35•sebuah kotak

43 3 1
                                    

"Mohon izin, komandan. Sepertinya ini bisa membantu untuk mengobati luka komandan"

Seseorang mengarahkan sebuah kotak berisi obat-obatan. Kean melirikan matanya pada pria itu

Juna membungkuk dan duduk di sebelah Kean. Melihat luka yang ada di pelipis Kean membuat Juna berniat baik untuk memberikan kotak itu

"Sepertinya kamu yang lebih membutuhkan benda itu daripada saya"- jawab Kean

Wajah Juna yang di penuhi luka-luka karena serangan kapal asing itu tadi malam. Kalau di hitung di kalender, sepertinya tugas mereka di sini tersisa tiga puluh hari

Tapi kegaduhan tadi malam membuat komandan Very mengurungkan niatnya untuk kembali ke jakarta dalam tiga puluh hari ke depan

Juna mengeluarkan senyum menyeringai "Luka saya sudah lama sembuh, komandan"

Ntah kenapa sejak mereka di tugaskan di papua, mereka menjadi semakin dekat, sama seperti Ardhan dan Alnett

Tapi Juna tidak pernah lupa kalau Kean memang atasannya. Jadi walaupun mereka cukup dekat, Juna selalu menganggap Kean sama seperti komandan Juna yang lain

Seorang gadis berdiri di tepi pantai, gadis itu menikmati angin sepoi yang membuat rambutnya sedikit terbang

Ia merentangkan tangannya, menikmati sisa hidup yang tuhan berikan. Kalau dalam hitungan medis, seharusnya Almeera sudah mati sekarang

Tapi ntah kenapa gadis itu masih berdiri seperti orang sehat biasanya. Ia bahkan sudah memberikan Kean aba-aba tentang kepergiannya

Tapi Kean tidak menanggapi hal itu dengan serius. Yang Kean tau, ia akan pulang dan menikah dengan wanita yang ia sayang

"Sedang apa?"

Almeera menoleh, ia melihat seorang pria menggunakan seragam berwarna hitam, lengkap dengan senjata dan kacamata yang senada dengan seragamnya. Pria itu berdiri tepat di belakang Almeera.

"Berdiri"- jawab Almeera singkat

"Selain anggota, dilarang masuk"

Almeera mengamati wajah pria yang tertutup itu. Ia membaca name tag yang tertera di seragamnya

Farhan M.D

"Farhan Madzaffar Divandra"-kata Almeera

"Salah"- jawab Farhan

"Lalu?"

"Farhan Mudzaffar Davandra"

Almeera mengangkat alisnya sebagai jawaban. Benar kata orang, perempuan itu tidak pernah salah, kalau mereka salah, ya kembali ke peraturan pertama kalau perempuan tidak pernah salah.

"Darimana kamu tau nama Madzaffar Divandra?"

"Seseorang memiliki nama itu"

"Bukannya kamu bilang kalau kamu tidak kenal? kamu sendiri yang kekeh waktu itu"

Almeera hanya menanggapi pertanyaan itu dengan senyuman. Pria itj hampir mirip dengan kakaknya, selalu mencari tau tanda tanya yang ada di kepala

"Berarti benar, kan? kalau foto perempuan seragam putih abu-abu itu kamu"

Almeera mengangguk "Benar"- jawab Almeera

"Lalu kenapa baru mengakui itu sekarang?"

"Karena tidak semua yang kamu inginkan, bisa kamu dapatkan dengan mudah. Seperti pertanyaan kamu waktu itu, tidak semua hal yang kamu tanya bisa kamu dapatkan jawabannya detik itu juga. Kadang kita perlu waktu untuk menyadari semua itu perlahan"

Juna "kamu pulang kemana?"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang