario.
Sedikit cuek, ia menjawab, “Baik kok.” sambil mengeluarkan uang dari dalam dompetnya, untuk membayar.
Mario yang melihat itu, langsung menyuruh kasir menggesek kembali kartunya untuk membayar belanjaan Aline.
Waktu beralih, sebuah cafe terlihat, di mana Aline menyempatkan dirinya untuk berbicara sebentar bersama Mario.
“Biar aku nanti yang membayar tagihannya, karena kau sudah membayarkan belanjaanku.” jelas Aline, memasang ekspresi datar, berpaling acuh dari pandangan Mario.
Wajah Mario masih sama seperti ketika bersamanya, akan tetapi penampilan pria itu jauh lebih baik dari semasa mereka remaja.
“Baiklah...” sahut Mario, tersenyum.
Suasana menjadi canggung, keduanya kehabisan kata-kata. Karena ini menjadi pertemuan ke dua mereka setelah bertemu dua bulan terakhir, di resto sebelumnya.
“Tidak ada yang ingin kau katakan ?” tanya Aline, kembali memulai obrolan. “Jika tidak ada, aku akan pergi.” pungkasnya.
Mario spontan menjawab, “Ah! Apa kau bekerja?”
“Ya! Aku sekarang bekerja di kedai makan.” jawab Aline, datar.
“Oh~” sahut Mario, menyeruput minuman. “Kau masih marah padaku, ya?” tanya Mario, melihat sikap Aline yang seperti tidak nyaman bersamanya.
Aline menatap, “Huh? Marah? Tentang apa?”
Mario meletakan minumannya, “Dunia ini memang kecil, hingga mempertemukan kita di sini...” terangnya, “Kau sudah banyak berubah sekarang.” ungkapnya, legah. “Aku pikir, kau memendam rasa marah terhadapku...”
“Tidak.!” jawab Aline singkat. “Aku sudah berdamai dengan semua masa laluku.” tambahnya.
Mario mulai merasa bersalah, “Aku minta maaf, aku benar-benar menyesal.”
Aline yang mendengar ucapan mantannya itu, langsung menghelah nafas. “Semuanya sudah berlalu kan, tidak ada yang perlu di sesali lagi.” terangnya. “Lagipula untuk apa kau minta maaf?”
Aline mengambil meminum di hadapannya, ia menatap ke luar jendela, sambil minum.
Mario menatapnya penuh penyesalan, dan berkata. “Kau mau memulai semuanya dari awal lagi denganku?”
Tertegunlah ia mendengar apa yang dilontarkan Mario, sambil merajut alis, ia menolehkan kepala, menatap serius. “Apa?”
“Aku sadar, selama bersamamu saat itu, ada perasaan tulus yang muncul.! aku baru menyadarinya saat kau sudah tidak bersamaku...” kata Mario.
Iapun meletakan minumannya dengan dengusan ketus, “Kau melakukan ini, karena mengasihaniku lagi?” ujarnya, memalingkan pandangan keluar jendela.
Tanpa sengaja pandangannya langsung tertuju kepada Leomon yang baru saja keluar dari klinik yang bangunannya berhadapan dengan cafe.
“Tidak Aline, aku tulus kali ini...” terka Mario, menatapnya serius.
“Syukurlah~ aku legah mendengarnya!” ranahnya, kembali menatap Mario. “Tapi maaf... aku tidak bisa membuka album lama yang telah kusam, aku sudah punya album baru.” pungkasnya, lalu berdiri.
Nampak Mario hanya diam melongo, berusaha mencerna ucapan Aline.
“Oh ya, satu hal lagi... aku harap takdir tidak mempertemukan kita lagi, meski itu hanya kebetulan.” tambahnya.
Alinpun pergi ke kasir dengan acuh, membayar pesanan mereka, lalu keluar dari cafe, meninggalkan Mario yang tertunduk menelan rasa penyesalan.
Tak ingin lagi dirinya, mengulang kisah yang telah layu, mengukir cerita yang telah usai. Kini yang ingin ia mulai adalah dunia baru yang akan ia hadapi ke depannya.
•༺☺︎༻•
.. .. ✤ ᕬ ᕬ
.../ (๑^᎑^๑)っ🍋 T,
./| ̄∪ ̄  ̄ |\🍋 B,
🌷|____.|🍄🍊 C...
KAMU SEDANG MEMBACA
SWEET LEMONS [✔]
Short StoryLika-liku jalan kehidupan... "Aline? Kenapa kau mengakhiri hidupmu sendiri?" Inilah kisah seorang gadis yang dibangkitkan dari keputus asaan, melawan rasa traumanya. *** 【TAHAP REVISI】 Typo masih bertebaran! ☺︎ Story by-my-self! ✍️ ☺︎ Cover || Drawi...