46•pembatalan pernikahan

37 4 2
                                    

"Aku bisa berada di hadapan kamu sekarang. Itu semua berkat Juna"- jelas Kean

Tatapan Almeera kosong, seakan menandakan semua yang ada di dekatnya sudah tidak berarti, tidak ada yang ikut merayakan kesedihan ini.

Ia bangkit berdiri, lalu menoleh kebelakang. Di hadapan Almeera, ada seorang wanita paruh baya yang berdiri menatap ke arahnya.

Kean ikut bangkit, ia melihat ibu Juna bersama dengan Farhan dan seorang anak kecil.

Kean menarik nafasnya, kemudian ia menghampiri Almeera, lalu tersenyum.

"Ada yang ingin bicara dengan kamu"- ujar Kean, ia menepuk pelan bahu Almeera

Ketika Kean hendak melangkah pergi, seseorang menggenggam tangannya hingga berhasil menghentikan langkah Kean

Kean membisikan sesuatu "Bicaralah dengan beliau, Pak Dokter mu ini berjanji kalau dia akan ada di dekat kamu selalu"- katanya. Kean tersenyum, kemudian memegang pangkal rambut Almeera "Anak pintar"

Kemudian Almeera melirikan matanya pada ibu Juna. Ntah apa yang akan di katakan olehnya. Apakah ia ingin menyalahkan Almeera juga atas kematian anaknya

Kean pergi lima menit yang lalu. Di kursi taman belakang rumah sakit hanya ada Almeera dan ibu Juna

Farhan membawa anak kecil itu pergi, sementara Kean, ntah dimana keberadaannya sekarang.

Ibu Juna menggenggam tangan Almeera, ia melihat gadis yang ada di depannya seperti tidak mempunyai semangat untuk hidup

Wajahnya pucat, matanya sembab dan menghitam seperti tidak tidur, bibirnya sudah kebiru-biruan.

Wanita paruh baya itu mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Sebuah foto, foto seorang gadis SMA yang mengenakan seragam putih abu-abu, dia tersenyum malu di foto itu

Foto Almeera waktu ia masih duduk di bangku SMA yang menempel pada bingkai foto seorang prajurit yang baru lulus pelatihan

"Ibu sudah tau semua tentang kalian"

Almeera tidak menjawab, ia mengambil bingkai foto itu, kemudian tersenyum, ia mengingat jelas ketika ia membantu Juna menyiapkan keperluannya ketika di tugaskan ke luar kota selama dua tahun dulu.

Bibirnya melingkar dengan sempurna, ketika ia mengingat ucapan manis dari seseorang, berbicara seakan ia akan kembali dengan raga yang utuh seperti sebelumnya

"Juna..."- lirih Almeera

"Ibu ingin meminta maaf pada kalian, karena keegoisan ibu, ibu sampai lupa dengan kebahagiaan anak ibu sendiri. Ibu seperti mengurung Juna bersama dengan perempuan yang tidak dia cintai"- katanya

"Juna mempertaruhkan dirinya, cintanya, hanya untuk mempertahankan harga diri ibu, dan keluarga"

"Satu-satunya yang ibu punya saat ini hanya foto ini saja, nak. Ibu merasa bersalah dengan Juna, dan kamu"

"Yang bisa ibu lakukan sekarang hanya menuruti permintaan terakhir dari Juna. Dulu, dia bilang akan mengenalkan seorang gadis pada ibu, seorang gadis cantik yang masih duduk di bangku sekolah, lalu setelah Juna pulang ke jakarta, ibu melihat foto ini di kamarnya"

Tanpa di sadari, Almeera meneteskan air mata

"Bu, janji dan bakti Juna pada ibu sudah selesai, Almeera minta maaf bu, kalau memang ternyata Almeera adalah penyebab perceraian Juna dan istrinya, dan Almeera minta maaf, kalau Almeera mungkin adalah penyebab kematian Juna"

Ibu menggenggam tangan Almeera "Kematian itu sudah di atur oleh yang maha kuasa"

"Ibu harus tau, kalau Juna sangat menyayangi ibu, mungkin dia berada di sini sekarang"

Juna "kamu pulang kemana?"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang