“Ah, maaf. Aku hanya...” Grace menggigit bibir bawahnya.
“Aku mengerti. Kau hanya khawatir. Itu tidak perlu, Nona Manken. Sekarang, biarkan aku mencoba ini sebentar agar kita tidak lebih lama menyia-nyiakan waktu,”
“Ba-baiklah,” Grace melangkah mundur. “Aku akan menunggumu di balik dinding ini,”
“Aku mengerti,” Jawab Adro sebelum menutup tirai biru tua itu.
Grace melangkah ke luar dinding yang memisahkan toko dengan ruang berisi empat bilik ganti. Grace yang sedang pincang tidak kesulitan untuk berkeliling karena ini bukan hari libur sehingga department store tidak ramai. Mereka pun tidak perlu mengantri untuk mencoba baju seperti yang biasanya terjadi di hari libur.
Selagi menunggu Adro, Grace melihat-lihat pakaian yang tergantung di rak. Helaan panjang mengalir dari lubang hidungnya bersamaan dengan pundaknya yang bergerak turun.
‘Apakah aku memang terlalu baik hingga menjadi bodoh? Jika Adro tidak memiliki uang, maka aku yang harus membelikan ini semua untuknya. Aku bahkan menahan diri untuk tidak membeli sehelai pun pakaian baru selama satu tahun ini demi menghemat uang,’
Kata-kata Sarah kembali terngiang di telinga Grace. Sampai kapan Adro akan menetap di rumahnya? Bahkan hingga saat ini, mereka tidak memiliki setitik pun petunjuk untuk mengirim Adro pulang ke dunianya. Tidak. Mereka bahkan masih tidak mengetahui jelas bagaimana cara Adro bisa sampai ke dunia ini.
Jika pada akhirnya Adro tidak dapat kembali? Ia tidak mungkin selamanya tinggal bersama Grace, ‘kan? Meski berasal dari dimensi lain, Adro juga adalah manusia. Ia butuh makan, minum, pakaian, bahkan sabun dan shampoo untuk mandi. Tidak mungkin Grace selamanya harus menyediakan itu semua untuknya. Ia mungkin akan segera bangkrut!
“Grace Menken?”
Kedua mata Grace yang semula menatap kosong pada barisan baju yang tangannya pegang-pegang tanpa arti, lantas terbuka lebar. Ia menoleh dan mendapati tiga orang gadis tengah berdiri satu meter darinya.
Satu-satunya kaki yang menopang tubuh Grace seketika terasa melemah. Dari ribuan tempat di kota ini, bagaimana bisa ia bertemu mereka di sini?
“O-oh… Hai...” Sapa Grace kikuk.
Rossa Titania dan kedua sahabatnya: Lily dan Bree. Mereka adalah bagian dari siswa populer di kampus yang terkenal dengan kemodisannya dan kemampuan bergosipnya yang mengalahkan breaking news.
Bertemu ketiga gadis itu tentu adalah salah satu mimpi buruk yang tidak terduga bagi Grace. Ia dapat menebak kalimat apa yang akan dilontarkan oleh mulut busuk berbalut bibir sexy hasil implant mereka.
“Kami dengar kau dicampakan oleh Victor? Apa itu benar?” Tanya Rossa.
Grace menarik napas panjang untuk memupuk kesabaran. Kemudian ia menjawab, “Kami putus,”
“Tentu saja kau akan…” Bree memperagakan tanda kutip dengan kedua tangannya di samping kepalanya, “…putus jika dicampakkan,”
Melihat Grace hanya terdiam, Lily berusaha menahan teman-temannya tanpa usaha, “Hei... Bukan begitu caranya berbicara dengan orang yang sedang patah hati. Apakah kalian tidak memiliki perasaan?”
“Maaf, aku tidak terpikirkan soal itu,” Rossa terkekeh kecil.
“Tapi, Grace, apakah benar bahwa tadi siang kau turun di lantai yang salah karena tidak tahan berada di dalam lift yang sama dengan Victor dan Kenzie? Maaf, aku tidak bermaksud mengejekmu sekarang, namun aku hanya ingin memastikan bahwa berita itu benar. Kau tahu, teman-teman Victor membuka mulut mereka pada semua orang tentang itu. Aku akan menegur mereka jika kabar itu hanyalah bualan murahan mereka,” Lanjut Rossa.
![](https://img.wattpad.com/cover/330264013-288-k498822.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
(TAMAT) The Groom From The Fairy-Tale Land
Romance#WattpadfantasiID [Follow dulu yuk!] 'Jika satu pintu tertutup, masih ada seribu pintu terbuka.' Untuk ke sekian kalinya, Grace Menken disakiti oleh pria yang hanya memanfaatkan kebaikan hatinya. Hidup sebatang kara, dikucilkan, dan kerap putus cint...