Chapter 13

49 4 0
                                    

Noval menepikan mobilnya di bahu jalan raya, tampak ia menghela napas panjang sebelum mengutarakan keinginannya. Ia tidak suka jika didiamkan seperti ini.

"Kenapa nggak diangkat? Pasti suami kamu kan yang telpon?" Tanya Noval menatap Layla yang hanya memandangi nama yang tertera di layar ponselnya.

"La, beri aku kesempatan sekali aja, aku janji akan memperbaiki semuanya, dan aku akan setia menunggu kamu, berapa pun lamanya waktu yang kamu butuhkan," lanjut Noval tanpa melepas tatapan pada Layla yang masih mengacuhkan dirinya.

"La?" Panggil Noval lalu hendak menyentuh tangan Layla yang seketika ditariknya.

"Aku sudah bilang sebelumnya, aku sudah menikah Val, tolong jangan ganggu aku lagi," balas Layla dengan kesal meskipun di hatinya masih ada rasa yang tertinggal untuk pria itu, dirinya tidak akan mengkhianati pernikahannya dengan Arfan, apapun alasannya, dan meskipun kemungkinan pernikahan mereka hanya akan bertahan selama 8 bulan saja, Layla tidak akan menjalin hubungan kembali dengan Noval, tentu dirinya tidak akan mengulang cerita masa lalu.

Noval terdiam merasakan kesakitan yang teramat dalam, ia tatap kembali cincin yang melingkar di jari manis Layla, harusnya ia yang menyematkan cincin itu di jari manis Layla, bukan pria lain. Noval berusaha menerima kenyataan bahwa dirinya sudah kehilangan gadisnya yang dulu.

Klek ... Layla membuka pintu mobil, ia tatap lekat wajah Noval untuk terakhir kalinya, Noval terdiam menyelami rasa dalam netra Layla. Noval tahu Layla masih menyimpan sekeping rasa untuknya, tetapi dirinya harus menerima kenyataan bahwa Layla bukanlah miliknya lagi.

"Jangan menemui aku lagi!" Ucap terakhir Layla sebelum ke luar dari mobil lalu menutup pintu itu dengan keras. Layla melambaikan tangan menyetop taksi yang kebetulan lewat lalu segera memasukinya, meninggalkan Noval.

Klik ... Ponsel Layla berbunyi tanda pesan masuk.

"Kamu di mana?" Pesen terakhir Arfan setelah puluhan pesan yang diabaikan oleh Layla.

"Otw pulang," balas Layla singkat kemudian men_scrool kembali pesan Arfan yang tadi belum sempat dibacanya dengan tersenyum.

"Tunggu aku di apartemen." Tak berselang lama balasan dari Arfan datang.

Layla berpikir sejenak setelah melihat jam di ponselnya yang masih menunjukkan pukul 13.00. Senyuman Layla seketika terbit sambil mengucapkan, "Hotel Borobudur Pak!" pada supir taksi tersebut.

***

Dengan tergesa-gesa Arfan membereskan berkas-berkas yang memenuhi meja kerjanya. Ia ingin pulang lebih awal hari ini, tadi ia sudah mendapatkan izin dari Ardan setelah rapat. Sekarang Arfan harus izin setiap akan meninggalkan kantor, bukan karena dirinya sekarang menjadi bawahan Ardan, tapi karena memang kantor pusat perusahaan Alfarizi terletak di lantai kedua dari atas, tepatnya lantai 24, di lantai teratas tempat presidential suite di mana keluarga Alfarizi jika ingin beristirahat. Dan karena rasa hormatnya pada Ardan lah Arfan melakukan hal itu.

Setelah dirasa beres Arfan meraih jas yang tersampir di punggung kursi kebesarannya.

Tok tok ...

"Masuk!" sahut Arfan setelah mendengar ketukan pintu ruangannya.

"Alin, ada apa?" Tanya Arfan sambil meraih tas kerjanya.

"Ada tamu yang ingin bertemu dengan Bapak," balas Alin lalu mempersilakan orang tersebut masuk.

Deg ... Arfan membeku sesaat, melihat sosok yang ia temui kemarin kini berada tepat di hadapannya.

"Maaf klo aku ganggu kamu Fan, aku ingin bicara sebentar." Vika menghela napas sebelum melanjutkan kalimatnya.

Contract Marriage (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang