32•🍋 Pernyataan.

323 43 2
                                    

"Aku sangat menyukaimu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku sangat menyukaimu." ungkap Zoyya, mengutarakan isi hatinya yang sudah lama terpendam.

"Zoyya~" sahut Leomon lembut, membuat Zoyya tersenyum senang, sekaligus menatap tegang.

"Tapi maaf, aku tidak bisa membalas perasaanmu itu..." tambah Leomon, merasa bersalah.

Senyuman Zoyya langsung memudar, "A─Apa ?"

"Maafkan aku.!"

Zoyya mulai menegaskan ekspresi, "Kenapa kau tidak bisa membalas perasaanku ?" lirih Zoyya, "Apa kau menyukai wanita lain ?"

Leomon diam sejenak, menghelah nafas sabar, membuat Zoyya paham.

"Aku menger─" tambah Zoyya, terpotong.

"Aku memang menyukaimu Zoyya." potong Leomon.

Zoyyapun terdiam kaget, mendengar jawaban Leomon.

"Tapi bukan atas dasar cinta! aku tidak tahu bagaimana caramu mengartikan jawabanku ini, tapi aku rasa kau sudah salah paham selama ini." jelas Leomon, menatap tenang.

Mata Zoyya mulai berkaca-kaca, "Tidak bisakah kau menyukaiku saja.?" sahutnya.

"Aku memang sudah menyukaimu."

"Tolong sukai aku atas dasar cinta..." terka Zoyya, sedikit memaksa.

Leomon nampak merajut alisnya turun, "Zoyya, aku minta maaf... aku tidak memiliki perasaan seperti itu, kau sendiri juga tahu, aku sebentar lagi akan pergi dari sini."

"Yasudah! aku pamit." pungkas Zoyya, berdiri.

Zoyyapun pergi dari hunian Leomon, dengan menopang rasa kecewa, yang diikuti Leomon.

"Zoyya tunggu..."

Leomon berhenti, tak bisa berbuat apa-apa, dia hanya bisa menghelah nafas panjang, melihat belakang Zoyya yang terhalang, karena pintu yang sudah tertutup.

Leomon berhenti, tak bisa berbuat apa-apa, dia hanya bisa menghelah nafas panjang, melihat belakang Zoyya yang terhalang, karena pintu yang sudah tertutup

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Leomon beranjak ke kamarnya, untuk istirahat menenangkan pikiran. Langkahnya tiba-tiba terhenti, ketika melihat Aline yang berdiri di depan pintu kamarnya.

"Eh Aline ?" sahut pria itu, menatap terkejut. "Kau masih di sini ?"

Aline menatap datar, wajahnya seperti kembali sejak pertama kali bertemu dengan Leomon. Tak ada raut wajah dan ekspresi yang terukir.

Tanpa sengaja, Aline rupanya mendengar semua percakapan antar Leomon dan Zoyya. Entah kenapa perasaannya begitu hancur lebur.

Melihat raut wajah gadis itu yang berbeda, Leomon menjadi sedikit khawatir.

"Aline, ada apa ?" Leomon bertanya, "Kau tidak apa-apa ?" sambungnya, mendekat.

Spontan Aline menjauhi Leomon, ia memundurkan tubuhnya, membiarkan dirinya masuk semakin dalam ke kamar Leomon dengan refleks tanpa sadar.

Semakin Leomon mendekat, ia semakin menjauh, hingga tanpa sadar betisnya sudah menyentuh ranjang Leomon. Terduduklah ia di atas kasur tempat tidur.

Leomon menghentikan langkah kakinya untuk mendekati Aline, dengan tatapan keheranan dia melihat sikap gadis itu yang tiba-tiba menjauhkan diri.

"Aline, kau kenapa ?" tanya Leomon, cemas.

"Saat itu kau bilang... kau menyukaiku kan ?" Aline bertanya, dengan genangan air mata, tanpa menatap. Ia hanya terduduk, menunduk lemas.

"Ah! iya..." jawab Leomon, cepat.

Tetes demi tetes air keluar dari sudut mata Aline, "Apa kau menyukaiku sama seperti kau menyukai Zoyya ?"

"Aline, kau salah paham." timpal Leomon, kembali mendekat.

Alinepun spontan bangkit dari duduknya dan menghindari Leomon, ia berdiri menjauh beberapa langkah. "Jadi selama ini kau hanya memanfaatkan perasaanku ?" ketusnya, membuat langkah Leomon sekali lagi terhenti untuk mendekatinya.

"Tidak.! aku tidak memanfaatkan siapapun."

"Bullshit.!" ia bicara ketus, sedikit kesal, menatap dengan tangisan. "Jadi saat itu, kau hanya mengatakan omong kosong, memanfaatkan perasaanku hanya untuk kebahagiaanmu." ungkapnya, semakin meneteskan air mata, "Aku.... aku benar-benar tidak percaya, kau mempermainkan perasaan orang lain dengan mudah." pungkasnya, beranjak keluar dari kamar Leomon untuk pergi.

Dengan cepat Leomon mendahului Aline, mendorong daun pintu kamarnya, hingga tertutup rapat. Aline berhenti di depan pintu yang tertutup, tanpa menoleh ke-arah Leomon yang berdiri di sampingnya.

Dengan acuh ia menarik ganggang pintu kamar Leomon agar terbuka. Namun sayang! Leomon seperti membentengi pintu itu dengan baja, padahal pria itu hanya menahan pintu tersebut dengan hanya menggunakan satu tangan saja.

Aline menarik paksa, namun tenaga Leomon jauh lebih unggul darinya.

"Buka !!" Aline menyuruh Leomon membuka pintu. "Biarkan aku pergi." ia mulai menangis, dan berhenti menarik ganggang pintu dengan putus asa.

Tanpa aba-aba, Leomon menarik tangan gadis itu dan memeluknya. Nampak Aline meronta kecil untuk melepaskan diri. Namun apalah daya! pria itu tak mau melepaskan pelukan itu, iapun pasrah, tenggelam dalam pelukan Leomon.

"Aku menyukaimu, Aline..." ungkap Leomon, memeluk erat, "Aku memang menyukaimu atas dasar cinta."

Aline tertegun diam serentak berhenti meronta, ketika mendengar pernyataan Leomon.

"Aku mencintaimu." ucap Leomon, melepaskan pelukan, pelan. Diraihlah pundak gadis itu.

Aline meneteskan air mata, menatap, serta mendongakan kepala, memandangi wajah Leomon yang berada di hadapannya.

"Aku minta maaf, hanya saja aku tidak bisa memenuhi cinta itu." tambah Leomon, menghapus air mata gadis itu, dengan lembut. "Aku tidak mau membuatmu sedih." jelasnya, menatap semakin dalam.

Suasana membuat mata kedua insan itu saling beradu dalam candu, menghanyutkan perasaan keduanya tanpa arah, membiarkan hati mereka terbuai suasana, Leomon tanpa sadar mulai mendekatkan wajahnya ke wajah Aline, sontak gadis itu langsung memejamkan mata.

Leomon yang semakin mendekati bibir Aline, melihat tetesan keluar dari mata gadis itu yang terpejam. Perlahan dia menutup mulut Aline dengan lembut, menggunakan salah satu tangannya sebagai dinding penghalang, tentu saja Aline langsung membuka mata.

Leomonpun mengecup hangat tepat di arah bibir Aline, melalui tangannya yang menghalang.

"Aku sangat menyukaimu, sampai aku tidak bisa melakukannya Aline." ucap Leomon, bersedih.

Gadis itu refleks melebarkan mata, merasakan nafas Leomon yang menyentuh hidungnya. Matanya menatap mata pria itu yang hanya berjarak lima centi meter.

"Aku akan menjagamu, bukan menyentuhmu." jelas Leomon, sambil menyentuh serta mengelus tekan bibir Aline, menggunakan jari telunjungnya.

"Hahh~ " Leomon menghelah nafas, menahan hasratnya, "Aku harap semua ini, bisa menyelesaikan kesalah pahamanmu." ucapnya, menjauhkan tubuh, perlahan. Kemudian menatap ke-arah pohon Lemonnya. "Kau akan mengerti seiringnya waktu berjalan."

•༺☺︎༻•

.. .. ✤ ᕬ  ᕬ
.../ (๑^᎑^๑)っ🍋 T,
./| ̄∪ ̄  ̄ |\🍋 B,
🌷|____.|🍄🍊 C...

SWEET LEMONS [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang