“Perusahaan kami bergerak di bidang agency yang menaungi model, artis, dan musisi. Jika kau belum pernah mendengar nama ST Agency, kau mungkin mengenal David Lucas, Mylen Virginia, atau HugeSpike. Mereka adalah beberapa dari selebriti kami,” Jelas Mr. Tryvon.
“Aku tidak pernah mendengar satu pun,” Adro mengusap dangunya sambil mengingat-ingat.
“Oh, begitu, yah,” Mr. Tryvon tertawa jengkel. Lalu ia berdehem untuk melanjutkan, “Bagaimanapun, aku cukup percaya diri mengatakan bahwa hampir semua selebriti kami berada di papan atas. Aku harap kau mau mempertimbangkan penawaran kami. Setidaknya, kau bersedia menerima undanganku ke kantor kami untuk melihat-lihat dan minum kopi sebentar,”
“Berapa kau bisa membayarku? Aku tidak familiar dengan pekerjaan model – Itu tidak pernah menarik perhatianku. Aku ingin membandingkan berapa uang yang bisa aku buat dengan bekerja sebagai model dibandingkan di tempat ini,” Tanya Adro.
Mr. Tryvon meringis heran pada sikap to-the-point Adro. Namun di sisi lain, Adro sangatlah polos dan cenderung bodoh jika berpikir untuk membandingkan pendapatan pegawai restoran cepat saji dengan model papan atas.
“Jika kau ingin mendapat skema pembayarannya, maka aku menyarankan kau menerima undanganku ke kantor kami. Namun yang pasti, bayaran menjadi model tentu saja jauh lebih besar dari pegawai restoran,” Jelas Mr. Tryvon.
“Benarkah?” Adro menyipitkan matanya sedikit.
Mr. Tryvon kembali tertawa kecil. Ia mengeluarkan kartu nama dan sebuah kartu undangan kecil berwarna hitam dope dengan tulisan emas, lalu memberikannya pada Adro. “Ini adalah kartu namaku dan surat undangannya. Kau bisa menghubungiku dahulu jika ingin berkunjung agar aku bisa menjamumu dengan baik,”
***
Mobil Grace melaju keluar dari lokasi universitas. Di balik kemudinya, Adro menyetir sendirian. Ia baru saja mengantar Grace kuliah, dan sekarang bergerak menuju bangunan dengan alamat yang tertera di kartu nama pria kemarin.
Itu adalah gedung pencakar langit. Dengan undangan yang ia dapat dari Mr. Tryvon, Adro diantar oleh seorang wanita berseragam putih. Di tempat ini, semua orang berpenampilan sangat menarik dan banyak sekali foto-foto besar dengan tema dramatis dan ceria terpajang di berbagai tempat. Adro merasa pernah melihat beberapa orang di foto-foto tersebut saat ia menonton film bersama Grace.
“Silahkan masuk, Mr. Groendez,” Ucap wanita itu seraya membuka pintu besar di depannya.
Melangkah masuk, Adro mendapati dirinya berada di ruangan luas yang dikelilingi oleh dinding jendela dengan pemandangan langit karena ia tengah berada di lantai empat puluh.
“Selamat datang, Mr. Groendez. Atau… boleh aku memanggilmu Adro agar lebih akrab?” Mr. Tryvon segera menyambut tamunya.
“Tentu,” Jawab Adro, membalas jabatan tangan pria itu.
“Silahkan duduk. Apa yang ingin kau minum? Sebut saja – kami punya segalanya,” Mr. Tryvon mengedipkan sebelah mata.
“Aku akan minum apa saja. Terima kasih,” Jawab Adro sembari duduk.
“Baiklah. Kopimu akan segera datang,”
Mr. Tryvon menghubungi sekertarisnya untuk memesankan minuman. Tidak lama, seorang wanita datang dengan dua cangkir kopi.
“Aku tidak bisa terlalu lama di sini karena aku harus kembali ke tempat kerja. Jadi, tolong langsung saja pada intinya,” Ucap Adro setelah menyeruput kopinya sebagai formalitas.
“Aku mengerti,” Mr. Tryvon mengangguk setelah ikut menyeruput kopinya. Lalu ia menarik berkas yang tergeletak di meja kopi di depannya untuk diserahkan pada Adro. “Ini adalah profil perusahaan kami dan contoh perjanjian kontrak kerjanya. Untuk sistem kerja, pembayaran, dan yang lainnya juga tertulis di sana,”
KAMU SEDANG MEMBACA
(TAMAT) The Groom From The Fairy-Tale Land
Любовные романы#WattpadfantasiID [Follow dulu yuk!] 'Jika satu pintu tertutup, masih ada seribu pintu terbuka.' Untuk ke sekian kalinya, Grace Menken disakiti oleh pria yang hanya memanfaatkan kebaikan hatinya. Hidup sebatang kara, dikucilkan, dan kerap putus cint...