Sejuknya angin pagi mengiringi aktivitas para siswa/siswi di SMP 05 Garuda. Hari ini adalah hari Senin, di mana para siswa-siswi harus melaksanakan 'upacara bendera'.
Semua siswa-siswi melakukan berbagai aktivitas sebelum upacara. Para petugas upacara tengah berlatih, beberapa siswi tengah mengobrol di koridor dan adapula yang di kelas. Sedangkan para siswa yang banyak berada di kantin hingga ujung sekolahan guna membicarakan hal-hal kepentingan mereka.
Tak terkecuali dengan Relyn yang kini tengah berada di kelas bersama Seryl dan Mika. Seryl tengah setia menunggu kedatangan dua temannya yang tak lain adalah Tya dan Liyli. Entah apa yang akan dibuatnya, namun yang pasti, Seryl menyembunyikan rasa marah pada mereka.
Tak lama kemudian, yang ditunggu pun datang. Dengan segera Seryl menghampiri mereka sembari berkata, "kalian tuh nggak punya hati ya. Masa' kemarin kalian pulang begitu saja, saat kita susah-susah mencari Relyn.
"Terserah kita lah. Itu hak kita, kenapa lo cerewet?" jawab Liyli dengan polosnya.
"Gue nggak nyangka deh bisa punya teman kek lo dan lo. Yang berhati sangat baik dari jonggol! Nggak punya rasa simpati sama sekali!" ungkap Seryl sembari menunjuk-nunjuk Liyli dan Tya.
"Kenapa lo salahin kita? Salahin tuh, Relyn kenapa pakai ngilang-ngilang segala!" jawab Tya.
"Iya," sahut Liyli.
"Heh! Kalian debat gara-gara gue ya? Udah deh, nggak usah debat, lagipula gue udah nggak ngilang lagi kok!" lerai Relyn.
"Kita debat juga gara-gara lo, Lyn! Perempuan bodoh!" jawab Tya sembari menghardik.
Plaaakkk ...
Sebuah pukulan hebat Seryl melayang ke pipi Tya. "Jaga ucapan lo, Tya!"
"Lah, gue ngehina Relyn bukan ngehina lo. Kenapa lo yang marah?"
"Lo nggak berhak ngehina teman gue seenaknya. Apa maksud lo kek begitu? Cari masalah ye, lo?" bentak Seryl.
"UUDDDAAAAAHHHH ... DIAM SEMUANYA!" Teriakan Relyn mencoba melerai lagi.
"Masalah yang kalian debatkan itu nggak mutu! Udah berhenti semua! Seryl, lo ikut gue sekarang!" Relyn dan Seryl keluar kelas. Mereka menghampiri para teman lelaki di kantin.
Kening Relyn mengerut saat mendapati tiga orang temannya. Tampaknya kurang 1? Relyn menyadari bahwa Feki tidak ada. Apa mungkin Feki tidak masuk sekolah?
Seryl dan Relyn mengambil tempat duduk di antara mereka. "Di sini nggak ada Feki. Ini kesempatan lo!" bisik Kio pada Viren.
"Relyn," panggil Viren tanpa merespon Kio. Relyn membalas dengan tengokan.
"Aku cinta kamu! Maukah kamu jadi pacarku?" Relyn sontak terkejut mendengar ucapan Viren tersebut. Jantungnya berdegup dua kali lebih cepat. Matanya berbinar terfokus pada wajah Viren. Terungkap, bahwa yang menyimpan rasa cinta pada Relyn selama ini bukan hanya Feki, melainkan Viren juga.
"Benarkah?" tanya Relyn dibalas anggukan Viren.
"Ayo Lyn. Terima dong! Biar kita samaan!" dukung Seryl. Apa maksud dari samaan?
"Hah? Samaan? Maksudnya?" tanya Relyn seakan telah lupa bahwa ia harus menjawab tawaran Viren.
"Jawab dulu, lo mau nggak jadi pacarnya Viren!" pinta Seryl. Relyn terdiam sembari menatap Viren yang juga menatapnya.
"Ya udah gue mau!" jawab Relyn berlanjut mendapat pelukan dari Viren dari samping. Viren menyandarkan kepala di bahu Relyn dengan sudut bibir yang terangkat.
"Gue janji bakal jagain lo selamanya!"
"Ciieeeeee ... Pasangan ballluuuuu!" ledek Seryl dengan suara yang dibuat-buat.
"Gue yang jomblo nyimak," ucap Reyco.
"Makanya cari pasangan, sono!" jawab Seryl.
"Ngedate yuuukk!" ajak Kio.
"Ngedate? Sama siapa?" tanya Relyn masih setia dalam pelukan Viren.
"Kita berempat! Gue sama Seryl, lo sama Viren!" jawab Kio.
"Jadi kalian sudah jadian?" tanya Relyn.
"Udah 2 bulan yang lalu," jawab Seryl. Sepasang mata Relyn melotot, bibirnya terbuka, ia terkejut akan jawaban Seryl. Memang akhir-akhir ini Kio sering memanggil Seryl 'sayang' dan Seryl pernah mengaku keceplosan memanggil Kio yang sama. Namun pengakuan Seryl tersebut hanya drama untuk menutupi hubungannya. Dan sekarang telah terjawab bahwa mereka telah berpacaran sejak lama.
"Bussseeettt ... Gue baru tau!" jawab Relyn.
"Sengaja kita tutupin. Ya kan, sayang?"
"Iya," jawab Kio.
"Hello everybody!" sapa Feki yang datang secara mendadak.
"Heeemmm ..." Semua teman Feki malas menanggapi-nya yang biasa dikatakan 'alay'.
"Relyn sayang. Lo udah sarapan apa belum?" tanya Feki yang tak dijawab Relyn, ia hanya menatap Viren yang juga menatapnya.
"Nape lo panggil Relyn sayang? Dia udah jadi milik orang!" Feki sontak terkejut mendengar ucapan Kio tersebut.
"Siapa?" tanya Feki yang sedari tadi masih berdiri.
"Yang didekatnya!" jawab Kio. Feki menatap horor Viren yang berada di dekat Relyn. Kedua tangannya mengepal kuat, rahangnya mengeras menandakan tingginya emosi yang ia simpan.
Buuggg ...
Sebuah tinju mendarat di pipi halus Viren yang membuatnya menahan rasa sakit. "Berani lo rebut Relyn dari gue?" tanya Feki sembari mencekal kerah Viren.
"Dia kan belum jadi milik lo!" jawab Viren.
"Tapi gue cinta sama Relyn!" ungkap Feki. Relyn yang sedari tadi duduk, sontak beranjak dari duduknya.
"Apa? Lo cinta sama gue? Kenapa lo nggak bilang?" tanya Relyn.
"Karena gue belum mau mengungkapkan!" jawab Feki dengan tegas.
"Itu salah lo sendiri kenapa nggak mau ngungkapin. Sekarang gue udah jadi milik Viren, lo harus ikhlas!" tutur Relyn. "Lepaskan dia! Atau gue lapor ke BK!"
Feki melepas kerah baju Viren lalu pergi dengan penuh emosi.
Kini, Feki berada di toilet putra, menumpahkan segala emosinya. "Aaaaarrrggghhhh ... Kenapa semua jadi seperti ini? Kenapa!" teriak Feki sembari meninju tembok. "Apa dia tidak tau? Seberapa besar cinta yang gue simpan?"
Air mata Feki menetes saat segala kebersamaannya dengan Relyn terlintas di benaknya. Mungkin, kebersamaan itu tak akan terulang lagi. Rasa cinta yang tumbuh dalam hati, terpaksa harus Feki lenyapkan. Segala kenangan yang telah terukir sejak lama, terpaksa harus ia lupakan. Demi menjaga kewarasannya.
Feki mengusap air mata saat merasa cukup. Tiba-tiba sudut bibirnya terangkat hingga terukir senyuman miring. Tersimpan sebuah rencana yang tak terduga dalam otaknya.
*______*
Di kelas 9B tampak 5 orang remaja yang tak terlalu sibuk. 4 orang dari mereka tengah asik beromantisan. Mereka adalah Seryl, Kio, Relyn dan Viren. Relyn merapikan pakaian Viren sejak tadi. Seryl dan Kio tengah makan bersama sembari saling suap.
"Keterlaluan sekali Feki. Berani-beraninya kamu diginiin sama dia!" ucap Relyn sembari memakaikan ikat pinggang Viren.
"Sudah sayang, nggak papa kok. Yang penting sekarang kita baik-baik saja!" jawab Viren dengan lembut. Mereka mengambil duduk usai pakaian Viren rapi seperti sediakala.
Disisi lain, masih tampak sepasang insan tengah berpacaran di pojok kelas. Mereka saling tersenyum, memandang dan menyentuh. Kio menyentuh pipi halus Seryl lalu dibalas olehnya dengan hal yang sama.
Seorang remaja perempuan yang belum memiliki pasangan, hanya bisa duduk terdiam menyaksikan keempat insan itu. Ia adalah Mika.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Relyn
TeenfikceAlur hidup seseorang berbeda-beda. Tidak ada yang tahu selain Tuhan. Seperti cerita seorang Relyn. Remaja 15 tahun yang mengalami percintaan. Semula ia dekat dengan seorang cowok bernama Feki, namun berpacaran dengan Viren yang lebih dulu menyatakan...