85. Dilema

54 6 0
                                    

Kening Grace mengkerut. “K-kamarnya? Jadi … Putri Jocelyn berada di istana ini?”

Anez mengangguk. “Itu benar, Nona. Sejak Pangeran Adro tiba-tiba menghilang di hari pernikahan mereka, putri setia menunggunya di istana ini. Ia berkata, pangeran pasti akan kembali untuknya.” Jelasnya, lalu tersenyum lega sebelum melanjutkan, “Dan ia benar - Pangeran Adro telah kembali. Akhirnya, Putri Jocelyn tidak perlu menunggu lagi.”

Sensasi menusuk membuat Grace nyaris meringis. Seperti yang ia duga, Jocelyn menunggu Adro selama ini. Dan kini Adro telah kembali ke dunianya, di saat usia tunangannya belum menyentuh batasannya untuk menikah. Secara teknis, tidak ada satu pun alasan bagi Adro untuk membatalkan pernikahannya dengan Jocelyn.

“Nona, apa kau baik-baik saja? Apakah perona matanya terasa pedih?”

Pertanyaan pelayan itu mengejutkan Grace dari lamunannya. Ia segera mengusap ujung matanya yang berair. “I-ini terasa sedikit pedih. Kebetulan mataku sedikit sensitif, namun aku baik-baik saja.”

“Jika rasa pedihnya masih berlanjut, aku akan menghapusnya dan mencarikan pewarna yang lebih lembut, Nona,” Ucap Anez.

“Aku sungguh tidak apa. Terima kasih,” Jawab Grace sambil tersenyum kaku.

Membiarkan Anez melanjutkan penataan rambutnya, Grace tidak lagi memiliki keinginan untuk berbicara meski sejujurnya, ia sangat ingin mengetahui lebih banyak tentang Jocelyn dan menggali sedikit informasi mengenai peraturan di kerajaan ini untuk meyakinkan dirinya bahwa Adro memiliki alasan untuk membatalkan perjodohan itu. Namun jika ia melakukannya, ia hanya akan membuat pelayan itu curiga dan menyebarkan gossip tentang dirinya dan Adro.

***

Sudah sangat lama sejak terakhir kali Adro mengenakan pakaian kerajaannya.

Pakaian yang terakhir ia kenakan saat pergi dari rumahnya, dunianya, adalah setelan pernikahan yang akhirnya ia tanggalkan tanpa sempat melalui resepsi itu.

“Pakaiannya sudah siap, Yang Mulia,” Ucap pelayan yang membantu memasangkan atribut kerajaan pada pakaian Adro.

Masih menatap pantulan dirinya pada cermin di hadapannya, Adro bungkam hingga para pelayan itu pamit undur diri dengan sendirinya. Pikiran Adro sedang teraduk-aduk saat ini, begitu pula perasaannya. Tidak pernah ia membayangkan menjadi seorang pria yang harus memilih dua orang wanita yang berharga baginya.

Jocelyn, Adro pikir ia sudah menikah dengan pria lain sekarang. Jocelyn adalah putri yang sangat berharga bagi ayahnya. Jika Adro tidak kunjung kembali, ia yakin Raja Pentapore pasti akan menikahkan putrinya dengan pria lain maksimal di tahun ke dua. Namun bukan itu yang terjadi.

Jocelyn, gadis berhati lembut itu malah menunggu Adro yang entah akan kembali atau tidak. Gadis dengan semua potensi itu mengorbankan masa depannya untuk Adro. Bagaimana rekasi dan nasib Jocelyn jika Adro membatalkan pernikahan mereka karena ia telah memiliki wanita lain? Pengorbanan yang Jocelyn lakukan selama ini hanya membuahkan kekecewaan untuknya.

Sedangkan Grace, Adro sangat mencintainya. Bukan hanya telah menolong Adro ketika ia tersesat di dunia yang sama sekali tidak ia ketahui, Grace telah memberikannya arti hidup.

Grace adalah batu permata paling bersinar di antara gundukan permata-permata yang tidak pernah menarik perhatian Adro. Jika tidak bersama Adro, Grace mungkin masih bisa menjalani hidupnya sebagai gadis normal di dunianya. Namun berbeda dengan Adro, ia tidak mampu hidup tanpa Grace.

Larut di dalam pikirannya, Adro setengah sadar telah berjalan menyebrangi sayap kanan istana. Kini, ia telah berdiri di depan sebuah pintu berwarna putih.

(TAMAT) The Groom From The Fairy-Tale LandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang