Chapter 4

80 7 2
                                    

"Minum dulu La," ucap Arfan sambil membantu Layla duduk untuk meminum teh hangat yang baru saja ia seduh.

"Maaf ya aku nggak tau klo kamu nggak bisa renang," sambung Arfan lalu meletakkan gelas di atas nakas setelah Layla meminumnya setengah. Tiba-tiba Layla menyibakkan selimut yang menutupi tubuhnya, Layla merasakan ada sesuatu yang aneh dengan dirinya, ia tatap wajah Arfan yang juga sedang menatapnya.

"Aaaaaa ...!" Teriak Layla saat menyadari pakaiannya sudah berganti dan dengan spontan kedua tangannya menangkup kedua dadanya dengan mata melotot.

"Shuuuutt, apa-apaan sih kamu, teriak-teriak, tadi aku cuma bantu kamu ganti baju, kamu nggak bangun-bangun sih, jadi daripada kamu sakit aku gantiin, ntar aku juga yang repot!" Terang Arfan berusaha menenangkan Layla.

"Bruk ..." Layla menendang Arfan hingga tersungkur dan terantuk lemari yang berada di belakangnya.

"Alah kamu cari-cari kesempatan kan!" Teriak Layla lalu segera menutup tubuhnya kembali dengan selimut. Kembali ia mengintip ke dalam tubuhnya yang berada di balik selimut lalu menggeleng, menyakinkan bahwa ia masih virgin.

"Kamu pasti udah pegang-pegang dan melihat aset berhargaku kan?" Kini wajah Layla tampak pias memerah antara marah dan malu berbaur menjadi satu.

"Dasar ya otak kamu itu mikirnya nggak pernah beres, ngeres mulu." Arfan bangun dengan tertatih lalu mendekatkan wajahnya ke wajah Layla sambil memegangi punggungnya yang sakit karena benturan lemari yang cukup keras.

"Tapi lumayanlah aku menang banyak," bisik Arfan lalu ke luar dari kamar Layla sambil tersenyum dan bersiul memelodikan sebuah lagu.

Kini Arfan kembali ke ruang keluarga untuk melanjutkan acaranya menonton televisi yang tadi sempat terganggu. Rasanya, sangat menyenangkan karena memiliki mainan baru yang seru untuk ia dikerjai, ia tersenyum sendiri menonton acara televisi sambil memangku sebuah toples berisi kripik pisang, makanan kesukaannya sambil memikirkan cara menjahili Layla lagi.

"Arfan aku ingin bicara!" Layla berkacak pinggang di samping Arfan yang sedang asyik sendiri dengan acara tv.

"Hem ...," gumam Arfan dengan cuek tanpa menoleh ke arah Layla.

Karena kesal Layla langsung merebut remote tv lalu mematikannya, kemudian ia raih toples di pangkuan Arfan dengan marah. Arfan mendongak menatap wajah kesal Layla, tiba-tiba fokusnya terusik pada paha mulus di hadapannya, sungguh ini ujian berat bagi Arfan, tadi ia sudah mati-matian menahan hasrat dengan sekuat tenaga untuk tidak menyentuh tubuh polos Layla. Tentu saja Arfan laki-laki normal, apalagi perempuan yang berkacak pinggang di hadapannya adalah istri halalnya.

"Boleh nggak ya aku cicipi sedikit aja?" desis hatinya.

"Eh bodoh, katanya kamu nggak bakal tertarik sama ni gadis songong." Perang batin sedang berlangsung di hati Arfan.

Arfan menelan saliva dengan keras saat mengamati pakaian minim Layla. Gadis itu hanya mengenakan celana super pendek dan kaos ketat yang membentuk lekuk tubuhnya, menurut Arfan body Layla itu kurus tinggi seperti model catwalk tapi dibeberapa bagian cukup menonjol. Sedangkan ia lebih menyukai gadis dengan body penuh berisi.

"Apa lagi si La?" Arfan berusaha meraih remote televisi dari tangan Layla kembali.

"Aku mau bicara sebentar," jawab Layla sambil memanyunkan bibirnya dengan posisi tangan di belakang tubuh saat Arfan berusaha merebut remot tv.

"Ok, bicaralah!" KesalnArfan dengan tak bersemangat.

Baru sehari tinggal bersama Layla kepalanya sudah dibuat pusing apalagi ia mendapat cuti selama seminggu dari orang tuanya. Rasanya ia lebih senang bekerja dan berada di kantor daripada di apartemen bersama gadis bawel ini. Untung saja ia bisa menunda acara bulan madu yang sudah disiapkan oleh kedua orang tuanya. Kalau saja ia tidak ada alasan untuk menyelesaikan proyek di Bali pasti acara bulan madu itu adalah bulan madu paling mengerikan dalam hidupnya.

Contract Marriage (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang