Esok hari, masa sekolah tiba. Relyn dan Celine menampakkan aura bahagia bersama di pagi hari. Berjalan berdua menuju taman sekolah yang asri.
Saat melewati ruang kepala sekolah, netra Relyn tak sengaja menangkap Viren bersama Reren memasuki ruangan. Langkahnya terhenti seketika. Celine yang mengekori pun turut berhenti. "Ada apa Kak?" tanya Celine.
"Itu mantanku ngapain ya?" tanya Relyn menempelkan telunjuk di dagu. Netra Celine langsung sibuk mencari keberadaan orang yang dimaksud Relyn, meski ia belum tau.
"Mana Kak?" tanya Celine dengan kening mengerut.
"Udah masuk di ruang kepala sekolah," jawab Relyn.
"Owh ... Kek gimana sih, orangnya?" tanya Celine penasaran.
"Kalo kamu penasaran, kamu tetap di sini, tunggu dia keluar dari ruangan! Hehehehe!" saran Relyn beserta tawa kecil.
"Hish ... Nggak mau ah! Ayo kita ke taman!" Celine menarik Relyn menuju taman.
*____*
"Apa? Benarkah anak muridku melakukan hal setega itu?" tanya Dina, kepala sekolah SMP 05 Garuda. Ia tak percaya dengan cerita Reren yang menceritakan Feki.
"Saya tidak bohong Bu! Buktinya anak saya tidak masuk lama, karena masuk rumah sakit akibat ulah dia!" jawab Reren.
"Jadi itu alasan Bapak ingin memindahkan anak Bapak dari sekolah ini?" tanya Dina.
"Iya Bu. Mohon Ibu beri izin!"
Viren yang sedari tadi duduk di samping sang Ayah pun terbungkam. Ia tak mampu mengeluarkan sepatah katapun kala berhadapan dengan kepala sekolah.
"Apakah tidak bisa dipikirkan lagi Pak?" tanya Dina.
"Maaf Bu, keputusan saya sudah bulat! Lagipula kalau anak saya tidak dipindahkan dari sekolah ini, dia akan melakukan hal yang kurang baik, yaitu berpacaran. Saya tidak suka itu!" jawab Reren lanjut bertanya, "apa Ibu tidak membuat peraturan larangan berpacaran untuk anak murid Ibu? Karena sebenarnya, yang membuat anak saya sakit bukan hanya karena Feki, namun ada hal lain yang berhubungan dengan pacaran!"
"Di sini hanya ada beberapa aturan penting dan tidak ada larangan bagi siswa untuk melakukan hal apapun selagi tidak membahayakan mereka!" jawab Dina. "Maksud Bapak, hal lain yang bikin Viren celaka berhubungan dengan pacaran. Apa itu? Boleh Bapak ceritakan sekalian!"
Reren pun tak segan menceritakan semuanya. Dina mengangguk-angguk usai mengetahui semuanya. "Baiklah Pak. Saya akan menindak lanjuti! Tapi Bapak tidak perlu memindahkan anak Bapak!"
"Kalau begitu, saya tidak jadi memindahkan anak saya! Dia akan tetap sekolah di sini!" jawab Reren.
Viren merasakan terpaan angin segar seketika. Karena mendapat berita gembira yang tiada duanya. Jika tidak pindah sekolah, ia bisa terus bertemu Relyn tanpa halangan. Namun, terselip sebuah harapan di hatinya. Yakni, Feki dikeluarkan dari sekolah karena kepala sekolah telah mengetahui sikap buruknya.
*_______*
Resita yang biasa duduk santai di ruang kerja, kini dilanda sejuta perasaan heran, karena telah lama sang suami menghilang kala siang datang. Kabar sedikitpun tak ia dapatkan hingga membuatnya emosi dan ingin mencari tahu semuanya. Saat berangkat kerja, ia tak naik mobil bersama Nitolen melainkan mengendarai motor sendiri guna memudahkannya pulang setiap saat. Meski, tak mendapat persetujuan dari Nitolen, namun ia memaksa hingga akhirnya Nitolen menuruti kemauannya.
Dan pada siang itu seperti biasa, Nitolen tak tampak batang hidungnya di kantor hingga membuat Resita ingin mencari. Resita meminta satu teman kerjanya untuk menggantikan posisinya sementara, karena ia hendak pulang guna melakukan hal.seperti kemarin.
Setiba di rumah Resita memarkir motor. Netranya menangkap mobil hitam Nitolen yang terparkir di garasi. Hal tersebut sontak membuatnya heran dan penasaran.
Dari lantai bawah, ia mendengar suara Pressa tengah tertawa di atas. Ia pun langsung menaiki tangga untuk menghampiri Pressa. Pressa mendengar derap langkah Resita sontak meraih kemoceng seraya membersihkan meja. "Mbak Resita kenapa pulang?" tanya Pressa.
"Mas Nito ada di rumah nggak?" tanya Resita.
Pressa mengerutkan kening, "Loh, Mas Nito bukannya kerja Mbak?" tanya Pressa balik.
"Dia tidak ada di kantor, dan tadi di luar ada mobilnya dia kok, saya lihat! Berarti dia ada di rumah dong!" jawab Resita.
"Maaf Mbak, saya dari tadi jaga rumah nggak ada siapa-siapa kok!" jawab Pressa sembari menyapu lantai.
"Tapi mobilnya ada di depan! Saya beneran lihat, kalau nggak ada di rumah, di mana lagi?"
"Mungkin sengaja ninggalin mobil di rumah, dianya meeting sama temen, mungkin Mbak!" jawab Pressa.
"Nggak mungkin. Kalau meeting, dia selalu kabarin saya!" timpal Resita.
"Owh, gitu ya Mbak! Masalahnya saya juga nggak tau, Mas Nito ada di mana, jadi saya nggak bisa ngasih tau!" jawab Pressa.
"Tapi tadi, Pressa tertawa sama siapa ya? Rasanya semua ini aneh. Tapi tenang, aku nggak boleh su'udzon!" batin Resita. "Owh.. Ya sudah, saya mau ke kamar dulu, istirahat, nanti saya mau balik ke kantor lagi!"
"Silakan Mbak!" jawab Pressa. "Oh iya, kalau Mbak Resita lapar, silakan makan, saya sudah masak tadi!"
"Owh, iya terima kasih!" jawab Resita seraya masuk kamar. Sepasang mata Pressa terbelalak seketika kala mendapati Resita masuk kamar. Entah apa alasannya, namun yang pasti, semua itu terasa aneh.
Resita membaringkan tubuhnya di kasur. "Mas, kamu ke mana sih? Sudah lama kamu nggak pernah ngabarin aku!" batin Resita meneteskan air mata. Ia merasa tak berguna lagi di mata sang suami. Karena ia diabaikan begitu saja, tanpa diberi kabar. Lantas, ke mana kepergian sehari-hari Nitolen selama ini?
Setelah merasa puas, Resita mengusap mata seraya turun ke lantai bawah.
"Eh Mama nggak kerja?" tanya Relyn masih berpakaian sekolah.
"Mama hanya pulang sebentar, nanti balik lagi ke kantor!" jawab Resita.
"Papa mana?" tanya Relyn.
"Mmm ... Papa kamu ada di kantor!" jawab Resita bohong. Padahal ia tak tahu keberadaan sang suami.
"Tapi mobil Papa ada di garasi, Ma!"
"Iya, Mm ... Mmm
. Soalnya tadi, mobil Papa habis mogok di jalan, jadi Papa minta sopir untuk menjemput mobilnya mau diservis!" alasan Resita."Kok nggak dibawa ke bengkel?" tanya Relyn.
"Mungkin sopir Papa lagi sibuk! Nanti kalau udah longgar, baru dibawa ke bengkel! Lagian Papa kan masih punya motor yang bisa dibawa ke kantor!" jelas Resita.
"Owh! Lalu mengapa Mama pulang sendiri,nggak sama Papa?" tanya Relyn.
"Papa kamu lagi sibuk Nak, jadinya Mama pulang sendiri saja!" jawab Resita. "Ya sudah, sekarang kamu ganti pakaian, terus makan siang ya! Tante Pressa udah siapin makanannya, Mama mau balik ke kantor dulu ya! Baik-baik di rumah ya!" Resita mengelus bahu Relyn seraya pergi.
Relyn melaksanakan pinta sang Mama. Ia begitu menikmati masakan Pressa yang menurutnya enak, meski tak seenak masakan Resita asal bisa membuatnya kenyang.
"Sayang, kamu di mana tadi?" Relyn menghentikan makan kala mendengar suara Pressa.
"Aku tidur di bawah ranjang!" jawab seorang lelaki yang suaranya tak asing bagi Relyn.
"Astaga .... Hahahahaha, kasihan banget sih! Ululululu!" Pressa merespon seseorang dengan manja di atas sana.
Relyn yang penasaran pun, langsung naik ke lantai dua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Relyn
Teen FictionAlur hidup seseorang berbeda-beda. Tidak ada yang tahu selain Tuhan. Seperti cerita seorang Relyn. Remaja 15 tahun yang mengalami percintaan. Semula ia dekat dengan seorang cowok bernama Feki, namun berpacaran dengan Viren yang lebih dulu menyatakan...