103. Pertumpahan Darah

23 4 0
                                    

Pada area dengan tanah kering berbatu itu, tanaman karnivora tumbuh subur bersama semak belukar raksasa hingga membentuk sebuah hutan kecil.

Melalui retakan-retakan di tanah, gas beberapa kali muncul. Damian menyadari hal tersebut ketika mereka terkepung oleh tanaman predator. Selama bertarung, ia terus mencari celah yang paling dekat dengan pusat pertumbuhan tanaman dan mempelajari momen semburan gasnya.

Damian tahu ini adalah tindakan nekat. Ia mungkin harus meregang nyawa jika melakukan sedikit saja kesalahan, namun ia telah melihat siapa Grace Menken sebenarnya. Tidak ia sangka, kekasih kakaknya itu memiliki jiwa kepemimpinan yang besar. Ketika menghadapi orang-orang, gadis itu nampak lemah, namun ketika sedang menjalankan sebuah misi seperti ini ia mampu mengambil keputusan dengan cepat dan berani. Jika ia mati di sini, ia yakin gadis itu bisa membawa yang lain keluar.

Sesuai dengan perhitungannya, Damian melemparkan obor yang masih menyala itu tepat ke sebuah lubang yang berada di dekat jalan masuk hutan semak raksasa. Tepat ketika obor itu masuk ke dalam lubang tersebut, gas panas menyembur hingga membuat sebuah ledakan api dasyat yang menjalar ke saluran gas lain yang terhubung pada banyak celah tanah yang terbuka.

Tanah yang bergetar dan kemunculan cahaya menyilaukan membuat Grace dan yang lainnya menoleh ke belakang. Semburan api dengan cepat melahap hutan di belakang mereka, termasuk akar dari tanaman-tanaman predator yang sedang mengejar mereka.

“Damian,” Gumam Jocelyn, menatap kobaran api besar yang dihiasi oleh tanaman predator yang berjatuhan. “Tidak! Damian!”

“Jocelyn, jangan!” Grace segera menahan Jocelyn yang hendak berlari menghampiri api besar di hadapan mereka. “Damian baik-baik saja, aku yakin itu,” ucapnya dengan suara bergetar.

Jocelyn menggeleng sambil menangis histeris. “Mana mungkin ia bisa berlari secepat itu dari ledakannya? Aku tidak bisa … Damian … aku mohon,”

“Aku akan mencari pangeran,” Ucap salah satu pengawal.

Menoleh pada pria itu, Grace bertanya, “Apa kau yakin?”

Pengawal itu mengangguk. “Kobaran apinya muncul di beberapa titik. Itu terlihat besar karena membakar tanaman yang merambat di berbagai tempat hingga cahaya apinya nampak rata.”

“Jika itu mungkin, aku mohon lakukanlah apa yang kau bisa untuk menyelamatkannya.” Pinta Grace.

Kemudian, pengawal itu berlari ke arah hutan dan menghilang dalam cahaya merah api. Sementara itu, Grace dan yang lainnya menunggu di tempat yang lebih aman karena api mulai merambati tanaman di sekeliling mereka.

“Damian… Aku mohon bertahanlah,” Tangis Jocelyn.

“Tenanglah. Damian adalah kesatria hebat, ia pasti menemukan jalan keluar,” Grace terus mengusap punggung Jocelyn. Meski ia berkata begitu, sesungguhnya ia juga sangat takut Damian tidak selamat.

“Elvaro!” Pengawal yang menjaga Grace dan Jocelyn bangkit dari duduknya dan berlari ke arah kobaran api.

“Damian?” Jocelyn mengangkat wajahnya yang basah oleh air mata. Ia menyipitkan matanya karena cahaya kobaran api membuatnya sulit menangkap jelas siluet manusia yang tengah berjalan keluar dari sana.

“Itu Damian,” Ucap Grace seraya berlari ke arah munculnya pria itu.

Pengawal yang bernama Elvaro itu berhasil kembali sambil membopoh Damian keluar dari kobaran api yang mengelilingi mereka.

“Damian!” Jocelyn langsung memeluk pria itu. “Syukurlah… Syukurlah kau selamat! Terima kasih sudah kembali,”

Tersenyum tipis dengan mata sayu, Damian menggerakkan satu tangannya untuk mengusap punggung Jocelyn. “Aku sudah berjanji untuk terus melindungimu,”

(TAMAT) The Groom From The Fairy-Tale LandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang