❝ 𝘛𝘒 𝘍𝘶𝘵𝘢𝘣𝘢 ❞

1.3K 324 11
                                    

ATHANASIA SUDAH MENGINJAK USIA 5 TAHUN

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ATHANASIA SUDAH MENGINJAK USIA 5 TAHUN. Artinya dia sudah masuk ke TK, dan itu memang benar adanya. Athanasia rada bersyukur, rada engga sih.

Dia bersyukur karena akhirnya sudah bisa bermain dengan leluasa, namun juga tidak bersyukur karena dia harus kembali berhadapan dengan pendidikan. Masuknya Athanasia ke TK, itu artinya [Name] sudah lulus dari SMA nya dan mulai masuk universitas. Tentu dengan part time yang dia lakukan diam-diam, padahal ditentang keras oleh Gojo dan Mikami.

Mikami benar-benar sudah seperti sosok kakek untuk Athy, dan Gojo sendiri sosok paman. Kalau [Name] ada kelas, dia akan dititipkan ke rumah Mikami ataupun Gojo akan datang ke rumahnya. Athy tak masalah. Dia menyukai nya!

Kelas yang diambil sama [Name] kelas karyawan setiap malam, membuat wanita berambut pink itu hanya memiliki waktu bersama Athy dari pagi sampai malam───tepatnya jam 7 malam sampai jam 10 malam─── itu membuat Athy rasanya harus berani.

Ketika sudah waktunya [Name] ada kelas, maka entah Gojo atau Mikami dengan istrinya yang akan datang menemani Athy di rumah. Nanti kalau [Name] sudah pulang, baru mereka pulang ke rumah. Beruntung mereka dikelilingi orang-orang baik.

Untuk saat ini.

"Bunda~!" Athy memeluk kaki jenjang [Name] ketika wanita itu sedang merapikan mainan Athy.

[Name] menarik alisnya ke atas, "kenapa Thy?"

Di mata hukum, Athy sudah sah jadi anak adopsi nya [Name]. Sah!

"Athy lupa besok disuruh bawa tepung haji oka." Ucapan Athy membuat [Name] hampir menjatuhkan mainan anaknya itu, [Name] bengong. Dia gatau apa itu tepung haji oka.

[Name] duduk serius, menghadap ke arah Athy. "Tepung haji oka apa, Thy?"

Athy memiringkan kepalanya, "tepung haji okaa! Yang warnanya putihhhh!" Seru Athy sambil memperagakan sesuatu dengan tangannya.

[Name] berpikir keras, bahkan rasanya otaknya mau meledak. Hingga akhirnya sebuah pencerahan masuk ke otaknya, "tepung tapioka, maksud kamu ya?"

Athy mengangguk dengan senyum lebarnya, "hebat, bunda tau!"

[Name] menangis imajiner, "untung kamu anak bunda, nak..." Ucapnya, 'walaupun kamu anak pungut sih.'

'Loh, aku kan anak pungut???' bingung Athy dalam hati. 'Gapapa lah!'

❝ MA-MAAF BU, HARUSNYA ITU BALON PUTIH! BUKAN TEPUNG TAPIOKA!❞ Suara wanita itu terdengar panik, membuat [Name] seperti ditimpa batu kenyataan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

MA-MAAF BU, HARUSNYA ITU BALON PUTIH! BUKAN TEPUNG TAPIOKA!❞ Suara wanita itu terdengar panik, membuat [Name] seperti ditimpa batu kenyataan.

Mereka sekarang sudah ada di depan gedung apartemen, dengan sebuah bus TK Futaba. "Pantas saja, rasanya aneh Yoshinaga-sensei⁴ meminta hal itu."

Yoshinaga Midori adalah wali kelas dari Athy, kelas Matahari. Sementara Athy sendiri menatap bingung ke arah keduanya. "Sensei, apa barang yang Athy bawa salah?"

'SALAH BANGET!' Teriak Midori dan [Name] bersamaan. Midori terkekeh canggung, "salah, Athy-chan. Seharusnya itu balon, bukan tepung."

'Loh? Aku salah penyebutan ya?' Athy menatap lugu kedua wanita dewasa dihadapannya.

"Sebentar, akan saya ambil───" Sebelum selesai [Name] berucap, dia dipotong oleh ucapan Midori

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sebentar, akan saya ambil───" Sebelum selesai [Name] berucap, dia dipotong oleh ucapan Midori.

"Tidak usah, bu." Midori menatap jam tangannya, memperhatikan waktu yang terus berlalu. "Kami masih harus menjemput yang lain. Mungkin ada yang membawa lebih."

"Kalau tidak ada?" Celutuk Athy, membuat batu besar rasanya menimpa tubuh Midori.

Midori dalam hati berteriak, 'JANGAN BERTANYA HAL YANG MEMBUAT ORANG LAIN PESIMIS!'

[Name] dengan segera memegang kedua baju Athy, membuatnya harus berjongkok. "Pasti ada kok, Athy-chan!"

Athy akhirnya masuk ke dalam, menyapa beberapa temannya. Midori dan [Name] rasanya kenak mental sama bocah umur 5 tahun ini. "Kami pamit, bu."

"Iya." [Name] melambaikan tangannya untuk mereka, bus TK langsung maju jalan. Setelah agak jauh, tiba-tiba suara berisik terdengar di belakangnya membuat [Name] berbalik karena terkejut, "loh, MIYA-SAN?!"

"AH, SHIMIZU-SAN! KEMANA BUS TK NYA?" Itu Yuriko, dia terlihat kacau dengan menenteng dua anak laki-laki seperti karung beras di kedua sisinya.

[Name] dengan tergagap menunjuk ke arah bus yang sudah menjauh, "i-itu... Kalian telat, Miya-san..."

Yuriko rasanya mau nangis aja, lagi-lagi dia harus naik sepeda untuk mengantarkan kedua bebannya───maksudnya kedua anak laki-laki nya─── ke sekolah.

Salah satu dari mereka berucap, "ini karena Atsumu kelamaan mandinya!"

Yang lain menyahut, "ENAK SAJA! OSAMU YANG KEBANYAKAN MAIN GELEMBUNG!"

"KAN SYDAG KUBILANG UNTUK JANGAN MANDI GELEMBUNG???" Yuriko membentak kedua anaknya membuat mereka diam. Yuriko langsung pergi ke parkiran dan mendudukkan kedua anaknya di kursi belakang. Memasangkan seatbelt ke mereka dan langsung tancap gas melalui [Name].

[Name] yang masih diam menyaksikan itu semua sampai tidak bisa berword-word lagi. Hingga sebuah mobil menghampiri wanita itu dan keluarlah seorang laki-laki dewasa, "permisi, paket untuk nyonya Miya. Kamar nomor 156."

"A-ah, arigatou gozaimasu." Lirih [Name] mengambil paketnya.

"Emm, bu. Paket ini belum dibayar."

DOENGG!

'Harus aku kah yang bayar?' [Name] nangis imajiner. Udah dua kali dia nangis imajiner hari ini.

#Justice for [Name]

BUNDA! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang