Chapter 36

36 3 1
                                    

Hari penuh debaran yang telah dinantikan akhirnya tiba, hari di mana Layla menjalani operasi pengangkatan kista yang bersarang di perutnya, semua persiapan untuk operasi sudah sempurna hanya tinggal menunggu 30 menit lagi Layla akan segera masuk ke dalam ruang operasi. Perasaan lega sekaligus khawatir mendominasi pikiran semua orang. Namun semua hanya bisa menyembunyikan perasaan itu dengan membingkai senyuman untuk memberi support pada Layla.

"Mas Arfan mana Ma?" Tanya Layla dengan gelisah pada Liana seraya memandangi jam dinding di ruangan serba putih itu, lima menit lagi dirinya akan pindah ke meja operasi tetapi Arfan tak kunjung terlihat batang hidungnya padahal tadi pria itu hanya pamit pergi ke kamar mandi sebentar.

Liana gugup, tetapi belum sempat ia menjawab pertanyaan Layla dua orang perawat perempuan dan laki-laki masuk untuk membawa Layla ke ruang operasi. Semua orang menahan tangis saat Layla tersenyum pada semua orang, berusaha menunjukkan bahwa dirinya kuat dan tegar. Baru sampai pintu perawat tersebut mendorong kursi roda yang membawa Layla, Arfan sudah berdiri di sana dengan tersenyum, Layla membalas senyuman pria itu dengan mata nanar, Layla tahu Arfan pasti menyembunyikan diri, mata merahnya tak bisa membohongi semua orang bahwa pria itu habis menangis.

"Tenang Sayang, semua akan baik-baik saja," ucap Arfan sembari berlutut menyejajarkan tubuhnya dengan Layla yang berada di kursi roda.

"Tentu," balas Layla singkat lalu memeluk Arfan dengan erat, orang tua Arfan dan Layla memilih memalingkan wajah mereka, sekuat tenaga tidak meneteskan air mata yang sedari tadi mereka tahan. Rahang Arfan mengeras dengan mata terpejam sembari membalas pelukan Layla. "I love you, Honey," bisik Arfan lalu segera melepaskan pelukannya, membiarkan dua perawat tersebut membawa Layla pergi.

Terdengar helaan napas berat Arfan sebelum kakinya melangkah mengikuti dua perawat yang membawa Layla menuju ruang operasi. Sedangkan Liana dan Dewi tak kuasa menahan tangis, mereka terisak dalam dekapan suami masing-masing.

Klek ... Pintu operasi tertutup rapat selang tak lama lampu merah mengedap-ngedip bertanda operasi sedang dimulai. Arfan duduk di kursi tunggu dengan kedua tangan menutup wajah, bibirnya tak berhenti melafalkan doa.

Kembali Arfan menilik bagaimana usaha keluarganya untuk membujuk Layla hingga bersedia menjalani operasi tersebut. Seminggu Arfan menemani Layla berjuang menahan rasa sakitnya, hampir setiap malam Arfan berjaga-jaga karena tubuh Layla yang tiba-tiba deman, menggigil, dan berkeringat dingin. Untuk intensitas sakit di perutnya dr. Rahma sudah memberikan obat pereda nyeri terbaik untuk mengurangi rasa sakit yang dirasakan Layla. Bobot tubuh Layla pun turun drastis hingga 6 kg hanya dalam kurun waktu seminggu, karena selama itu Layla sering mengalami mual-mual yang membuat selera makannya berkurang.

Semua usaha sudah mereka lakukan. Namun Layla masih ragu, trauma akibat kecelakaan beberapa tahun lalu masih menghantuinya, ia takut dengan jarum suntik, selang infus, dan meja operasi, lampu sorot yang berada tepat di atasnya selama ini masih teringat jelas di benaknya. Bahkan bagaimana dinginnya ruang operasi yang membuat tubuhnya mengigil sebelum kesadarannya hilang total masih melekat nyata seperti baru terjadi kemarin dan sekarang ia harus berada di sana lagi. Mengulang semuanya kembali.

Kedatangan orang tua Aisyah lah yang berhasil menyakinkan Layla, Marissa mama tiri Aisyah adalah mantan pasien penyakit kista ganas hingga berakhir dengan pengangkatan rahim sehingga Marissa dan Hendra tidak bisa memiliki anak, tetapi untuk kasus Layla jelas berbeda, kista jinak itu hanya butuh diangkat melalui operasi agar tidak menutupi indung telur dalam rahim Layla.

Detik demi detik berlalu rasanya seperti menunggu berabad-abad lamanya, kini dua jam terlewat lampu merah itu belum juga berhenti berkedip seolah mencabik-cabit hati Arfan secara perlahan-lahan. Berulang kali Liana menyuruh Arfan sekadar makan atau minum untuk mengisi perut kosongnya tetapi Arfan selalu menolak. Bagaimana bisa ia menelan makanan sedangkan istrinya sedang berjuang di atas meja operasi.

Contract Marriage (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang