Sarah tertawa kecil. Lalu ia menatap pria itu kembali dengan mata memicing. “Kau serius tidak bisa melakukannya?”
Di kursi belakang, Grace hanya bisa menyaksikan kejadian itu dengan frustasi. Karena kakinya masih terbalut gips, ia ditempatkan di kursi penumpang belakang, sementara Adro menempati kursi penumpang depan di samping Sarah.
Sebelumnya, Adro kesulitan membuka pintu mobil dan memasang seatbelt. Dan tentu saja, hal itu membuat Sarah heran setengah mati hingga berpikir bahwa Adro hanya bercanda.
“Adro itu… berasal dari sebuah desa yang sangat teramat terpencil, Sarah. Ia hampir tidak pernah menaiki mobil pribadi, jadi… kau tahu...” Grace berusaha menjelaskan.
Sarah hanya menarik napas dalam seraya menggeleng pelan. Ia masih tidak percaya ada orang se-primitif Adro di dunia ini. Baginya, itu sangat tidak masuk akal.
Di awal, Sarah mendengar bahwa Adro adalah aktor opera- atau teater? Entahlah. Apa pun itu, tidak mungkin jika Adro tidak pernah menaiki mobil pribadi sekali pun hingga tidak paham sama sekali bagaimana cara membuka pintu mobil yang paling standar seperti miliknya.
Semakin lama, Sarah semakin curiga bahwa ada yang salah dengan Adro, dan Grace berusaha menyembunyikan itu. Mungkinkah Adro sebenarnya adalah kekasih baru Grace yang sedang memanfaatkannya?
Tanpa bermaksud memandang rendah sahabatnya sendiri, Sarah sejatinya menyadari bahwa Grace adalah perempuan dengan hati yang sangat lemah. Ia mudah dimanfaatkan oleh orang lain, apalagi pria yang menawarkan cinta yang entah palsu atau asli padanya.
Meski Sarah merasa penasaran dan khawatir terhadap Grace atas semua keanehan ini, ia tetap memutuskan untuk diam. Ia tidak suka kehidupan pribadinya dicampuri, sehingga ia tidak akan melakukan itu pada orang lain.
Mereka menaiki lift ke lantai 17 dan berhenti di depan pintu rumah Grace. Gadis itu memberikan kunci rumahnya pada Sarah sehingga ia bisa membukanya. Lalu, Sarah memberi sinyal kepada Adro untuk mendorong kursi roda Grace masuk ketika pintu terbuka.
Melangkah ke dalam unit apartment itu, Adro terperangah pada isi rumah Grace yang dipenuhi oleh lukisan dan memiliki dekorasi yang unik.
“Aku sudah membeli beberapa makanan yang bisa dipanaskan. Aku menyimpan semuanya di dalam kulkasmu,” Ucap Sarah setelah menutup pintu. Kemudian ia melangkah menuju kamar mandi setelah meletakkan tasnya dengan asal ke atas sofa.
“Aku meminjam toiletmu, oke?” Ucap Sarah sebelum masuk ke dalam kamar mandi.
“Oke,” Sahut Grace.
“Ini benar adalah rumahmu?” Tanya Adro yang masih berada di belakang kursi roda Grace.
“Benar. Ah... Kau tidak perlu mendorong kursi rodaku lagi dan bisa duduk di sofa. Aku bisa menggerakkan benda ini sendiri di sini,” Ucap Grace.
“Baiklah,” Sahut Adro sebelum melangkah menuju sofa dan duduk di sana. Lalu ia menatap Grace yang berada di tengah ruangan. “Katakanlah jika kau membutuhkan sesuatu. Aku akan dengan senang hati membantumu,”
Grace tersenyum dan mengangguk. “Trimakasih,”
Tidak lama, Sarah keluar dari kamar mandi. Ia langsung menghampiri sofa untuk mengambil tasnya. “Aku akan langsung pergi,”
“Kau langsung pergi? Kau tidak ingin duduk sebentar di sini? Aku bahkan belum memberikan minum untukmu,” Sahut Grace.
Sarah menggeleng. “Aku harus ke kantor lagi untuk bertemu dengan beberapa orang penting. Lagipula, bagaimana kau bisa membuatkan aku minum dengan kondisimu sekarang?” Ia tertawa kecil dan melanjutkan, “Kau pasti bercanda,”
KAMU SEDANG MEMBACA
(TAMAT) The Groom From The Fairy-Tale Land
Romansa#WattpadfantasiID [Follow dulu yuk!] 'Jika satu pintu tertutup, masih ada seribu pintu terbuka.' Untuk ke sekian kalinya, Grace Menken disakiti oleh pria yang hanya memanfaatkan kebaikan hatinya. Hidup sebatang kara, dikucilkan, dan kerap putus cint...