62. Pacar dan Kakak Laki-laki

53 11 4
                                    

“Ma-makan malam? Di sini? Bersamamu?” Tanya Grace.

Adro mengangguk ringan sembari menyuap kacang merah kukusnya. “Kau berkata padanya bahwa aku adalah keluargamu dan kita sangat dekat. Bukankah aneh jika aku tidak ingin mengetahui apa pun tetang pacarmu?”

Grace merenung sejenak sebelum mengangguk kecil. “K-kau agak benar.”

Sebuah senyum terbentuk di bibir Adro. Ia mengusap kepala Grace singkat. “Tentu saja aku sangat benar. Ajaklah ia makan malam di sini. Tidak perlu khawatir, kau tahu aku mudah berteman dengan siapa saja.”

“Eum, Adro,” Grace memainkan makannya dengan garpu tanpa berani menatap wajah pria itu. “Apakah … kau mungkin memiliki tujuan lain selain membuat Sean tidak curiga padamu? Sebenarnya, aku rasa Sean akan mengerti hanya dengan penjelasanku saja – Tidak perlu mengajaknya makan malam untuk bertemu denganmu.”

“Hm…” Adro menggulirkan matanya ke atas seraya mengusap dagunya dengan jari. “Sebenarnya, aku memiliki banyak alasan mengajaknya bertemu. Pertama, aku takut ia mencurigai asal usulku dan aku tidak yakin kau bisa menjelaskan tentang diriku kepadanya dengan benar. Ke dua, aku agak khawatir padamu setelah kau menceritakan bagaimana kau diperlakukan oleh semua mantan pacarmu. Aku hanya penasaran, ia adalah pria seperti apa. Lagipula, berkenalan dengannya sama juga dengan menambah teman.”

Mengangguk-angguk pelan, Grace merasa penjelasan Adro sangat masuk akal. Ia adalah gadis bodoh jika berpikir bahwa Adro memiliki niat buruk dengan mengundang Sean ke rumah.

Lagi-lagi, Grace harus mengingatkan dirinya lagi bahwa Adro hanya menganggapnya sebagai sahabat baik, sebagai adik perempuannya. Soal Adro yang saat itu menyatakan perasaannya, itu sepertinya benar hanyalah kesalah pahaman. Pria itu hanya bingung karena tertekan oleh kehidupan barunya.

Mengangkat wajahnya, Grace tersenyum lembut. “Baiklah. Aku akan mengundangnya makan malam. Tapi, berjanjilah kau akan pulang lebih cepat – Jangan membuatku mempersiapkan segalanya sendirian.”

Terkekeh, Adro menepuk-nepuk pelan ubun-ubun Grace. “Jangan khawatir, gadis bawel. Memangnya sejak kapan aku pernah membiarkanmu mempersiapkan makan malam sendirian?”

“Aku hanya bercanda,” Grace terkekeh kecil sembari menundukkan wajahnya sedikit. “Aku terlalu serius tadi - Aku pasti sangat menyebalkan.”

“Kau selalu menyebalkan. Anehnya, itu terlihat lucu bagiku,” Sahut Adro sembari memainkan helaian rambut Grace. “Lanjutkan makanmu – itu akan segera dingin.”

Melihat Grace mulai melanjutkan makannya dengan wajah ceria, Adro tersenyum lembut. Kelihatannya, ia telah berhasil meyakinkan Grace bahwa ia tidak memiliki masalah atas hubungan gadis itu dengan si berengsek.

Adro memang sangat murka pada hubungan Grace dan Sean, namun, ia senang bisa meredam itu baik-baik. Ia bahkan masih bisa bicara santai dan tersenyum. Setidaknya, langkah awalnya untuk menghancurkan hubungan Grace dengan pria itu telah berjalan mulus. Ya, Adro akan menggunakan permainan aman untuk membuat Grace dan pacarnya putus.

***

Dering bel nyaris membuat Grace terlonjak. Refleks, ia dan Adro saling menatap beberapa saat.

“Aku akan membuka pintunya.” Ucap Grace bersemangat seraya mengelap tangannya yang basah karena sedang mencuci piring.

Dengan setengah berlari kecil, Grace menghampiri pintu. Ketika pintu tersebut terbuka, seorang pria tinggi gagah berbalut atasan hitam berleher tinggi yang ditiban oleh mantel abu gelap tersenyum hangat di malam yang dingin.

(TAMAT) The Groom From The Fairy-Tale LandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang