Lika-liku jalan kehidupan...
"Aline? Kenapa kau mengakhiri hidupmu sendiri?"
Inilah kisah seorang gadis yang dibangkitkan dari keputus asaan, melawan rasa traumanya.
***
【TAHAP REVISI】
Typo masih bertebaran!
☺︎ Story by-my-self! ✍️
☺︎ Cover || Drawi...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ekspresi Aline terkuras habis, bulu matanya bergetar hebat, matanya mulai tergenang air yang membendung. Kakinya seakan terasa lemas, ia tak menyangka akan melihat ruangan di dalam hunian Leomon, benar-benar kosong. Tidak ada perabotan sama sekali, kecuali satu meja lantai yang berada di ruang tengah, di mana di atas meja tersebut terdapat secangkir teh Lemon yang sudah dingin.
Alinepun berjalan pelan diiringi tetesan air mata yang mengikuti langkahnya yang terasa berat, suasana hatinya dibanjiri kesedihan yang di selimuti kabut. Hatinya mampu menyimpan rasa sebesar itu dalam waktu singkat hanya karena seorang Leomon.
"Semesta mempermainkan aku lagi..." tuturnya, menekuk lutut, duduk bersimpuh dengan tubuh melemas.
Air matanyapun menetes semakin melaju, ketika matanya melihat kertas putih besar yang terlipat rapi, berisikan surat dan puisi dari Leomon, yang berada di atas bingkai foto yang nampak terletak terbalik.
Langit cerah seketika berubah mendung, seakan mengikuti perubahan suasa hati Aline. Rerintikan hujan mulai terdengar.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hiks! Hiks!
Aline yang selesai membaca surat tersebut, langsung meringis hebat yang dibalut turunnya hujan lebat.
Tubuhnya yang semakin melemas membuat tangisnya menjadi pecah tak beraturan. Badannya terjatuh lemah di atas meja, tangannya nampak menggenggam surat yang di tinggalkan Leomon dengan keras.
~~~
Usai menghabiskan energinya untuk menangis cukup lama, hujanpun tak lagi terdengar di terlinganya. Perlahan tangannya membalik bingkai yang atas di hadapannya.
Wajahnya yang terlukis terlihat di balik kaca bingkai tersebut, tanpa ekspresi lagi ia hanya bisa meneteskan air matanya. Iapun mengelus hasil karya Leomon dengan lembut.
Gluk~ Gluk~
Aline kemudian meneguk teh lemon buatan Leomon yang sudah lama terasa dingin.
Sekali tegukan, diiringi dengan mata tangisan. Ia tak berdaya lagi, Leomon telah pergi, pria itu benar-benar pergi dari kehidupannya, dan takan kembali. Ingin ia berteriak meluapkan perasaannya yang telah kehilangan, namun ia tak sanggup, energinya telah hilang ditelan kepergian Leomon. Hanya derai air matanya saja yang membanjiri pipinya, yang tak merona.