Jenazah Resita dan Nitolen tiba di kediamannya usai melalui perjalanan di tol yang panjang. Banyak pelayat yang telah lama menunggu kedatangan mereka. Jenazah Resita lebih dulu dimasukkan ke rumah sebelum jenazah Nitolen. Mereka dibaringkan di tikar yang dikelilingi para pelayat. Relyn dan Arrumi duduk di hadapannya. Dengan bercucuran air mata, Relyn mengelus kening Resita dan Nitolen untuk terakhir kalinya.
"Mama, Papa, kenapa pergi secepat ini. Padahal aku masih butuh Mama Papa di sampingku. Meskipun sudah ada Mama Keyla dan Papa Niko yang sayang sama aku, tapi aku terbiasa sama Mama dan Papa sehingga aku sulit melepaskan Mama Papa. Maafkan aku belum bisa menjadi anak yang baik, maafkan aku atas semua kesalahanku pada Mama Papa. Untuk kesalahan Mama Papa padaku, sudah aku maafkan semuanya. Aku sayang Mama Papa," ucap Relyn seraya mengecup kening keduanya sebelum tertutup kain kafan.
Hal itu tak luput dari penglihatan Pressa yang hadir di tengah kerumunan pelayat. Teringin ia mendekati jenazah Nitolen, namun takut jika Arrumi meluapkan emosinya kembali dan membuat kericuhan.
******
4 jam kemudian, jenazah Resita dan Nitolen tiba di pemakaman. Mereka di letakkan pada liang lahat yang berdekatan secara bergantian. Relyn masih menatap Mama Papanya itu dengan penuh rasa duka. Begitupun Arrumi yang masih bercucuran air mata. "Anak Mama kuat!" Keyla memeluk Relyn dari belakang. Relyn menenggelamkan tubuhnya dalam pelukan Keyla sembari menangis sejadi-jadinya. Keyla mengelus-elus bahu Relyn. "Yang kuat ya Sayang. Mama tau apa yang kamu rasakan!"
Perlahan tapi pasti, orang-orang di sekitar mulai menimbun jenazah pasutri tersebut dengan tanah hingga akhirnya tertutup.
Relyn dan Arrumi menaburi bunga pada dua pusara tersebut. "Relyn, kami turut berduka cita atas musibah yang menimpamu, kamu yang sabar ya!" ucap Seryl di belakang Relyn mewakili teman-temannya.
"Iya Lyn, kamu pasti kuat," imbuh Tya. Teman-teman Relyn mengetahui semua itu karena Seryl yang mendapat cerita dari Celine. Seryl pun mengajak Tya, Liyli dan Mika untuk ke pemakaman Mama Papa Relyn.
"Terima kasih!" ucap Relyn. diangguki keempat temannya.
"Dear Mama, Papa. Selamat jalan ya, Mama Papa yang tenang di sana! Relyn sayang Mama Papa, Relyn akan selalu mendoakan Mama Papa! Terima kasih atas semua yang Mama Papa berikan pada Relyn, maaf Relyn belum bisa membalas semuanya! Selamat jalan Ma, Pa, Relyn pamit!"
Dengan langkah gamang, Relyn dan Arrumi meninggalkan pusara Resita dan Nitolen untuk kembali ke rumah.
Di depan rumah, Relyn dan Arrumi disambut hangat oleh keluarga Niko. "Relyn dan Nenek, saya turut berduka cita ya!" ucap Niko diangguki Relyn.
"Saya juga turut berduka cita ya," imbuh Celine. "Akhirnya aku punya Kakak dan bisa tinggal bersama!" Celine memeluk Relyn yang hanya tersenyum.
"Relyn sayang, mulai sekarang, kamu tinggal bersama Mama Keyla, Papa Niko dan Celine ya!" ucap Keyla sembari menangkup pipi Relyn. Relyn tersenyum singkat lalu mengangguk. "Tapi bagaimana dengan Nenek?" tanya Relyn.
"Untuk Nek Arrumi, apa Nenek mau tinggal bersama kami?" tanya Keyla lembut.
"Owh, tidak Nak, terima kasih. Saya sudah biasa tinggal sendiri dan lebih nyaman di rumah saya sendiri."
"Kalau itu keinginan Nenek, ya sudah,tidak apa-apa. Kalau Nenek rindu sama Relyn bisa langsung telfon!" jawab Keyla diangguki Arrumi.
Relyn mengemasi seluruh pakaian dan barang-barangnya untuk dibawa ke rumah keluarga Niko. Sebelum pulang, Niko mengantar Arrumi ke rumahnya.
*******
Waktu selalu berjalan. Tak terasa perempuan yang dulu remaja, kini telah dewasa. Siapa lagi jika bukan Relyndita Velsia Nitolen yang kini tengah berlari ke rumah dengan senyum yang selalu tampak di bibirnya. Ia menghampiri Keyla di taman rumah. "Mamaaaaaaaaaa! Aku lulus." Relyn memeluk erat sang Mama.
"Waaahh ... Mama tidak menyangka, kamu udah lulus sekarang. Rasanya ini cepet banget! Padahal kemarin kamu masih bayi tahu-tahu sekarang udah lulus!" respon Keyla.
"Hehe ... Iya Ma. Tapi aku mau menyampaikan sesuatu sama Mama yang bisa menjadi kebahagiaan sekaligus kesedihan!"
"Apa itu?" tanya Keyla.
"Aku mendapatkan beasiswa untuk kuliah di luar negeri dan harus berpisah sama Mama, Papa dan Adik Celine!" jawab Relyn mengerucutkan bibirnya.
"Waaahh ... Bagus dong, Sayang! Mama bahagia banget dengernya, sini peluk!" Keyla mendekap Relyn lalu melepasnya kembali.
"Tapi aku sedih, karena harus berpisah sama Mama, Papa dan Adik!" ucap Relyn.
"Nggak Papa Sayang. Kita hanya berpisah sementara kok, kalau kamu udah lulus kuliah nanti bakal kembali lagi ke Indonesia terus bersama Mama, Papa dan Adik lagi, kan?"
"Mama beneran nggak papa aku tinggal?" tanya Relyn.
"Nggak papa dong, Sayang. Demi masa depan kamu!" jawab Keyla.
"Ya sudah okay!" Relyn masuk kamarnya di lantai 4 untuk melepas pakaian wisuda yang dikenakan lalu mengganti pakaian biasa.
Relyn menaiki lift ke lantai 1 untuk meminta izin pada Keyla karena ingin ke makam Resita dan Nitolen.
"Boleh kok, Sayang! Tapi jangan lama-lama.ya, kamu harus istirahat juga!"
"Iya Ma!" Relyn pergi diantar supir pribadinya.
Sesampai di makam, Relyn menghampiri pusara Resita dan Nitolen yang berdekatan. Ia menaburi bunga pada kedua pusara tersebut seraya berdo'a.
"Mama, Papa, aku ke sini mau nyampein kabar gembira dan ada sedihnya juga. Aku udah lulus SMA dan dapat beasiswa buat kuliah ke luar negeri Ma, Pa. Mama sama Papa pasti bangga sama aku kan? Tapi aku juga sedih Ma, Pa, karena harus berpisah sama Mama Keyla, Papa Niko dan Adik Celine selama beberapa tahun. Dan lagi, aku juga nggak bisa ke sini selama aku masih di luar negeri Ma, Pa. Aku minta maaf ya, harus pergi jauh tanpa menjenguk Mama sama Papa. Ini terakhir kalinya aku ke sini sebelum berangkat ke luar negeri. Sudah dulu ya Ma, Pa, aku pamit, Assalamualaikum!"
********
Seminggu kemudian, Relyn, Keyla, Niko dan Celine berada di bandara untuk mengantar kepergian Relyn. "Mama, Papa, Adik, aku pamit kuliah ya, do'akan aku supaya aku selalu baik-baik saja di sana sampai lulus nanti aku pulang ke Indonesia."
"Kami akan selalu mendo'akanmu Relyn, semangat kuliah ya! Papa sama Mama bangga sama kamu, Relyn!" jawab Niko.
"Iya sayang, kami bangga sama kamu! Semangat ya!" tambah Keyla.
"Aku juga bangga sama Kakak, Kakak yang semangat ya," imbuh Relyn yang kini kelas 10 SMA.
"Terima kasih. Semoga nanti Celine juga bisa kayak aku!"
"Aamiin," jawab mereka serempak. Relyn memeluk ketiganya lalu berjalan ke pesawat. Ia melambaikan tangan pada mereka yang dibalas senyum dan anggukan.
Tamat
Terima kasih banyak untuk teman-teman yang sudah membaca cerita ini sampai habis😊Maaf masih banyak kekurangannya🙏semoga kita semua sehat selalu ya, see you👋
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Relyn
Teen FictionAlur hidup seseorang berbeda-beda. Tidak ada yang tahu selain Tuhan. Seperti cerita seorang Relyn. Remaja 15 tahun yang mengalami percintaan. Semula ia dekat dengan seorang cowok bernama Feki, namun berpacaran dengan Viren yang lebih dulu menyatakan...