Chapter 6

83 4 0
                                    

"Fan maksudnya apa ini? Kamu transfer lebih dari kesepakatan kita?" Layla menunjukan laporan sms banking senilai 20 juta masuk ke dalam rekening bank miliknya.

"Anggap aja bonus karena kamu udah berperan dengan baik!" Jawab Arfan enteng lalu melanjutkan menyeruput kopi buatannya sendiri, ia kesal karena kemarin Layla berhasil menjahilinya.

"Kenapa kopi buatanku nggak kamu minum?" Tanya Layla saat melihat Arfan memegang secangkir kopi padahal kopi buatannya masih utuh di atas meja makan. Arfan hanya mengedikkan bahu lalu beranjak pergi meninggalkan Layla yang berada di tepi kolam.

"Ok, aku minta maaf atas kesalahanku kemarin," ucap Layla menyusul langkah Arfan. Lagi, Arfan tetap acuh meninggalkan Layla sehingga membuat gadis itu salah tingkah.

"Aku hanya mau nerima uang sesuai kesepakatan kita, nanti aku transfer balik deh," lanjut Layla sambil mengekori Arfan yang berjalan menuju arah dapur.

Arfan membalikkan tubuh, mendorong tubuh Layla hingga menabrak tembok di sudut dapur lalu mengurung gadis itu dengan kedua tangannya.

"Dengar Layla, kita menikah secara sah, baik di mata hukum maupun agama, jadi adik kamu juga adikku. Jadi aku juga punya tanggung jawab yang sama seperti dirimu," ucap Arfan menatap tajam manik Layla. Layla meneguk saliva dengan keras saat tatapan tajam itu membuat reflek jantungnya bekerja ekstra.

"Maksud kamu apa Fan?" Tanya Layla terbata saat Layla berusaha membebaskan diri dari kungkungan tangan Arfan. Namun Arfan justru mendekatkan wajahnya pada wajah Layla, hembusan napas Arfan seketika menyapu poni Layla.

"Tadi aku baca pesan WA dari Nayla, dia minta uang untuk pembayaran akhir sekolah, kenapa kamu nggak minta aku?" Tanya Arfan dengan suara lirih. Entah mengapa Arfan merasakan sakit di sudut hatinya saat berulang kali Layla mengatakan soal perjanjian pra-nikah yang telah mereka sepakati.

"Kamu buka ponsel milikku tanpa seizinku?" Layla balik bertanya dengan kesal. Arfan sendiri yang meminta mereka untuk tidak saling mengusik urusan pribadi masing-masing, tapi sekarang dia justru berani membuka ponselnya tanpa izin.

"Sekarang jawab pertanyaanku, tujuan kamu menerima pernikahan kontrak ini untuk apa?" Arfan melontarkan pertanyaan balik pada Layla.

"Untuk apa kamu menanyakan itu? Kita sama-sama untung, jadi aku nggak perlu jelasin apa-apa ke kamu!" Jawab Layla lalu memalingkan wajah. Ia tidak mau Arfan mengetahui alasannya menerima perjanjian pra-nikah itu.

Ting ... tong ... Suara bel mengejutkan keduanya, Arfan menoleh ke arah pintu dengan menghembuskan napas keras lalu dengan gesit Layla merosot ke bawah, membebaskan diri Arfan. Layla berjalan ke arah pintu utama sambil mengucap hamdallah berulang kali, Layla tidak ingin ada seorang pun yang tahu alasan dirinya menerima pernikahan kontrak dengan Arfan.

Buk ... Arfan memukul tembok dengan kesal saat mendapati Layla sudah tidak berada di hadapannya.

"Mama," panggil Layla terkejut saat mendapati Liana tersenyum di ambang pintu dengan menenteng sebuah rantang susun di tangannya. Layla meraih tangan Liana lalu menciumnya begitu pun Arfan saat mengetahui Liana datang, ia segera mendekat setelah itu merangkul pundak Liana dengan sayang seraya melirik Layla tajam yang memasang wajah innocent.

"Kenapa Mama kemari nggak bilang-bilang dulu? Kan bisa Arfan jemput," tanya Arfan sambil membimbing Liana menuju ruang keluarga.

"Bentar Ma, saya mau ganti baju dulu," pamit Layla bergegas menuju kamarnya, ia malu karena kebiasaanya saat di rumah yang hanya memakai pakaian mini. Tanpa ada yang sadar Liana terkejut saat melihat Layla masuk ke dalam kamar lain. Tepatnya bukan kamar Arfan.

Contract Marriage (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang