39•dua minggu lagi

33 4 0
                                    

"Bu. Dua minggu lagi Juna akan pulang"- ujar seorang pria lewat sambungan video call. Seorang wanita paruh baya itu hanya tersenyum mendengar kabar baik dari sang anak

"Bu, sepertinya ibu sudah tau tentang kabar Juna dan istri"

Wanita paruh baya itu mengangguk. Juna melihat ibu mengeluarkan air mata "Juna tau ibu sedih, tapi maaf bu, Juna tidak bisa menghabiskan sisa hidup Juna dengan dia"

"Iya, nak. Ibu sudah tau semuanya, kamu tidak perlu menjelaskan apapun lagi. Ibu minta maaf kalau dulu sempat membuat Juna menikahi perempuan itu. Dia hanya bisa mengancam anak ibu agar mau bertekuk lutut dengan dia dan ayahnya. Ibu tidak bisa melihat anak ibu tidak bahagia"

Juna tersenyum "Dimana Saras, bu?"

"Dia sedang main bersama teman-temannya, Juna"

Juna mengangguk sebagai jawaban "Nanti setelah Juna sampai di jakarta. Juna akan minta cuti dengan komandan, Bu. Tapi kalau memang tidak bisa pulang ke Makassar, Juna juga tidak bisa berbuat apa-apa, bu. Juna akan menetap di Jakarta kalau izin tidak di berikan"

"Tidak apa, nak. Lakukan apapun yang membuat kamu senang, kalaupun kau memang tidak bisa pulang ke Makassar, pulanglah ke tempat yang seharusnya menjadi rumahmu, nak. Jakarta seperti sudah menjadi rumahmu"

"Ya, Bu. Apa ibu tau kalau Farhan juga sudah di tugaskan di Jakarta?"

Ibu mengangguk "Ya. Nanti kalau kau bertemu dengan dia, jangan lupa beri tau ibu ya, nak"

"Ya, Bu. Juna merindukan masakan ibu"- kata Juna. Sekarang ibu hanya tinggal berdua dengan Saras, adik Juna yang terakhir. Karena kedua adik Juna sedang bertugas di dua tempat yang berbeda

"Bu, apa ibu bahagia"- tanya Juna tiba-tiba

"Tentu saja, nak. Ibu bahagia karena ketiga anak ibu sudah membuat ibu bangga, tidak ada yang membuat ibu bahagia selain melihat anak-anak ibu berhasil"

"Kalau begitu, tugas Juna selesai"

Sambungan telfon terputus begitu saja. Juna menoleh, Kean berjalan menghampirinya. Pria itu memakai seragam yang tidak lengkap

Hanya memakai celana loreng dan baju berwarna hitam. Dia terlihat gagah

"Juna. Mari merayakan sesuatu"- ajak Kean "Ah ya. Apa lukanya masih sakit?"

Juna menggelengkan kepala "Tidak. Lukanya sudah sembuh"

Luka yang di sebabkan oleh sayatan pisau dari tahanan itu. Ia selalu memberontak dan meminta untuk di bebaskan, tapi komandan Very justru semakin mengurung tahanan itu

Luka-luka di tubuh Juna terlihat sudah mulai mengering, dan luka memar di pelipisnya juga seperti sudah membaik

"Apa kau akan pulang ke Jakarta dengan keadaan seperti ini, Juna?"

Juna menundukan kepalanya, ia tersenyum "Ya, komandan. Rasanya luka ini sudah menjadi bagian dari identitas kami sebagai prajurit"- pekik Juna

"Apa tidak ada yang mengkhawatirkan kamu?"

Juna menggelengkan kepalanya "Tidak ada, komandan. Yang khawatir dengan saya hanya diri saya sendiri"

"Apa kamu yakin? kalau tidak ada seorang gadis yang akan mengamati tubuhmu dari ujung kepala sampai ke ujung kaki, kemudian gadis itu akan berkata apa lukanya sakit? lalu kamu akan bilang tidak. Lalu setelah itu dia akan memukulmu dan bilang, kamu ini manusia atau bukan? apa kau yakin kalau gadis itu tidak akan merengek supaya kau tidak mati?"

Juna mendongakan kepalanya, dialog yang baru saja di ucapkan oleh Kean persis dengan apa yang dia ceritakan pada Alnett dan Ardhan waktu itu. Apa Kean mendengarnya?

Juna bertekuk lutut pada Kean "Maaf, komandan. Karena saya sudah berani"- ujarnya

Kean memegang pundak Juna dan meminta pria itu berdiri dengan tegak. Mereka saling berhadapan sekarang

"Apa kau begitu mencintai Almeera, Juna?"

"Maaf, komandan. Saya meminta maaf karena sudah lancang"

"Juna. Apa kamu mencintai Almeera?"

Ponsel Kean berbunyi. Ia melihat nama Almeera tertera di sana, kemudian Kean mengangkat video call gadis itu

Almeere tersenyum "Pak dokter, aku sudah menemukan rumah yang cocok untuk aku setelah kita menikah nanti. Apa kamu mau mengantarkan aku ke sana setelah kamu pulang lagi?"

"Oh ya, pak dokter. Aku tidak ingin pernikahan kita di langsungkan dengan megah. Aku hanya ingin di pernikahan kita hanya ada keluarga inti. Rasanya aku senang sekali, karena sebentar lagi aku akan menjadi seorang istri dan jalasenastri. Ny. Almeera Kean Drezky"

Kean melirikan matanya sekilas ke arah Juna. Pria itu menunduk beberapa detik, setelah itu ia menarik nafasnya perlahan

"Shezan"- sapa Kean "Apa kamu benar-benar mencintai saya?"

"Kamu ini bicara apa pak dokter"

Kean tersenyum "Nanti aku telfon lagi, ya. Aku sedang ada pekerjaan penting"

Kean menutup sambungan telfon itu, kemudian tersenyum pada Juna "Apa kau mendengarnya?"

Juna mengangguk

"Dia tidak mencintai saya, Juna"

"Kenapa komandan bisa berfikir seperti itu"

"Kalau dia mencintai saya. Seharusnya jawaban dari pertanyaan saya tidak seperti itu. Dari matanya saja sudah menjelaskan"- kata Kean "Menikahlah dengan Almeera, Juna. Hiduplah dengan bahagia karena kalian saling mencintai"

Juna melirikan matanya pada Kean. Apa pria itu sudah hilang akal? ia melepaskan calon istrinya begitu saja. Apalagi posisinya Juna belum sepenuhnya berpisah dengan Esmeralda

Menjadi seorang duda bukanlah pilihan Juna. Tapi takdir Juna memang tertulis seperti itu. Ntah apa yang menjadi akhir cerita ini, alurnya begitu rumit

"Komandan bicara apa. Saya adalah masalalunya Almeera, kami memang saling mencintai, kami berdua sudah menjadi cerita masalalu. Komandan adalah masa depan Almeera. Rasanya begitu egois kalau saya menikahi Almeera"

"Untuk apa menikah kalau tidak ada cinta di dalamnya, Juna? saya tidak mau pernikahan saya sama dengan kamu. Berpisah karena tidak ada cinta di dalamnya"

"Alasan saya berpisah bukan hanya karena tidak ada cinta, komandan. Itu memang sudah jalan kami. Rasanya tidak adil kalau saya menceritakan mantan istri saya kepada orang lain karena saya rasa hal itu biarlah menjadi rahasia kami berdua"

"Percayalah, komandan. Kalau ini hanyalah ujian kalian karena kalian akan melangsungkan pernikahan. Orang di masalalu akan datang dan membuat kalian tidak yakin dengan jalan ini. Dan percayalah kalau orang yang berasal dari masalalu itu adalah saya, dan saya tidak ingin menjadi penyebab kalian batal melangsungkan pernikahan"

"Bukannya komandan sendiri yang dengar tadi di telfon? kalau Almeera akan menempati rumah barunya, bersama dengan suaminya yaitu komandan. Saya hanya akan menjadi cerita masalalu Almeera, komandan"

Juna meyakinkan Kean agar ia tidak gegabah dengan ucapannya sendiri. Apa yang akan mereka pikirkan kalau Juna menikahi tunangan dari atasannya sendiri

Alnett memasuki kamar tiba-tiba. Pria itu melihat Kean sedang berbicara dengan Juna, apakah kejadian di masalalu akan terulang kembali?

"Ayo. Kita merayakan pesta"

Juna "kamu pulang kemana?"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang