5. Wekeend

3 2 0
                                    

  Matahari telah menampakkan sinarnya sejak lama, namun tak dihiraukan oleh wanita berbaju piama yang masih setia di alam mimpinya. Karena hari minggu, ia ingin memuaskan tidurnya. Namun tak bisa, karena deringan handphone yang menyeruak di seluruh sudut kamar.

  Relyn membuka mata sembari meraih handphone-nya di atas nakas. Dengan penglihatan yang masih samar, ia mengangkat telfon tersebut.
  "Hallo," ucap seorang lelaki di seberang sana.

  "Mmhhh ... Apa?" jawab Relyn masih mengantuk.

  "Main yuk!" ajaknya. Lelaki tersebut tak lain adalah Feki.

  "Ke mana?"

  "Jalan-jalan," jawabnya.

  "Iya, ke mana? Lo jangan bikin gue emosi, gue baru bangun tidur, masih ngantuk!" tegas Relyn membaringkan tubuhnya kembali sembari menempelkan handphone di telinga.

  "Ululululuh .. Maaf sayang. Kita main ke danau yuuk!"

  "Hiisshh jangan sayang-sayang deh, alay lo!" cibir Relyn.

  "Ya udah, lo mau nggak ke danau?"

  "Mau ngapain di sana?" tanya Relyn.

  "Cari udara segar!" jawab Feki.

  "Ya udah terserah lo!"

  "Gue jemput lo, ye!" ucap Feki.

  "Eittssss jangan!" tolak Relyn.

  "Kenapa?" tanya Feki.

  "Mama Papa gue lagi libur kerja, lagi di rumah. Ntar gue dimarahin kalau lo ke sini. Soalnya gue nggak boleh datengin teman cowok ke rumah!" jawab Relyn.

  "Terus?"

  "Biar gue aja yang jemput lo!" tawar Relyn.

  "Oke."

  "Lo tunggu di rumah ye, gue mau mandi dulu!"

  Relyn menekan tombol merah pada layar handphone dan beranjak dari ranjang menuju kamar mandi.

  "Mama, Papa, Relyn mau main dulu ya!" izin Relyn usai mandi.

  "Sama siapa?" tanya Nitolen.

  "Sama teman!" jawab Relyn.

  "Perempuan atau lelaki?"

  "Lelaki," jawab Relyn dengan jujur.

  "Nggak boleh!" larang Nitolen.

  "Lah, kenapa? Kan aku udah janjian sama dia!"

  "Nggak, Papa nggak mau kamu keluar sama lelaki! Kamu belum cukup umur!" tegas Nitolen.

  "Papa yakin?" tanya Relyn.

  "Iya."

  "Lah. Terus gimana dong. Kan aku udah janjian, sekarang dia lagi nunggu aku!" desak Relyn.

  "Pokoknya kamu nggak boleh keluar sama lelaki kalau belum cukup umur!"

  "Sudah lah Nak. Kamu nurut aja sama Papa!" nasihat Resita.

  "Mmhh, ya udah deh, aku nurut. Aku ke atas dulu!" jawab Relyn seraya ke kamar. Ia menelfon Feki untuk membatalkan main bersama.

  "Ya sudah, nggak papa."

  "Oke. Maafin gue ye!" Relyn langsung menutup sambungan telfonnya.

  *______*

  Di sebuah rumah sederhana yang bersih, tampak seorang remaja yang masih menetap di kasur. Dia adalah Feki yang kecewa karena harus batal berduaan dengan gebetannya.

Diary RelynTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang