34•🍋 Sengaja.

322 43 2
                                    

Beberapa hari telah berlalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Beberapa hari telah berlalu.

Aline berangkat pergi ke tempat kerjanya. Kini ia menjadi kariawan tetap, bukan lagi pekerja paruh waktu.

Ia tak malu disindir ketika bertemu dengan teman-temannya, meski menjadi seorang pelayan di kedai makanan. Padahal teman-temannya sudah menjalani kehidupan yang lebih baik darinya, ia bersyukur, bisa menikmati hidup penuh perjuangan.

Pundaknya tak lagi memikul beban berat, semua itu berkat kerja keras dan usahanya sendiri. Ya! memang benar, hanya dirinyalah yang bisa menata kehidupan yang baik untuk dirinya sendiri, sebagai bekal untuk menyambut hari-hari yang akan mendatang, jika bukan ia sendiri, maka siapa lagi.

Semuanya tergantung diri sendiri, manusia memilih jalan kehidupan masing-masing, orang-orang memiliki pola pikir secara berbeda, menentukan arah jalan dengan porsi kemampuan mereka menuju kehidupan yang lebih bermanfaat.

Salah satu pelayan, menyambut pelanggan yang datang.

"Selamat datang~"

Zoyya masuk, duduk di meja nomor dua.

Pelayan lain datang, melayaninya dengan baik, "Ini menu makanannya, mbak~" ucap pelayan itu, menyodorkan buku menu.

Zoyya menatap, tanpa ekspresi. Membaca menu makan, "Makanan yang spesial di kedai ini apa ?"

"Nasi goreng campur, mbak."

"Kalau begitu aku pesan itu saja." pinta Zoyya, "Oh iya, aku mau pelayan yang bernama Aline yang membawa pesananku."

Pelayan itu sedikit terkejutkeherenan, saat mengetahui jika Zoyya mengenali Aline.

"Ah~ b─baik."

Saat berjalan ke dapur, pelayan itu berpapasan dengan Aline yang hendak mengantar jus untuk pelanggan lain.

"Eh Aline, tunggu sebentar." pelayan itu menghentikan Aline.

"Hm? kenapa ?" sahut Aline, menghentikan langkah.

Pelayan itu mengambil nampan jus dari tangan Aline.

"Kau pergi ambil pesanan menu spesial, untuk pelanggan di meja nomor dua." ucap pelayan itu. "Sepertinya pelanggan wanita itu ingin bertemu denganmu."

Pelayan itupun, memutar arah, pergi keluar dari dapur, mengantar jus pesanan pelanggan.

"Ada wanita yang ingin menemuiku..?" gumam Aline, penasaran. "Siapa hm.."

Pergilah Aline, membawa pesanan untuk Zoyya.

"Oh, hai Aline." sapa Zoyya, tersenyum.

"Zoyya..." sahut Aline, meletakan pesanan, di atas meja. "Kau ke sini ?"

"Iya, memangnya kenapa? tidak boleh ya ?"

Aline langsung menyela ucapan Zoyya. "Bukan begitu, tumben saja kau ke sini, bukannya kau hanya pergi ke resto ya..."

"Aku boleh pinjam ponselmu ?" tanya Zoyya, terus menatap.

Aline bingung, kenapa Zoyya tiba-tiba meminjam ponselnya.

"Ponselku batreinya habis, aku ingin mengabari ibuku, kalau aku akan pulang terlambat." jelas Zoyya. "Aku segan meminjam ponsel orang."

Dengan senang hati, Alinepun meminjamkan ponselnya. "Oh! boleh kok..."

Malam telah tiba, Aline nampak selesai bekerja, ia berdiri di depan kedai tempatnya bekerja seperti biasa, berniat untuk pulang usai berbincang sebentar bersama dengan beberapa rekan kerjanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam telah tiba, Aline nampak selesai bekerja, ia berdiri di depan kedai tempatnya bekerja seperti biasa, berniat untuk pulang usai berbincang sebentar bersama dengan beberapa rekan kerjanya. Tanpa di sadarinya, dari kejauhan lagi-lagi seseorang yang nampak misterius di dalam mobil sedan, tengah mengamatinya.

Di sisi lain, Leomon terlihat menaiki anak tangga perumahan, menuju atap bangunan tersebut.

Tibalah Leomon di depan pintu darurat, yang mengakses rooftop perumahan, dan membuka pintu tersebut.

Leomon menatap diam, ke-arah seseorang dengan mata sayunya, yang berdiri membelakanginya.

"Zoyya ?" sahut Leomon, terkejut. "Kenapa kau ada di sini.?" tanyanya kebingungan. "Di mana Aline.?"

"Aku yang mengirimkanmu pesan itu.!" ungkap Zoyya, terang-terangan.

Leomon mengerutkan alis, "Apa ?"

"Ya! aku memakai ponsel Aline untuk mengajakmu ke sini..." jelas Zoyya.

Leomon menghelah nafas, "Kenapa kau berpura-pura layaknya Aline saat mengirim pesan itu? kau kan bisa mengatakannya jika itu kau."

Zoyya pergi berjalan, menjauh. "Jika aku bilang itu aku... kau tidak akan mungkin datang kan."

"Aku akan tetap datang menemuimu, jika aku tidak sibuk.!"

Zoyya meninggikan suara, "Tapi jika itu Aline, sesibuk apapun kau pasti akan datang... iya kan ?"

Leomon heran, menatap Zoyya yang bertingkah aneh.

"Ada apa Zoyya? kau kenapa bersikap seperti ini? apa terjadi sesuatu ?"

Zoyya selama ini bersikap kuat usai di tolak oleh Leomon, namun nyatanya gadis itu tidak bisa menerima kenyataan pahit begitu saja, rupanya Zoyya memendam semua emosionalnya selama ini, dan kali ini gadis itu sudah tak sanggup lagi.

"Zoyya? kenapa kau hanya diam saja..."

•༺☺︎༻•

.. .. ✤ ᕬ  ᕬ
.../ (๑^᎑^๑)っ🍋 T,
./| ̄∪ ̄  ̄ |\🍋 B,
🌷|____.|🍄🍊 C...

SWEET LEMONS [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang