Chapter 2

112 10 3
                                    

"Aarrrgghhh ..." Arfan menggeram keras saat tubuhnya terasa menggigil, ia masih belum menyadari bahwa semalam ia tidak tidur sendiri.

"Ayo bangun Fan, sudah subuh nih!" pekik Layla sambil menarik selimut yang menutupi tubuh Arfan, Layla tertawa saat melihat wajah kesal Arfan di balik baby face-nya. Meskipun hanya istri sementara tapi Layla tidak akan membiarkan imamnya meninggalkan kewajiban sebagai seorang muslim. Layla sudah sedikit mengenal karakter ataupun kebiasaan Arfan, sebulan sebelum mengikrarkan ijab kabul Arfan dan Layla sering menghabiskan waktu bersama untuk persiapan pernikahan dan tentu saja itu ulah Aisyah dan mama mertuanya yang berhasil membuat Arfan dan Layla sering pergi bersama.

"Ntar aja Ma," jawab Arfan masih dengan mata terpejam, tangannya meraba selimut yang terlepas dari tubuhnya lalu menyembunyikan seluruh tubuhnya ke dalam selimut. Layla mengernyitkan keningnya saat mendengar jawaban Arfan.

"Arfan sayang, aku istrimu Layla bukan Mama Liana," bisik Layla tepat di telinga Arfan.

"Layla!" teriak Arfan seketika membuatnya terduduk, ia usap wajahnya dengan kasar sambil menatap Layla dari ujung kaki hingga ujung kepala. Dengan kedua tangan terlipat di dada Layla tertawa keras melihat raut kaget Arfan, ekspresi wajah Arfan persis orang yang ketakutan karena melihat hantu.

"Ngapain kamu di kamarku?" Bentak Arfan sambil menutup tubuhnya dengan selimut dengan ekspresi aneh seperti orang yang hendak diperkosa. Bukannya menjawab Layla semakin tertawa sambil memegangi perutnya yang mendadak sakit karena tertawa hingga sudut matanya berair.

"Hello bos gantengku, kita sudah resmi jadi pasangan suami istri sejak kemarin sore," terang Layla sambil menyeka air di sudut matanya.

Arfan mematung di tempat, otaknya mulai me-replay semua peristiwa yang sudah ia lalui. Benar saja gadis bawel di hadapannya ini sudah sah menjadi istrinya. Arfan mengusap kembali wajahnya dengan kasar lalu menyingkap selimut yang menutup tubuhnya dan beranjak pergi ke kamar mandi dengan kesal.

Layla tengah sibuk bermain dengan ponselnya saat Arfan ke luar dari kamar mandi dengan wajah yang terlihat segar. Ia laksanakan salat subuh dengan khusuk, sudah sering ia tinggalkan salat lima waktu selama tinggal di hotel ini, Arfan memang lebih sering bermalam di hotel ketimbang pulang ke rumah orang tuanya.

"Oya aku beri kamu kebebasan, terserah kamu mau ngapain aja tapi jangan pernah ikut campur urusan pribadiku," ucap Arfan dengan ekspresi tak terbaca, Layla hanya melirik Arfan sekilas lalu kembali menatap layar pipih di hadapannya. Arfan geram saat Layla mengacuhkannya dan ia tidak suka itu, perlahan ia naik ke atas ranjang lalu tidur terlentang di samping Layla. Melihat Layla bergeming Arfan merebut ponsel dari Layla dengan paksa.

"Kembalikan Fan." Layla berusaha merebut ponselnya dari tangan Arfan.

"Aku paling nggak suka saat aku bicara diabaikan," tatap Arfan tajam ke dalam netra Layla.

"Kan sebelum menikah kita sudah membicarakan hal itu," jawab Layla kesal lalu beranjak dari atas ranjang, ia berniat menelpon bell boy untuk memesan minuman hangat untuknya dan Arfan.

Buk ... Tarikan tangan Arfan berhasil membuat Layla terjatuh tepat di atas tubuhnya, seketika jantung Layla berulah kembali. Namun dengan cepat Layla berhasil menguasai diri.

"Ok, terserah kamu lah," balas Layla dengan jengah, ia bangkit dari atas tubuh Arfan lalu merapikan rambutnya yang berantakan.

"Awas kamu klo berani macam-macam, akan aku perkosa kamu, aku punya hak atas dirimu." Seringai licik terbit di wajah baby face Arfan. Namun jawaban enteng Layla semakin membuatnya geram, ternyata gadis yang dianggapnya bisa ia kendalikan dengan mudah mulai menampakkan taringnya.

Contract Marriage (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang