[GEN 2]
Belum Revisi!
⚠️MPREG
ALAS bukan Alas roban.
Akibat dihajar rentenir, Stevano Laskara tanpa sengaja meluluhkan hati dingin Alex Prabaswara Damian.
S1
Awal : 2 Maret 2023
Akhir : 11 April 2023
S2
Awal :13 April 2023
Akhir : 3 Mei 2023
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jangan berekspetasi terlalu tinggi pada cerita ini, Kalau jatuh di atas kasur gak apa tapi kalau malah jatuh ke hati gue kan bahaya wkwk – Laskar
__________________
Seorang pemuda jangkung tengah berjalan santai disekitaran komplek sebrang yang tidak jauh dari kompleknya. Seharusnya, ia tadi memakai mobil tapi tiba-tiba mobilnya mogok, jadilah ia meninggalkan dan menelfon tukang bengkel langganannya. Helaan nafas terdengar berkali-kali dari pemuda itu. Ia sangat lelah sehabis latihan basket tadi dan sekarang harus mengalami seperti ini. Mata si pemuda jangkung itu memicing kala melihat tiga orang berbadan besar tengah merundung seseorang yang mengenakan jersey sama sepertinya.
"CEPAT LUNASI HUTANG ORANG TUAMU!"
"Saya gak punya uang om akhhhh sakit."
"KALAU KAMU GAK BISA LUNASI CEPAT PERGI DARI SINI, RUMAH MU KAMI SITA!"
Pemuda itu meringkuk merasakan perutnya nyeri karena tendangan salah satu renternir.
"Tolong jangan sita rumah saya, saya gak punya tempat tinggal lagi."
'BUGH '
Lagi-lagi rentenir itu, memukul tubuh mungil pemuda yang tengah meringkuk.
"BESOK KAMU HARUS SUDAH MENINGGALKAN RUMAH INI!"
Kemudian pemuda jangkung itu menghampirinya.
"Beraninya main kekerasan sama bocah." Celetuk Pemuda jangkung itu. Sontak pemuda mungil itu mendongak.
"Alex..." lirihnya.
"Kamu jangan ikut campur urusan kami." Ujar rentenir.
"Berapa?" Tanya pemuda jangkung yang ternyata bernama Alex. Ketiga rentenir itu saling tatap, tidak mengerti maksutnya, Alex berdecak.
"Berapa hutangnya." Ulang Alex, Alex tidak suka berbicara banyak-banyak katanya membuang tenaga.
"Lima puluh juta, sekalian bunganya." Ujar salah satu rentenir. Alex pun mengeluarkan ponselnya lalu menyodorkan pada salah satu rentenir itu.
"Nomer rekening, gue lunasin." Ujar Alex, pemuda yang tengah meringkuk itu terkejut mendengarnya. Alex pun mengambil ponselnya kembali.
"Jangan pernah ganggu dia lagi, Pergi." Ujar Alex.
"Heh bocah, beruntung kamu punya temen kaya kayak dia." Ujar rentenir itu sebelum mereka pergi.
Alex menunduk menatap pemuda mungil yang tengah meringkuk. Alex sendiri terkejut ternyata itu teman satu kelas dan satu klub basket dengannya. Laskar namanya.
Ia pun mendekat ke arah Laskar dan membopong tubuhnya sampai sang empu terkejut dan refleks mengalungkan tangan pada leher Alex. Kemudian, Alex membawanya masuk ke dalam rumah. Mata Alex menelisik setiap sudut, rumahnya besar tetapi terasa hampa.
"Kamar lo?" Pertanyaan itu meluncur dari bibit Alex dan membuat Laskar bingung.
"Hah?" Tanya Laskar yang kembali membuat Alex berdecak.
"Kamar lo dimana?" Ulangnya.
"Pintu warna abu-abu di lantai dua." Alex mengangguk lalu membawa Laskar menuju kamarnya. Sampai kamar ia mendudukkan Laskar di tepi ranjang. Laskar masih tidak menyangka jika Alex ternyata tidak seburuk yang ia kira. Ya, walaupun nada bicaranya masih terdengar dingin.
"Kotak obat dimana?" Tanya Alex.
"Di laci situ ada." Ujar Laskar sembari menunjuk nakas sebelah tempat tidurnya. Alex pun perlahan mengobati luka di muka Laskar.
"Besok ijin aja." Ucapan Alex dibalas gelengan oleh Laskar.
"Gak bisa, pulang sekolah gue harus kerja. " Jawaban Laskar membuat Alex menghentikan aktivitasnya, lalu ia mengangkat satu alisnya.
"Orangtua lo?" Tanya Alex yang teramat singkat, Laskar tersenyum tipis mendengarnya.
"Udah meninggal sejak gue SMP, mereka kecelakaan." Ucapan Laskar membuat Alex tertegun.
"Maaf." Ujar Alex, ia merasa bersalah karena, tanpa sengaja mengungkit masalalu Laskar.
Laskar tersenyum. "Santai Lex, btw thanks udah lunasi hutang orang tua gue dan cuma rumah ini peninggalan mereka, gue janji bakal balikin ke lo tapi kasih gue waktu, ya?" Ujar Laskar, Alex tersenyum sangat tipis sampai tidak terlihat.
"Gak usah." Ujar Alex.
"Jangan gitu anjir Lex, gue jadi gak enak sama lo. Mana kita ini gak deket tiba-tiba lo bantuin gue." Ujar Laskar, Alex sendiri juga bingung, kenapa ia mau membantu pemuda di hadapannya ini, ah mungkin karena ia merasa iba dan Laskar temannya jadi dia membantunya.
"Gue bilang, gak usah." Ucapan Alex membuat Laskar terharu, dengan refleks Laskar memeluk Alex hingga membuatnya terkesima dengan pelukan tiba-tiba yang Laskar berikan.
"Makasih Lex gue gak nyangka ternyata lo anaknya baik, gue kira lo sombong karena lo cuek mana irit ngomong. Gue gak tau harus bales kebaikan lo gimana lagi Lex, duh gue pengen nangis haru, tapi malu. Gue tunda aja deh." Cerocos Laskar dan tanpa Alex sadari sudut bibirnya terangkat.
Laskar tersadar jika dirinya memeluk Alex, buru-buru ia melepasnya dan tersenyum canggung. "Eh, gue refleks Lex, abis seneng hehehe....maaf, Lex." Ujar Laskar. Alex mengangguk singkat.
"Hm, gak apa."
"Lo pulang sana, udah makin malam." Ujar Laskar, Alex menghela nafas lalu mengangguk.
"Memar diperut lo?" Tanya Alex yg membuat Laskar menyibak bajunya ke atas, menampilkan perut memarnya.
"Santai gue bisa, Maaf Lex gue gak bisa nyuguhin lo apa²." Ujar Laskar.
Alex menatapnya dengan datar. "Gue gak lagi namu, gue bantuin lo." Laskar jadi ngeri sendiri sama tatapan Alex yg kayak gitu.
"Emm yauda ayo gue anter ke depan." Laskar pun mengantar Alex sampai pagar.
"Mobil lo mana Lex?" Tanya Laskar yg tidak melihat mobil Alex di sekitar rumahnya.
"Gue tinggal, mogok." Ujarnya.
"Terus lo pulang naik apa?" Tanya Laskar.
"Jalan."
"Udah malam gini, lo kalau mau nginep aja di rumah gue dulu." Tawar Laskar, Alex menatapnya lalu menggeleng.
"Gak usah."
"Kalau gak pake motor gue aja, besok lo ke sini jemput gue terus pulangnya gue yg anter dah." Ujar Laskar, Alex menimang² sebentar lalu mengangguk setuju. Ia juga sangat capek jika harus berjalan sampai rumahnya, apalagi ini sudah malam, sangat rawan.
Laskar pun membawa motor matic scoopynya mendekat Alex. "Motor gue gak sebagus dan gak se jantan motor lo si Lex." Ujar Laskar.
"Gak apa." Alex pun mulai menaiki motor Laskar.
"Hati² Lex, gue banyak makasih sama lo. Suatu saat gue bakal bales." Ucapan Laskar hanya di balas senyuman tipis dari Alex. Kemudian Alex pun melajukan motornya usai pamit.
"Buset dah si Alex pas pembagian ekspresi dia gak dateng apa gimana si, datar mulu itu muka kayak dada gue." Gerutu Laskar.
Laskar pun mengunci pagar dan hendak masuk, tapi sebelum itu, ia menatap rumah nya yg mewah. Memang besar tapi hanya ia sendirian yg menempati. Jadi terasa sepi dan hampa, tidak ada kehangatan keluarga sama sekali di dalamnya. Laskar tersenyum miris dengan keadaanya.