92. Manusia Melawan Monster

37 5 0
                                    

Dua pria memimpin sebuah pasukan bukanlah hal yang pernah terjadi dalam sejarah peperangan manusia. Namun, yang satu ini bukan perang antar manusia melainkan manusia melawan monster.

Adro adalah pemimpin pasukan Kuda Putih dari Kerajaan Groendez a Lend. Sedangkan, di sampingnya adalah pemimpin pasukan Sorcerer Bulan Sabit dari Kerajaan Pentapore, Alberto Vinni Rovezt.

“Pasukan penyergap sudah siap.”

Alberto mengangguk sekali, lalu menoleh pada Adro yang berada di sampingnya. “Penyergapku akan keluar saat kita berhasil mencapai mencapai titik perkiraan lokasinya.”

“Pastikan mereka tidak terlambat.” Jawab Adro sebelum menyentak kekang kudanya untuk membuatnya melangkah pergi.

Di samping Adro, Damian mengikuti dengan kuda putihnya. “Kau yakin tidak ingin membicarakan ini lagi dengannya? Meski berada di area yang sama, gerbang itu bisa berpindah-pindah. Lebih baik dapat melihatnya sejak awal.”

“Sia-sia berbicara dengannya. Ia sengaja mengambil keputusan bertentangan denganku untuk menunjukkan bahwa ia juga berkuasa.”

Damian mendecak, “Menikahkahkan anaknya dengan keluarga bersifat seperti mereka bukan sifat raja Pentapore. Ia terpaksa melakukannya demi memperkuat kedudukan kerajaannya.”

“Manusia berubah karena situasi. Itulah yang terjadi pada Raja Pentapore. Ia bukan lagi pria yang aku hormati,” Ujar Adro.

Damian menatap Adro beberapa detik sebelum menjawab, “Apakah itu yang terjadi padamu juga? Kelihatannya situasinya seberat itu hingga merubahmu sangat banyak,”

Adro menatap Damian dari ujung matanya. “Apa yang ingin kau sampaikan, Damian?”

“Biasanya kau memikirkan banyak orang dan sangat peduli pada Jocelyn. Kau bahkan marah besar ketika aku tidak sengaja membuat Jocelyn menangis saat kita kecil, namun kini kau membiarkannya menangis setiap malam.”

Menghela panjang, Adro menjawab Damian, “Kau tahu ini bukan waktu yang tepat untuk membahas hal itu.”

“Itu artinya kita akan membicarakannya nanti – Baguslah,” Damian tersenyum jahil, membuat Adro tertawa kecil.

“Terima kasih sudah menjaga Jocelyn selama aku pergi. Cepat selesaikan perang ini agar kita bisa bicara.” Ucap Adro.

Pasukan besar itu melaju di padang rumput berangin kencang dengan kuda Damian di barisan terdepan karena ia yang mengetahui di mana letak benteng Julius yang selama ini disembunyikan dengan sihir.

Tiba-tiba, suara geraman terdengar dari langit, disusul oleh bayangan besar yang melaju di atas tanah. Semua orang menatap ke atas, mendapati seekor monster bersayap lebar dan bertanduk tengah terbang melintas di atas kepala mereka.

“Mereka sudah siap.” Ucap Adro.

Berjalan sedikit lebih jauh, suara-suara geraman monster seakan terbawa angin hingga mencapai telinga mereka meski para pemilik suara itu belum terlihat. Sebelumnya, Damian dan Alberto pernah berperang melawan para monster, dan suara kali ini membuat mereka tanpa sadar bergidik.

Ketika langkah mereka mendarat di ujung bukit kecil, apa yang Damian dan Alberto takutkan akhirnya terjawab. Jumlah pasukan monster itu sangatlah banyak; empat kali lipat dari pasukan monster yang terakhir Damian lawan yang membawanya ke dalam kekalahan.

“Sialan.” Adro menggeram.

“Hanya dalam semalam, ia melipatgandakan pasukannya,” Gumam Alberto. Padahal, kemarin ia baru saja mengutus beberapa sorcerernya untuk mencari tahu banyaknya jumlah pasukan musuh.

“Julius jelas tidak memiliki tata krama peperangan,” Damian mendecak.

“Bagaimana?” Alberto secara naluriah bertanya pada Adro.

(TAMAT) The Groom From The Fairy-Tale LandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang