Bukan hanya berubah menjadi monster buruk rupa, Grace mungkin juga akan kehilangan separuh akalnya hingga ia akan terus lapar akan daging manusia. Ia akan berpisah dari Adro dan semua orang yang ia kenal untuk hidup menjadi budak pria setengah monster itu hingga akhir hayatnya.
Grace tidak ingin air matanya menetes. Lebih tepatnya, ia tidak ingin Batu Sakti itu melihat kelemahannya. Ia sudah sampai di sini, melewati segala rintangan yang menguras tenaga dan emosinya.
‘Sejak kecil, aku selalu menjadi Grace si lemah. Namun, apakah perempuan lemah mampu berjalan hingga sejauh ini? Mampukah perempuan lemah menghadapi raja-raja, calon mertua yang membencinya, dan bahkan monster? Kau tidak tahu betapa kuatnya dirimu, Grace!’
Mengeratkan rahangnya, Grace mengangguk singkat seraya mengambil satu langkah mundur. “Aku setuju.”
“Naif sekali. Dengan tubuh lemah seperti itu, kata-kata yang keluar dari mulutmu terdengar seakan kau adalah seorang kesatria hebat. Namun tidakkah kau tahu bahwa aku dapat mendengar cepatnya debaran jantungmu?” Ejek Batu Sakti. Lalu, ia mengorek-korek telinga besarnya sebelum menarik sehelai rambut yang berubah menjadi pedang besar hanya dalam sekali kedipan mata.
“Perjanjian adalah perjanjian. Aku menerima tantanganmu, gadis manusia,” Lanjut Batu Sakti, setengah tertawa.
‘Ya, Tuhan. Aku mohon tolonglah aku kali ini saja,’ Doa Grace dalam hati. Jika ia kalah, bukan hanya ia akan kehilangan segalanya, namun akan menjalani hidup seperti di neraka selamanya.
Batu Sakti melompat ke arah Grace seraya mengayunkan pedangnya namun meleset karena Grace segera menghindar. Pedang besar itu memecah tanah putih dan menancap di sana. Ia tersenyum miring. “Kau gesit juga, yah,”
“Aku masih muda.” Sahut Grace seraya melompat dengan ayunan pedang membidik leher pria tua itu.
Namun, meski nampak tua, Batu Sakti mampu menghindari serangan Grace sambil membawa pedang yang berukuran sebesar tubuhnya sendiri.
Pertarungan berlanjut dengan adu pedang antara manusia dan makhluk purba itu. Tidak ada tempat untuk bersembunyi di ruang kosong itu. Sejauh apapun mereka berlari, mereka seakan tetap berada di tempat yang sama karena ruang putih itu tidak berujung dan tidak beratap, layaknya padang gurun abadi dengan pasir dan langit berwarna putih.
Selama ini, Grace tidak pernah bertarung sungguhan dengan seseorang. Biasanya, ia melawan monster yang memiliki kekuatan luar biasa dan tubuh besar. Namun, monster-monster itu tidak memiliki strategi bertarung, berbeda dari monster yang sedang ia lawan sekarang.
‘Aku harus cepat mengakhiri ini. Damian sedang bertarung melawan puluhan monster di luar sana. Ia berada dalam bahaya.’ Pikir Grace ketika serangannya baru saja ditepis oleh Batu Sakti.
“Haha! Sudah menyerah? Bukankah manusia akan mati jika kehabisan darah?” Batu Sakti menatap kaki Grace yang terkena goresan pedangnya.
Grace hanya diam. Sejujurnya, luka potong di sisi betisnya memang cukup dalam dan terasa sakit. Namun, ketakutan untuk berpisah dari Adro dan menjadi monster pemakan manusia seakan menjadi bahan bakar yang membuatnya tetap mampu bergerak.
Tidak menerima tanggapan berarti selain tatapan kebencian dari Grace, sang Batu Sakti kembali menyerang dengan lebih brutal. Ia sengaja terus menyerang ke sisi kiri Grace di mana letak kaki gadis itu terluka.
Gerakan Grace semakin melambat. Napasnya terengah dan mulutnya terasa kering hingga sulit baginya untuk sekedar menelan liur.
‘Kau tidak boleh menyerah, Grace. Semua orang bergantung padamu … Adro, Jocelyn, Damian, dan ribuan orang di luar sana. Jika kau kalah, bukan hanya hidupmu yang hancur, namun hidup mereka juga. Kau harus …‘

KAMU SEDANG MEMBACA
(TAMAT) The Groom From The Fairy-Tale Land
Romance#WattpadfantasiID [Follow dulu yuk!] 'Jika satu pintu tertutup, masih ada seribu pintu terbuka.' Untuk ke sekian kalinya, Grace Menken disakiti oleh pria yang hanya memanfaatkan kebaikan hatinya. Hidup sebatang kara, dikucilkan, dan kerap putus cint...