Tengah malam yang hening, memantapkan para manusia untuk tidur. Tak terkecuali Relyn dan Resita yang terlelap sedari tadi. Namun, keheningan di kamarnya pecah seketika kala handphone Resita berdering. Hal itu sontak membuatnya terbangun dan bergegas mengangkat telfon di sana. "Hallo, sayang kamu di mana? Aku kangen kamu, aku butuh kamu, aku ingin kamu kembali! Apa kamu ada di rumah Ibumu? Kalau iya, aku akan jemput kamu besok! Tunggu ya!" ucap Nitolen di seberang sana. Mendengar itu, Resita hanya diam. Tangan Resita beralih menekan tombol merah di layar lalu mematikan daya handphone. Ia malas berbicara dengan Nitolen dan memilih untuk tidur kembali.
*______*
"Sayang ... Sayang!" Nitolen memanggil Resita di balik hanphone. Namun tiada jawaban karena sambungan telfon terputus. Nitolen yang tahu, sontak membanting handphone ke segala arah. "Kacau. Semuanya kacau!" Nitolen mengacak rambut frustasi.
Di malam yang hening, Nitolen tak dapat tidur karena merindukan Resita dan Relyn. Ia ingin bersama mereka kembali. Namun, apa bisa? Nitolen tak tahu itu. Karena mengingat Resita mengajak Relyn meninggalkan rumah begitu saja. Tanpa kabar apapun. Yang lebih membuatnya bingung adalah memikirkan cara agar mereka kembali. Namun, ia tak tahu itu dan hanya bisa meratapi nasib.
Meski ia masih berpacaran dengan Pressa, tetapi posisi Resita tak kan terganti. Resita selalu di hati. Nitolen tak dapat hidup tanpa Resita. Dengan keadaan begitu, ia hanya bisa pasrah.
*****
Ke esokan harinya, Relyn bersiap. pergi sekolah. Ia menaiki bus untuk sampai di sana karena jarak rumah Arrumi dengan SMPN 05 Garuda cukup jauh. Relyn tidak sendiri, melainkan bersama Resita yang hendak berangkat kerja.Setiba di sekolah, Relyn mendapati banyak siswa/siswi yang tengah sibuk mempersiapkan diri untuk melaksanakan upacara bendera. Sepertinya, Relyn tiba di sekolah lebih lambat dari biasanya. Meski begitu, ia tetap berjalan santai ke kelas sembari memerhatikan kesibukan mereka.
Saat di kelas, ia terkejut kala netranya menangkap keberadaan Viren bersama Kio dan Seryl di pojok kelas. Relyn lekas pergi sebelum keberadaannya diketahui mereka. Karena mengingat kejadian beberapa waktu lalu membuatnya malu bertemu dengan Viren.
Beberapa menit kemudian, bel berbunyi nyaring. Para siswa/siswi berlarian menuju lapangan upacara. Mereka melaksanakan upacara bendera dengan Bu Dian sebagai pembinanya.
Pada saat menyampaikan amanat, Bu Dian menetapkan sebuah peraturan baru, yakni larangan para siswa/siswi untuk berpacaran. Seisi lapangan pun terkejut mendengar peraturan tersebut, namun mereka hanya bisa pasrah.
Seusai upacara, tak sedikit siswa/siswi yang berpacaran pun, memilih mengakhiri hubungan. Tak terkecuali, Seryl dan Kio. Bukan tanpa alasan, namun mereka harus menaati peraturan sekolah. Jika tidak, hukuman bisa datang kapanpun kala ketahuan berpacaran.
Sementara di kantor kerja, Resita tengah mengerjakan dokumen bersama Tityan melalui komputer. Mereka kompak menyelesaikan dokumen tersebut sembari sesekali bercanda tawa. Nitolen yang mendapati sang istri tertawa bersama orang lain pun sontak tak terima dan langsung menghampiri mereka. "Resita! Kamu duakan aku?"
Resita dan Tityan menoleh bersama. Orang-orang yang mendengar suara keras Nitolen, sontak menatapnya. "Kamu yang duakan aku!" jawab Resita berdiri sembari menelunjuk wajah Nitolen.
"Tapi kamu juga duakan aku!" tuduh Nitolen.
"Siapa yang duakan kamu? Aku duduk bersama Tityan karena lagi ngerjain dokumen penting, bukan bermaksud apapun!" jawab Resita.
"Alah! Ngaku aja kamu!"
"Aku sama Resita nggak ada. hubungan apa-apa Mas," Tityan angkat bicara.
"Lalu, kemarin kamu ke mana? Pasti kamu pacaran sama dia kan?" tanya Nitolen.
"Aku nggak pacaran Mas! Jaga ucapanmu! Justru kamu yang pacaran dulu! Kenapa kamu malah nuduh aku?" Suara keras Resita pun keluar.
"Aku nggak nuduh kamu. Aku bertanya sama kamu!" jelas Nitolen.
"Lagian, kenapa kamu tanya-tanya? Kamu kan udah sama Pressa, jadi nggak usah kepo tentang aku!" tegas Resita.
"Aku ini suamimu, Resita!"
"Aku tahu itu! Aku bilang begitu karena aku kesal sama kamu! Aku pergi dari rumah karena sakit hati!" ungkap Resita.
"Oke...oke aku tahu! Sekarang, aku mohon sama kamu, jangan tinggalkan aku! Aku butuh kamu, Resita! Aku mau kamu pulang sama aku, nanti!"
"Aku nggak akan pulang sama kamu sebelum kamu putusin Pressa!" jawab Resita.
"Oke, aku akan putusin dia sekarang!" Nitolen mengambil handphone di saku seraya menelfon Pressa.
"Sayang, ada apa? Tumben telfon aku jam segini? Bukannya kamu kerja?" tanya Pressa di seberang sana.
"Aku mau, kita putus sekarang!" jawab Nitolen di saksikan banyak pasang mata.
"Loh, sa---." Ucapan Pressa terpotong kala Nitolen menekan tombol merah di layar handphone.
"Kamu udah lihat kan? Nanti, kamu harus pulang sama aku!"
"Tidak semudah itu! Kamu harus minta maaf sama Bundaku!" syarat Resita.
"Oke, aku akan melakukan itu!" jawab Nitolen. Perdebatan usai, semua orang pun kembali duduk.
*______*
Seorang remaja lelaki tengah memerhatikan kegiatan perempuan di SMPN 05 Garuda. Siapa lagi jika bukan Viren Alexander, ia tengah memerhatikan Relyn dari balik jendela kelas. Pasalnya, Relyn, Celine dan Seryl tengah duduk bersama di depan kelas. Teringin Viren memiliki Relyn kembali, namun tak bisa. Selain karena larangan kepala sekolah, juga takut pada sang ayah.
"Woy! Udah jangan merhatiin Relyn mulu' ntar gamon!" Kio mengalihkan kefokusan Viren.
"Biarin!" jawab Viren kembali menatap Relyn.
"Kek gue nih, habis putus, tapi santai! Nggak kek lo! Udah lama putus, kagak ada santai-santainya muka lo! Kayak masih ngarep banget!" cibir Kio.
"Banyak omong lo! Diamlah!" gerutu Viren.
*______*
Sore hari telah tiba, saatnya Nitolen menepati syarat Resita. Ia mengendarai mobil bersama Resita menuju rumah Arrumi. Setiba di sana, mereka mengucapkan salam. Netranya menangkap Arrumi dan Relyn tengah menonton televisi. Mereka berdiri kala mendapati keberadaan Nitolen dan Resita. "Bunda," Nitolen bersimpuh di kaki Arrumi, "maafkan aku yang tidak bisa menjaga anak Bunda dengan baik!" isak Nitolen.
"Buat apa kamu minta maaf, kalau kamu masih menyakiti hati anakku?"
"Aku tidak lagi menyakiti anak Bunda! Aku menyesal!" jawab Nitolen masih berposisi sama.
"Kamu harus berjanji, bahwa kamu tidak akan menduakan anakku, lagi!" pinta Arrumi.
"Iya Bun. Aku janji!" jawab Nitolen seraya berdiri. Usai itu, Nitolen meminta maaf pada sang putri.
"Oke. Aku sudah memaafkan Papa! Papa harus janji, nggak akan menduakan Mama, lagi!" jawab Relyn sembari meminta.
"Iya, Papa janji!"
Tak lama kemudian, mereka pulang ke rumahnya. Terukir senyuman di bibir Relyn dan Resita. Mereka memiliki harapan yang sama, yakni memiliki keluarga kecil yang bahagia tampa gangguan. Semoga, Nitolen bisa menghapus rasa cintanya pada Pressa agar bisa bahagia dengan Resita.

KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Relyn
Teen FictionAlur hidup seseorang berbeda-beda. Tidak ada yang tahu selain Tuhan. Seperti cerita seorang Relyn. Remaja 15 tahun yang mengalami percintaan. Semula ia dekat dengan seorang cowok bernama Feki, namun berpacaran dengan Viren yang lebih dulu menyatakan...