8•pantai

50 3 0
                                    

Juna melihat Esmeralda tertidur, setelah memastikan keadaan. Pria itu keluar dari kamar dan meraih kunci mobil di atas meja makan

Ia melirikan matanya sekilas ke arloji di tangan sebelah kiri sebelum tatapannya kembali fokus pada jalan yang ada di depannya

Di dalam hatinya gelisah seperti ingin memecahkan teka teki semesta. Dan ia tidak akan tinggal diam sebelum pertanyaan yang ada di kepalanya terjawab

Juna menepikan mobilnya di lahan kosong milik TNI angkatan laut. Ia keluar dari mobil dan berjalan menyusuri pantai

Hari sudah hampir malam. Ia mempercepat langkah kakinya hingga sampailah di depan sebuah pohon besar di tepi pantai

Tatapan matanya lurus kedepan. Seorang perempuan berambut panjang sedang duduk bersama dengan red velvet dan puluhan tangkai bunga mawar

Haruskah saya berjalan menghampirimu?
membuka luka lama, dan mengingatkan saya pada kejadian tempo dulu?
atau saya harus membalikan langkah ini dan pergi dari sini?

Juna melangkahkan kakinya. Perempuan bodoh itu tidak takut dengan aturan di sekitar. Ia tidak tau kalau tempat yang ia kunjungi sekarang tidak boleh di masuki oleh sembarang orang.

Dan lelaki bodoh itu juga tidak tau kalau perempuan yang sedang duduk di tepi pantai itu adalah tunangan dari atasannya sendiri.

Almeera menoleh ketika seorang pria berdiri di sebelahnya. Gadis itu mendongak ke atas, melihat pria berbadan kekar yang memasukan kedua tangannya ke dalam saku celana

Dasar angkuh

Almeera mengeluarkan senyum sinisnya. Ia tidak menyapa pria asing yang datang dan menghampirinya tiba-tiba.

"Benarkan, kalau perempuan cantik yang membeli bunga mawar dan meninggalkan satu tangkai untuk anak kecil itu adalah kamu. Satunya untuk kamu, kalau kamu tidak suka bunga mawar, kamu kasih saja untuk orang lain. Jangan di rusak, apalagi sampai bikin bunga mawar ini jadi hancur dan tidak berbentuk lagi"

Almeera menekuk kedua kakinya "Saya gak ngerti"

Juna duduk di sebelah Almeera, dan menekuk kedua kakinya juga "Saya juga gak ngerti, kenapa saya bisa sampai ke sini"

Seorang pria angkuh yang tidak pernah bertanggung jawab atas kesalahan yang pernah dia buat di masalalunya, duduk tepat di sebelahku. Tanpa merasa bersalah, dia bersikap seakan semuanya baik-baik saja

Aku tidak dendam. Hanya saja ingat bagaimana dia membuat luka itu dengan sempurna.

Juna menoleh ketika Almeera tidak menjawab pertanyaannya "Kenapa meninggalkan jejak?"- kata Juna tiba-tiba

Almeera tidak mengerti dengan ucapan Juna barusan. Atau mungkin bunga mawar dan red velvet ini adalah alasan kenapa Juna bisa sampai kemari.

Tapi kenapa dia bisa tau kalau itu aku?

"Jejak itu akan selalu ada, kecuali kalau kamu mau menghapusnya"

"Caranya?"

Almeera menoleh "Hanya diri kamu sendiri yang tau jawabannya"

"Perempuan angkuh yang selalu menyembunyikan kesedihannya sendirian. Tidak ingin orang lain tau kalau dirinya sedang rapuh, selalu membuat orang lain tertawa, padahal di dalam batinnya meringis mengingat luka"

Ucapan Juna barusan melesat sampai ke hatinya. Bagaimana bisa dia dengan lantang mengucapkan itu. Kemudian Almeera menghela nafas

"Laki-laki egois yang ingin menggenggam dua tangan sekaligus. Seorang pengecut yang tidak berani mengambil keputusan untuk dirinya sendiri, pergi dan menghilang padahal dia adalah penyebab kenapa batin seorang perempuan bisa sampai meringis dan selalu mengingat luka"- jawab Almeera

Juna "kamu pulang kemana?"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang