38•🍋 Pembalasan.

316 43 1
                                    

Satu daun di pohon Lemon, yang berada di balkon kamar Leomon nampak gugur, terlepas dari rantingnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Satu daun di pohon Lemon, yang berada di balkon kamar Leomon nampak gugur, terlepas dari rantingnya.

Jleb~

Pinggang kanan arah belakang Leomon, tertusuk. Pria, sepupu bos yang melakukannya.

"Mati kau, bangsat." desis pria, sepupu bos tersebut.

Leomon menahan sakit, menoleh perlahan, dengan tatapan tajam.

Srett!
Jleeb~

Pisau masuk semakin dalam.

Cairan merah keluar, menetes melalui lubang tusukan. Leomon menunduk, mengalihkan pandangannya menatap pisau yang menancap di pinggangnya.

"Matilah.!" ucap pria, sepupu bos sumringah, sembari terus menekan pisau itu. "Aku juga akan mengirim gadis sialan itu, untuk menjemputmu." tambah pria itu, dengan rahang tertekan, diiringi dengan tawa kecil.

Salah satu tangan Leomon refleks mencengkram leher pria itu dengan kencang, sementara tangan lainnya menggenggam erat tangan pria itu yang memegang pisau.

"Kau barusan bilang apa.!" Leomon menggerakan tangan pria itu, menarik pisau keluar untuk tercabut dari perutnya.

Tangan pria itu gemetar, urat bermunculan di area dahi pria itu, darah seakan naik mewarnai wajah pria itu, karena menahan sesaknya karena tercekik.

Ting~
Klinting~

Pisaupun terlepas, dari genganggam pria tersebut, terjatuh melenting di lantai.

Kedua tangan pria itu refleks memegang tangan Leomon yang mencekik di lehernya. Berbicarapun pria itu tak mampu, nafasnya seakan terjebak diantara tenggorokan.

Leomon mendorong pria itu, menempelkannya ke dinding pembatas rendah parkiran. Diapun melepasakan cekikan di leher pria itu, mencengkram kerak baju pria itu, mengangkatnya hingga pria itu terduduk di atas pagar pembatas. Sontak pria itu langsung berdengus legah, nafasnya terdengar berat serta tergesa-gesa.

"Berani sekali kau mengatakan hal itu.!" tutur Leomon, mendorong badan pria itu, tergantung di atas udara.

Pria, sepupu bos itu spontan menengok ke bawah, betapa tingginya pemandangan dari atas, ketakutan naik mulai ke wajahnya, ketika melihat ketinggan dari parkiran bersusun.

"Tolong! tolong jangan lepaskan aku..." pria itu memelas, ketakutan.

"Kau sudah membuatku marah! dan marah itu akan menjadi kekal." sahut Leomon, menatap geram, melepaskan satu tangannya dari kerak baju pria itu.

Pria itu semakin ketakutan, panik. "Kau sudah gila haa.?!"

"Kau suka terbang ?" tanya Leomon menahan sakit di area tusukannya, nampak wajahnya yang putih semakin memucat, "Mari bersenang-senang dengan ini.!" tambah Leomon, melepaskan pegangannya dari kerak baju pria itu.

"T─Tolong... jang...." sahut pria itu, terpotong. "Aaaaaakhh......!!!!"

Pria itupun terjun bebas tanpa parasut, melayang di udara seperti bulu, melewati lantai parkiran yang bertingkat. Leomon hanya menatap datar, dari lantai atas.

Saat pria itu hendak mendekati tanah, Leomon menjulurkan tangan kanannya keluar pagar pembatas, serta membuka telapak tangannya secara perlahan, dan diarahkannya pada pria sepupu bos tersebut.

Tubuh pria itu seketika terhenti, melayang menyentak di atas tanah, seperti ada cahaya yang menahannya, tubuh pria itu tergoncang dalam keadaan lemah. Darah keluar dari hidung pria itu, perlahan mata pria itu yang terbuka syok, tertutup perlahan.

"Hukuman untukmu kini berlaku." ujar Leomon, menurunkan uluran tangannya dengan lemas.

Otomatis tubuh pria, sepupu bos itu, perlahan ikut turun menyentuh tanah, terbaring tak sadarkan diri.

Angin malam yang menerpa, menembus masuk menyentuh luka tusukan yang didapatkan Leomon, sontak dia terjatuh semakin lemas ke lantai. Dia duduk bersandar di tembok pembatas rendah, menekan luka yang terasa begitu sakit, berharap pendarahannya berhenti, namun pandangannya memudar, penglihatannya mulai gelap.

Tangan Leomonpun terlentang tak berdaya menyentuh lantai, dia akhirnya pingsan hampir kehabisan darah.

Tangan Leomonpun terlentang tak berdaya menyentuh lantai, dia akhirnya pingsan hampir kehabisan darah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Orang-orang beramai-ramai keluar dari dalam pintu bioskop. Film telah berakhir, Aline nampak keluar dengan perasaan sedih yang bercampur aduk.

Tut~
Tuuut~

Aline mencoba menghubungi Leomon, "Kenapa dia tidak angkat sih.!" cemasnya, kesal. "Apa dia meninggalkan aku menonton sendirian karena marah." tambahnya, menggerutu tanpa mengetahui keadaan Leomon yang sebenarnya.

Ninuuu-ninuuu~
Ninuu-ninuuu~

Sirine Ambulance berbunyi berulang-ulang.

Terlihat dua mobil Ambulance melaju keluar dari area parkiran bioskop, diikuti oleh beberapa mobil petugas kepolisian yang mulai keluar halaman bioskop tersebut, melewati Aline yang berdiri di depan gedung utama bioskop.

Banyak orang berkumpul, melihat Ambulance itu yang sudah pergi, menjauh.

"Benarkah? mereka berkelahi ?"

"Apa lukanya parah ?"

"Sepertinya cukup parah sih, katanya... luka tusuknya dalam."

"Aduh! kasian... kok tega sekali sih mereka mengeroyoknya."

"Bagaimana dengan nasib satu orangnya lagi ?"

Aline mendengar obrolan orang-orang yang tak jauh darinya. Tak ingin memperdulikannya, ia memutuskan untuk pulang sendiri dengan perasaan kecewa, karena Leomon yang tak kunjung datang.

 Tak ingin memperdulikannya, ia memutuskan untuk pulang sendiri dengan perasaan kecewa, karena Leomon yang tak kunjung datang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kedua mobil Ambulance nampak melaju di jalanan besar. Leomon terbaring tak sadarkan diri di dalam salah satu Ambulance tersebut, dia terlihat dipakaikan oksigen, dan seorang perawat nampak berusaha menghentikan pendarahannya. Sementara di Ambulance satunya, terdapat pria sepupu bos yang mengalami koma.

•༺☺︎༻•

.. .. ✤ ᕬ  ᕬ
.../ (๑^᎑^๑)っ🍋 T,
./| ̄∪ ̄  ̄ |\🍋 B,
🌷|____.|🍄🍊 C...

SWEET LEMONS [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang