Chapter 17

55 5 1
                                    

Tit ... Pintu apartemen terbuka, dengan gontai Arfan masuk, ia lepas sepatu lalu menaruhnya di rak sepatu di belakang pintu. Perlahan ia masuk saat mendengar suara saluran televisi yang masih menyala, sekilas Arfan lirik jam di pergelangan tangannya yang sudah menunjukkan pukul 23.30 WIB. Berdiri cukup lama Arfan memperhatikan Layla yang sedang asyik menonton drama Korea kesukaannya sambil memangku sebuah toples berisi cemilan. Senyuman Arfan terbit seketika saat melihat Layla baik-baik saja selama dirinya tidak pulang. Ternyata gadis itu berhasil membuatnya rindu setengah mati. Tak hanya senyuman, masakan, tapi juga kecerewetannya yang ia rindukan.

"Belum tidur?" Tanya Arfan lembut yang seketika membuat Layla menoleh dengan terkejut.

Arfan mendekat lalu duduk bersila di bawah, menghadap Layla yang duduk di atas sofa lalu mengambil toples dari pangkuannya dan meletakkan di atas meja. Layla membeku menatap Arfan yang juga menatapnya, ia masih belum percaya jika laki-laki di hadapannya adalah seseorang yang sangat ia rindukan, laki-laki yang berhasil membuatnya tidak bisa memejamkan mata selama dua malam.

"Maafkan aku," ucap Arfan seraya menggenggam kedua tangan Layla, Arfan masih menatap lekat netranya yang masih tampak membengkak, Arfan yakin Layla habis menangis, entah itu karena film drakor yang sedang ditonton atau karena dirinya Arfan tidak peduli. Baginya sekarang hanya ingin meminta maaf pada Layla.

Layla segera menarik tangannya saat Arfan hendak mencium tangannya, segera berdiri dan meninggalkan Arfan, hatinya masih sakit dengan hinaan Arfan dua hari lalu. Baru juga melangkah, tiba-tiba sepasang tangan memeluknya erat.

"Maafkan aku Layla, aku sangat merindukanmu," ucap Arfan semakin mengeratkan pelukannya. Arfan baru menyadari jika dirinya tidak akan sanggup kehilangan Layla. Layla berusaha melepaskan kedua tangan Arfan yang melingkar erat di perutnya, sambil menahan sekuat tenaga laju air matanya agar tidak sampai tumpah.

"Nggak, aku nggak akan melepaskanmu sampai kapanpun La," bisik Arfan dengan suara serak, setetes air mata jatuh di bahu polos Layla, seketika Layla mematung dengan air mata mulai berderai. Bahunya terguncang karena akhirnya tangis yang ia tahan pecah.

Arfan membalik tubuh Layla untuk menghadapnya. "Jangan menangis La," ucap Arfan sambil mengusap air mata Layla dengan ujung jarinya. Ia tatap netra Layla yang basah, membelai pipinya dengan punggung tangannya. Arfan benar-benar menyesal karena sudah menyakiti perasaan Layla.

"Maaf." Arfan memeluk Layla dengan erat sambil menghujani kecupan di puncak kepalanya. Arfan melepaskan pelukannya lalu merangkum wajah Layla dengan kedua tangan, ia cium lembut bibir Layla yang masih terisak. Kembali Arfan menatap wajah Layla sebelum menciumnya kembali dengan semakin dalam.

"Aku mencintaimu Layla," gumam Arfan menyatukan kening mereka cukup lalu kembali mencium bibir Layla. Layla mulai membalas lalu mengalungkan kedua tangannya ke belakang leher Arfan.

"Aku lapar, bisa buatkan aku sesuatu?" Ucap Arfan setelah melepaskan ciumannya dengan napas terengah-engah. Layla tersenyum lalu mengangguk dan berjalan menuju dapur. Arfan mengikutinya lantas duduk di pantry dengan tak melepaskan tatapannya pada Layla yang sedang berkutat dengan alat-alat dapur. Sungguh dua hari tidak bertemu dengan Layla hampir membuatnya gila.

Layla mendorong sepiring nasi goreng ke arah Arfan lalu mengambil gelas dan sebotol air dingin dari dalam kulkas.

"Berapa hari kamu nggak makan?" Tanya Layla saat melihat Arfan makan dengan lahap hingga tak tersisa sebutir nasipun di piring tersebut.

"Nggak ada yang lebih enak dari masakanmu," puji Arfan setelah meneguk segelas air dingin.

"Sudahlah kamu istirahat dulu aja, aku mau beres-beres dulu," ucap Layla lalu mengambil piring dan gelas bekas makanan Arfan.

Contract Marriage (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang