27. Ikut Sedih

3 2 0
                                        

  Pukul 06.25, Nitolen masih setia di kamar sembari bermain ponsel. Entah chattingan dengan siapa. Namun yang pasti, ia melupakan waktu.

  Relyn dan Resita yang telah bersiap sedari tadi pun merasa heran hingga memutuskan menghampiri Nitolen.

  Thok ...

  Thok ...

  Thok ...

  "Mas Nito."

  "Papa."

  Thok ..

  Thok ..

  Thok ...

  Cklek

  Pintu terbuka, menampakkan seorang Nitolen dengan pakaian piyama. "Mas, kok kamu belum siap? Ini jam berapa?"

  "Maaf sayang. Hari ini aku nggak ke kantor, mau meeting ke luar kota selama beberapa hari!" jawab Nitolen.

  "Dadakan banget Mas," ucap Resita.

  "Iya, aku juga nggak tau sayang. Ini barusan ada pemberitahuan mendadak banget!" jawab Nitolen.

  "Masa' sih, Mas? Coba lihat!" Resita tak langsung mempercayainya.

  "Handphone-ku lowbat jadi aku mau langsung siap-siap aja. Kamu kalau mau ke kantor sekarang, berangkat sendiri sama Relyn aja ya!"

  Resita mengerucutkan bibir. "Ya sudah deh Mas, aku berangkat dulu sama Relyn!" Mereka menyalami Nitolen seraya pergi.

  Relyn mencurahkan isi hatinya yang diselimuti perasaan aneh pada sang sahabat.

  "Sebenarnya aku sedih, harus ditinggal Papaku mendadak. Padahal kemarin-kemarin nggak ada pembicaraan kalau mau meeting keluar kota. Lagipula, dari dulu Papaku nggak pernah meeting sampai keluar kota. Tapi sekarang, tiba-tiba ke sana, mendadak pula."

  "Kakak bisa telfon kalau rindu!" ucap Celine.

  "Aku takut kalau mengganggu."

  "Buat apa takut mengganggu? Kakak kan anaknya, wajarlah kalau rindu terus telfon mendadak. Lagipula Papamu kan juga pergi mendadak, jadi tidak masalah kalau Kakak mau telfon mendadak. Biar semuanya sama-sama mendadak gitu kan adil! Hehehehehe," desak Celine diikuti tawa kecil.

  "Iya ya, benar juga itu!" Relyn mengangguk-angguk. Mereka masuk kelas usai bel berbunyi.

  Di kelas, Relyn mendapati para temannya yang telah rukun kembali. Mereka telah melupakan masalah-masalah lalu dan kembali bercanda ria sebelum Guru datang.

  ***

  Relyn dan teman-teman sekelasnya pergi ke kantin. Itulah pertama kali mereka berkumpul kembali di kantin usai berseteru beberapa waktu lalu. Relyn memposisikan dirinya di kursi seraya memesan makanan.

  *________*

  Di kantor, Resita merasa kesepian tanpa sang suami. Ia memasang raut muka murung hingga menuai pertanyaan dari Kelly yang melihatnya. "Saya ditinggal suami saya meeting ke luar kota!"

  "Meeting ke mana Mba? Perasaan tidak ada tugas meeting sama sekali, ke luar kota pula!" jawab Kelly membuat Resita beranjak dari kursi.

  "Apa Kel? Beneran? Suami saya pamitnya meeting ke luar kota loh?" Resita mengerutkan kening.

  "Iya Mba. Kalau nggak percaya coba tanya sama direktur!" jawab Kelly.

  Resita duduk kembali, memijat keningnya pelan. Diraihnya handphone dari saku untuk menelfon Nitolen.

Diary RelynTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang