22. Mimpi Belaka

58 13 0
                                    

Perlahan, Adro membantu Grace duduk kembali di kursi roda. Kemudian, ia melepaskan tangannya ketika sudah memastikan gadis itu telah duduk dengan benar.

“Te-terimakasih,” Ucap Grace dengan wajah terus menunduk.

Adro mengangguk kecil. “Sama-sama,” Ucapnya seraya meletakkan gelas yang ia pegang ke atas meja konter. “Kau harus meminta bantuan jika kau membutuhkannya. Tadi itu sangat berbahaya jika kau sendirian di sini dan tidak ada yang menolongmu,”

“Itu karena aku sudah terbiasa,” Gumam Grace.

“Ya?” Adro menatap Grace dengan tanya. “Apa kau mengatakan sesuatu?”

Grace menggeleng, dan senyum canggung. “Lupakan. Itu tidak penting,”

“Apa yang hendak kau lakukan tadi? Aku akan membantumu,” Tanya Adro.

“Aku ingin menyiapkan minum untukmu dan untukku. Aku merasa haus dan kau mungkin sama,” Jawab Grace seraya memundurkan kursi rodanya saat Adro mulai melangkah di sepanjang samping meja konter.

“Aku mengerti. Apakah gelas-gelas di sini bisa digunakan?” Adro menunjuk rak piring.

Grace mengangguk, lalu menunjuk ke atas. “Sebenarnya, gelas yang siap dipakai ada di dalam lemari gantung itu. Namun karena aku tidak mungkin meraihnya, aku mengambil yang berada di rak pengering cucian piring,”

“Kalau begitu aku akan mengambil dari tempat yang seharusnya,” Adro meletakkan gelas yang hampir jatuh tadi kembali ke rak piring.

Pria tinggi itu membuka lemari dapur gantung putih di atasnya. Di dalamnya, terdapat jajaran piring dan gelas cantik. Kebanyakan adalah keramik, yang kelihatannya merupakan buatan tangan. Ia mengambil dua buah mug dan menutup pintu lemari itu kembali.

“Minumannya ada di dalam botol,” Grace menunjuk botol jusnya.

“Baiklah,” Jawab Adro seraya meraih botol jus tersebut.

Namun saat tangan Adro menyentuh botol tersebut, kedua matanya membesar. “Oh!”

“A-ada apa?” Tanya Grace langsung.

“Botol ini dingin,” Ucap Adro, masih mengamati botol berembun tersebut.

“Karena itu baru saja dikeluarkan dari kulkas. Apa kau tidak suka minuman dingin-” Kalimat Grace terhenti saat ia menyadari sesuatu. “Ah… Apakah mungkin di tempat asalmu tidak ada lemari pendingin?”

“Kami memiliki ruangan pendingin di istana. Itu adalah ruangan tertutup khusus yang dibangun sangat rapat. Kami mendapat balok es dari para penambang es yang mengirimkannya setiap satu minggu sekali. Namun, aku tidak tahu kau memilikinya di rumah yang... terlihat tidak terlalu besar ini,” Jelas Adro.

Grace tersenyum tipis. “Sesungguhnya, aku memiliki ruangan pendingin seperti milikmu, namun dalam versi yang lebih kecil. Di sini, itu dinamakan kulkas,”

Adro menatap Grace yang bergerak menuju sebuah lemari berwarna hitam. Ketika gadis itu membukanya, Adro mendekat ke sana. Ia sangat terkejut merasakan hawa dingin keluar dari dalam lemari berukuran kecil itu. Di dalamnya, terdapat berbagai macam makanan dan minuman.

“Lemari ini tidak membutuhkan balok es untuk membuatnya dingin. Terima kasih kepada para ilmuan yang telah menciptakan benda ini, sehingga kami hanya memerlukan listrik untuk membuatnya bekerja. Dibanding menggunakan balok es, lemari ini bisa menghasilkan es batu,” Jelas Grace.

“Dan Listrik adalah?” Tanya Adro.

“Listrik adalah daya yang digunakan untuk menghidupkan berbagai benda di dunia ini, contohnya lampu, kulkas, pendingin ruangan, TV, dan lainnya. Itu semua disebut sebagai elektronik. Di dunia ini, manusia akan sangat kesulitan jika hidup tanpa listrik,” Jelas Grace.

(TAMAT) The Groom From The Fairy-Tale LandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang