Chapter 10

70 3 0
                                    

Sambil memasang senyuman manis Layla melangkah mendekati Arfan dan perempuan cantik itu, Layla perhatikan dengan saksama perempuan di hadapannya yang tampak sempurna dengan balutan dress hitam selutut yang kontras dengan kulit putihnya, rambut long curly berwarna coklat itu dibiarkan tergerai indah menyempurnakan make up naturalnya, dan sepatu hight heel setinggi 7 cm itu menambah kesan sensual pada tubuh sintalnya.

Arfan tersenyum saat melihat Layla berdiri mematung tak jauh darinya, Arfan mendekati Layla lalu menggandeng tangannya menuju tempat perempuan itu berdiri.

"Vika, kenalin ini Layla istriku."

"Sayang kenalin ini Vika sahabat aku saat kuliah dulu." Arfan memperkenalkan keduanya bergantian, Layla tersenyum ramah lalu mengulurkan tangan untuk bersalaman.

"Apa Arfan bilang tadi? Dia panggil aku Sayang?" Otak Layla tiba-tiba bekerja ekstra, mencoba mencerna sesuatu sembari menatap Arfan dan Vika bergantian.

"Vika!"

Vika membalas uluran tangan Layla sambil menelisik gadis berhijab berpenampilan sederhana di hadapannya dengan ekspresi antara terkejut karena Arfan sudah menikah dan gadis pilihan Arfan yang di luar ekspetasinya. Vika tak menyangka istri Arfan tak sebanding dengan dirinya, gadis itu tampak polos dan masih muda. Ia akui gadis itu memiliki body yang diharapkan semua perempuan, tinggi, langsing, dan berlesung pipi, serta kulit kuning langsat yang semakin menampakkan inner beauty-nya. Tiba-tiba perasaan iri menjalar di hatinya tatkala melihat pendar cinta di mata Arfan untuk gadis itu, apa mungkin Arfan sudah melupakan kisah cinta bersamanya?

"Layla," balas Layla yang seketika membuyarkan lamunan Vika.

"Bentar ya Sayang aku ke kasir dulu," ucap Arfan sambil mengecup kening Layla lalu mengambil belanjaan dari tangan Layla menuju kasir.

Layla dan Vika saling diam hingga Arfan menyelesaikan pembayaran.

"Aku balik dulu ya? Salam buat Dion," pamit Arfan lalu merangkul bahu Layla meninggalkan Vika yang masih diam di tempat.

Di dalam mobil sikap Arfan seketika berubah dingin, raut wajahnya menjadi kelam. Sesekali Layla melirik Arfan tanpa berani membuka obrolan. Sekarang Layla faham hubungan antara Arfan dengan Vika tidaklah baik, ia berusaha menahan diri untuk tidak bertanya mengenai Vika. Ia hapal di dalam surat perjanjian pra-nikah jelas tertulis baik Arfan maupun Layla tidak boleh mencampuri urusan privasi masing-masing.

Layla melempar pandangan ke arah luar jendela mobil, ia lebih suka melihat kendaraan bermotor yang memadati ruas jalan raya dan kendaraan beroda empat yang hanya bisa merayap dari pada melihat laki-laki tampan di sampingnya.

Tiiinnn ... Layla terkejut saat Arfan mengerem mobil secara mendadak karena seorang pengendara sepeda motor yang merangsek masuk di sela-sela mobil Arfan. Arfan membuka kaca mobilnya lalu berteriak pada pengendara motor tersebut dengan penuh emosi.

"Shit!" Umpat Arfan saat lampu merah kembali menyala sambil memukul keras setir mobil.

"Kamu kenapa sih Fan? Tiba-tiba marah nggak jelas, lagian ini hari Minggu sudah biasa jalanan ini macet," tegur Layla karena sudah tidak tahan melihat Arfan marah-marah tanpa alasan. Arfan hanya menatap dingin sekilas pada Layla lalu kembali menatap jalan raya di hadapannya.

"Nggak ada urusannya sama kamu, jadi kamu cukup diam jangan buat kepalaku tambah pusing," balas Arfan sambil menatap Layla tajam.

"Ok, baiklah aku nggak akan ngeganggu kamu lagi, aku akan diam," sahut Layla lalu membuka pintu mobil dan melenggang ke luar setelah membanting pintu mobil dengan cukup keras.

"Layla, bukan gitu," panggil Arfan sambil berusaha menahan Layla namun suara klakson yang bersahutan dari arah belakang mobil membuatnya harus segera melajukan mobil dengan cepat karena lampu lalu lintas sudah berganti warna hijau.

Contract Marriage (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang