"Kenapa harus mundur?"- tanya Juna
"Apa kau mau pulang nama"
Juna menoleh "Lebih baik pulang nama, dan mati karena saya mempertahankan harga diri saya sebagai prajurit. Daripada harus mengalah dan memberi harga diri saya pada mereka"
"Tapi kamu tidak mengerti Juna"
Juna menghampiri kapten Pieter, tatapan mata mereka bertemu. Pria itu mengeluarkan senjata berupa pisau, ia menancapkan pisau itu di lengan Juna
Juna mengarahkan senjatanya tepat di depan wajah kapten Pieter. Tak lama, para tahanan itu mengepung Juna, mereka mengarahkan senjata yang mereka miliki
Dan mengamcam Kean, kalau ia sampai menembakan satu peluru dan mengenai salah satu dari mereka. Maka mereka tidak akan segan-segan untuk menghabisi Juna, walaupun nyawa mereka taruhannya
Senjata milik Juna di ambil alih oleh salah satu dari mereka, pergelangan tangan Juna di ikat. Sehingga ia kesulitan untuk bergerak
"Lepaskan anggota kami"-perintah Kean
Kapten Pieter tertawa mendengar hal itu. Ia menatap Kean secara sinis. "Pulanglah, tanpa satu anggota dari kalian"- ancamnya "Kami tidak takut kalaupun kami akan mati di sini"
Duarrr
Duarrr
Alnett dan Ardhan menoleh, mereka mengambil posisi ketika Kean dengan ceroboh menembakan satu peluru ke arah mereka
Dua dari mereka tewas di tempat. Sementara kapten Pieter mengepal tangannya. Ia mengambil senjata milik Juna, namun Alnett berlari dan menendang tubuh kapten Pieter hingga ia jatuh
Ardhan mengambil senjata yang ada di tangan kapten Pieter, sementara pasukan yang lain mengepung kapten Pieter dan para tahanan itu
Mereka melukai lengan Alnett. Alnett dengan sigap membersihkan darah yang bercucuran, ia mencari keberadaan Juna. Tidak ada yang lebih penting dari itu. Sepertinya mereka menyekap Juna.
Dan kapten Pieter juga tidak terlihat ketika orang suruhannya membuat kekacauan di tempat
Kapten Pieter menyeret seragam Juna, wajah pria itu sudah berlumuran darah, matanya terpejam
Duaaarrrrrrrr
Kean terjatuh, begitu juga dengan Alnett dan Ardhan. Mereka mendengar ledakan bom dari dalam kapal
Alnett membesarkan matanya, ia ingat kalau Juna tidak ada di tempat. Dengan sigap ia, Ardhan dan Kean mencari keberadaan Juna
Mereka berhasil meloloskan diri dari serangan yang di lakukan oleh orang suruhan kapten Pieter
Mereka menemukan Juna terkapar di dalam ruang tahanan bersama dengan kapten Pieter.
Kean menunduk, begitu juga dengan Ardhan dan Alnett"Juna Madzaffar Divandra"- ujar kapten Pieter
Juna mencoba membuka matanya, ia melihat telapak kaki, kemudian matanya melirik ke atas, mengamati wajah pria yang berdiri di dekatnya
Kenapa pria itu bisa tau nama lengkap Juna?
"Kamu adalah kebanggaan komandan Very"- ujarnga
"Tapi kalau kau mati sekarang, apa kau masih menjadi anak buah kesayangannya?"
Juna merasa sekujur tubuhnya sakit, ntah apa yang di lakukan pria itu padanya sehingga ia banyak sekali mengeluarkan darah
"Menyerah saja, Juna. Dan akui kekalahanmu"
"Tidak! sampai kapanpun saya tidak akan menyerahkan harga diri saya sebagai seorang prajurit. Apalagi mengaku kalah kepada pecundang seperti kamu!"
Kapten Pieter tertawa "Lalu janji kau dengan ibumu bagaimana? bukannya dia akan sedih mendengar anak kebanggaannya mati secara tragis?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Juna "kamu pulang kemana?"
Romanceini adalah cerita Antara Aku dan Negara, Rahasia Juna. Cerita terakhir tentang Juna dan Almeera. Selamat berkenala lagi dengan Juna. Jangan di cari tau pemeran utamanya siapa, cukup nikmati alur cerita yang sudah penulis buat