22. Liburan

6 2 0
                                    

  Kemegahan hotel bintang lima telah tampak di depan mata. Resita dan Relyn disambut oleh keindahan hotel tersebut. Tampak beraneka bunga di depan hingga sebuah kolam renang yang turut menghiasi. Relyn dibuat takjub akan hal itu, ia semakin tak sabar untuk masuk.

  Resita memesan kamar penginapan di nomor 405 yang berada di lantai 10. Mereka harus menaiki lift untuk sampai di sana.

  Cklek ...

  Di kamar, mereka disambut oleh keindahan dekorasinya. Lampu antik yang terpasang dilangit ruangan tampak gemerlapan disertai kaca jendela yang menampakkan sekilas keindahan kota Jakarta. "Waahh ... Bagus banget Ma!" kagum Relyn.

  "Iya. Ayo masuk!" Resita menutup kembali pintu kamar.
 
  "Aku mau menelfon sahabatku dulu ya! Biar dia cepet ke sini!" ucap Relyn diangguki Resita.

  "Hallo Kak Relyn. Apa Kakak sudah sampai di hotel?"

  "Iya Cel, ini aku udah sampai. Aku sama Mamaku di hotel Aswar jalan kerbau nomor 52 di kamar 405! Silakan kamu nyusul ke sini!" jawab Relyn.

  "Oke, sekarang juga, aku berangkat sama Mama Papaku!" Relyn tampak ceria usai mendengar itu. Ia pun mematikan telfon.
"Gimana? Apa sahabatmu mau ke sini?" tanya Resita.

  "Iya Ma! Dia udah berangkat!" jawab Relyn.

  "Baguslah!"

  Relyn merebahkan tubuhnya di kasur empuk sembari menatap jendela yang menampakkan suasana ramai di kota. Hal itu juga dilakukan oleh Resita. Hatinya menjadi tenang kala mendapati sebuah keindahan.

  Relyn beralih fokus kala handphone-nya berdering. Dengan sigap ia mengambil dan mengangkat telfon. "Hallo Kak!" ucap Celine.

  "Iya Cel, apa kamu sudah sampai sini?"

  "Iya kak, aku sudah sampai. Aku di kamar 378!" jawab Celine.

  "Kamu sendiri?" tanya Relyn.

  "Aku sendiri di kamar. Soalnya orang tuaku ada di kamar 306, jadi beda kamar!" jawab Celine.

  "Kalau gitu, aku boleh ke kamarmu nggak?"

  "Boleh kok! Kalau Kak Relyn mau tidur di kamarku pun boleh!" jawab Celine.

  "Waah oke deh!" Relyn mematikan telfon lanjut meminta izin pada Resita.

  "Silakan! Mama nggak melarang kok!" jawab Resita. Relyn pun keluar dan menaiki lift untuk menghampiri Celine.

Thok ...

Thok ...

Thok ...

Cklek....

  Mereka bertemu kala Celine membuka pintu. "Celine."

  "Kak Relyn." Mereka berpelukan sekejap.

  "Akhirnya kita bisa berlibur bareng!" ungkap Relyn.

  "Iya Kak! Silakan masuk!" Celine menutup pintu usai Relyn masuk.

  "Waahh ... Bagus banget ya!" Relyn merentangkan tangan sembari menghela napas. Ia terpukau dengan dekorasi kamar yang terdapat gemerlap lampu LED dan beraneka hiasan dinding serta dilengkapi perabot bersantai.

  "Iya!"

  "Mari kita tidur! Besok kita berenang di luar ya!" ajak Relyn disetujui Celine. Mereka pun memejamkan mata di kasur empuk.

  *______*

  Jam dinding telah menunjuk pukul 23.20, Nitolen masih setia mengobrol dengan Pressa melalui telfon. Ia tak mempedulikan keberadaan anak dan istrinya karena mengingat mereka telah membuat Nitolen emosi. "Bagaimana dengan Relyn dan Resita?" tanya Pressa di seberang sana. Pressa merasa Resita bukan siapapunnya lagi, karena ia sudah dipecat menjadi asisten rumah tangga. Jadi harap maklum jika Pressa tak lagi memanggil Mbak Resita. 

Diary RelynTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang