104. Mata Air

23 4 0
                                    

Damian terus meringis saat luka bakar pada punggung dan kakinya disirami air oleh Jocelyn.

“Ini adalah obat yang diberikan Lady Camelia sebelum aku pergi. Aku harap ini bisa meringankan luka Pangeran Damian,” Grace memberikan sebuah botol hitam kecil pada Jocelyn.

“Mata air yang kita temukan tidak mengarah pada apapun. Itu artinya Raja Absolen mengatakan mata air yang lain,” Tutur Damian dalam posisi tengkurap.

“Terima kasih sudah menyelamatkan kami hingga kau terluka parah seperti ini.” Ucap Grace.

“Tugasku adalah melindungi kalian. Dan aku mungkin sudah menjadi abu sekarang jika kalian tidak menolongku.” Damian tertawa kecil.

“Itu tidak lucu.” Gumam Jocelyn seraya mengusap air matanya yang kembali mengalir. Ia menundukkan wajahnya ketika Damian bangkit duduk.

“Maaf telah membuatmu khawatir. Terima kasih sudah mengobatiku,” Ucapnya seraya menghapus air mata gadis itu.

Kemudian Damian bangkit berdiri seraya mengambil pedangnya. “Aku akan memeriksa kondisi di luar.”

“Kau perlu istirahat, Damian. Elvaro dan Kederic sudah keluar mencari kayu obor.” Jocelyn ikut berdiri.

“Ada hal lain yang harus aku periksa. Tunggulah sembari beristirahat, aku tidak akan lama.” Damian mengusap kepala Jocelyn singkat sebelum melangkah pergi dari gua kecil itu.

“Kalian … terlihat dekat,” Grace berdehem begitu Damian menghilang.

Jocelyn melirik Grace sebelum kembali memaku tatapannya ke bawah dan duduk di samping gadis itu. “Aku peduli padanya karena ia telah menjagaku selama ini.”

Grace tersenyum tipis. “Aku bisa melihatnya. Dan ia juga terlihat sangat peduli padamu.”

“Aku bahkan tidak tahu apakah ia melakukannya karena tugas atau karena ia benar peduli padaku,”

“Jika boleh bertanya … Apa yang kau harapkan ia rasakan?” Tanya Grace perlahan.

Jocelyn menatap Grace beberapa saat. “Aku … Aku berharap ia menganggapku lebih dari tugas.”

“Sebagai orang luar, aku melihatnya seperti itu.” Tutur Grace.

Mata membulat, Jocelyn menatap Grace dalam-dalam. “Kau yakin?”

Grace mengangguk. “Kau berkata kau dapat melihat bagaimana cara Adro menatapku. Aku rasa, itu adalah pemandangan yang sama saat aku melihat cara Damian menatapmu.”

“Tapi,” Jocelyn kembali menunduk. “Bahkan jika ia benar peduli secara tulus padaku, ia mungkin sudah kecewa sekarang. Sejak kecil, aku tidak pernah memandang Damian, namun saat Adro menghilang, aku sangat bergantung padanya. Ketika Adro kembali, aku berpaling darinya lagi. Kini, aku tanpa sadar bergantung padanya lagi karena Adro telah mencampakkanku-”

“Ah, maaf, aku tidak bermaksud mengait-ngaitkan hubungan kalian dengan kondisi kami,” Ucap Jocelyn cepat.

Grace menggeleng. “Itu tidak apa; aku mengerti. Namun jika boleh bercerita sedikit, aku pernah melakukan yang lebih parah karena aku sengaja memanfaatkan seorang pria tidak bersalah untuk menghindari Adro.”

Kening Jolceyn mengkerut. “Kau melakukan hal seperti itu?”

“Saat itu aku jatuh cinta pada Adro dan mengetahui bahwa Adro juga merasakan hal yang sama padaku. Namun, aku tidak ingin kami melanjutkan apapun karena Adro memiliki calon istri yang menunggunya. Aku telah menyakiti dua pria sekaligus, namun hanya satu pria yang memaafkanku dan bertahan mencintaiku.”

“Pria itu adalah Adro,” Sambung Jocelyn.

Grace mengangguk. “Pria lainnya marah padaku dan meninggalkanku setelah mengetahui aku hanya memanfaatkannya. Namun Damian berbeda; ia terlihat masih sangat peduli padamu.”

(TAMAT) The Groom From The Fairy-Tale LandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang