18•Kean dan Juna

55 3 0
                                    

"Lalu bagaimana dengan bunga mawar yang ingin kamu temui itu? bagaimana dengan Almeera dan bunga mawar yang selalu kamu rangkai di dalam sebuah tulisan? apa benar kamu tidak merindukannya? red velvet, pantai, dan bola mata ibu dewan yang selalu ingin kamu lihat setiap hari? atau lampu kota yang ingin kamu kunjungi bersama ibu dewan mu itu?"

"Itu semua hanyalah bagian dari masalalu kami, pak. Percayalah kalau saya sudah bahagia dengan pilihan saya, dan saya rasa, begitu juga dengan Almeera"

Kean menunjukan senyum sinisnya. Tangannya membuka laci, ia mengeluarkan sebuah buku dan menunjukannya pada Juna

"Lalu untuk apa merangkai tulisan di buku ini? Bahkan saya tidak menemukan nama istri kamu, yang saya temukan di dalam buku ini justru nama tunangan saya"

Kini Juna sudah tidak bisa berkutik. Pria itu tidak menjawab ucapan Kean barusan, siapa yang berani memberi tau semua privasi Juna pada Kean

"Kamu masih mencintai Almeera?"

"Maaf komandan. Sepertinya saya harus menyelesaikan pekerjaan saya, dan mempersiapkan diri untuk berangkat ke papua"

"Jawab saya, kamu masih mencintai Almeera atau tidak"

Juna membalikan tubuhnya, berjalan meninggalkan Kean bersama dengan buku miliknya

"Saya Lettu Laut Dokter Kean, memerintahkan Pratu Juna Madzaffar Divandra untuk menghadap"

Juna memejamkan matanya beberapa detik, setelah itu ia berbalik badan dan berdiri di hadapan Kean dengan sikap sempurna

"Siap"- ujar Juna seraya memberi hormat pada Kean

"Apa kamu masih mencintai Almeera?"

"Siap. Tidak"- jawab Juna

Kean mendaratkan pukulan ke arah Juna hingga pria itu mundur beberapa langkah kebelakang

"Kalau kau sudah tidak mencintai Almeera, untuk apa merangkai nama tunangan saya di buku harian kamu"

Juna tidak menjawab

"Lawan saya kalau kamu laki-laki"

Juna masih tidak menjawab

"Laki-laki bodoh. Kalau kau masih mencintai Almeera, lawan saya dan pertahankan cintamu itu. Bukan diam saja seperti orang bisu"

Juna menatap Kean "Apa kau mau tau kenyataan sebenarnya?"

Kean tidak menjawab. Juna benar-benar sudah hilang akal, pria bodoh itu melawan atasannya sendiri

"Kalau Ibu Dewan saya berani melawan para anggota waktu kecelakaan kapal di markas tiga, hanya untuk tau keberadaan saya. Maka saya juga berani melawan atasan saya sendiri dan bicara kalau saya masih mencintai ibu dewan saya"

Kean kembali mendaratkan beberapa pukulan di wajah Juna. Pria itu tidak melawan Kean, ia pasrah dengan keadaannya

Walaupun wajahnya sudah babak belur di hajar oleh Kean, tapi Juna tetap tidak membalas pukulan Kean

"Bicara lagi"- ketus Kean "Bicara sekali lagi kalau kau masih mencintai tunangan saya"

"Saya mencintai Almeera, saya mencintai ibu dewan saya, saya mencintai bunga mawar saya. Sampai kapanpun saya akan tetap mencintai Almeera, bahkan sampai nafas terakhir saya, sampai saya mati"

Kean membenarkan posisinya. Pria itu berdiri, sementara Juna terkapar di lantai, kemudian "Bangun kamu, pergi dan persiapkan keberangkatan kamu ke papua"

"Saya tidak ingin ada orang lain yang mengetahui tentang ini"- lanjut Kean

Juna membenarkan posisinya. Pria itu berdiri di hadapan Kean dengan wajah yang sudah babak belur, ia memberi hormat pada Kean

Juna "kamu pulang kemana?"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang