Chapter 9

71 5 0
                                    

"Noval? Ngapain kamu di sini?" Tanya Layla masih membeku di tempat. Setahun sudah ia berusaha melupakan mantan kekasihnya itu sekarang dengan seenaknya kembali tanpa diundang.

"Ternyata aku hanya mampu menahan rindu padamu selama setahun," ucap Noval lalu mendekati Layla dengan seringai khas miliknya.

"Aku mau pulang, " jawab Layla sinis. Namun tak melepas tatapannya pada Noval.

"Aku ingin bicara sebentar denganmu, nanti aku yang ngantarin kamu pulang." Senyuman Noval mulai perlahan menghilang berganti ekspresi serius karena sambutan Layla yang tidak sehangat dulu saat mereka masih berpacaran. Noval akui ia memang yang salah karena memutuskan hubungan dengan Layla secara sepihak.

"Nggak ada yang perlu kita bicarakan lagi, semua udah berakhir setahun yang lalu dan itu juga karena maumu kan?" Balas Layla dingin, tak ingin mengulang lagi kisah cintanya bersama Noval apalagi sekarang statusnya sudah berubah. Ia tidak sendiri lagi, ia sudah menjadi keluarga Alfarizi meskipun hanya sementara.

"Please Layla!" Noval mencekal lengan Layla saat akan pergi lalu membawanya ke arah mobil yang terparkir di depan kampus,  kemudian memaksa Layla masuk ke dalam mobilnya.

***

Tit ... Layla menggesek kartu cadangan yang diberikan oleh Arfan untuk membuka kunci apartemen, ia lepas sepatu lalu meletakkan di rak dengan rapi setelah mengunci kembali pintu tersebut, ia berjalan gontai menuju kamarnya. Hari ini adalah hati terburuk bagi Layla, hatinya benar-benar kacau setelah pertemuannya dengan Noval.

"Dari mana saja kamu jam segini baru pulang?" Suara datar dan dingin terdengar dari ruang tengah yang ia lewati, Layla menoleh ke sumber suara, mengenali suara itu, suara yang beberapa hari ini sangat ia rindukan. Netranya menatap sesosok bayangan yang duduk bersandar pada punggung sofa sambil jemarinya memegang sebatang rokok, tampak kepulan asap putih mengelilinginya.

"Arfan?" panggil Layla lalu meletakkan tas ransel beserta kantong kresek yang ia bawa dengan sembarangan dan menghambur ke dalam pelukan Arfan.

"Kamu pulang nggak bilang-bilang, trus ngapain kamu ngerokok? setahuku kamu udah nggak ngerokok. Oya kamu sudah makan belum? Mau aku buatkan sesuatu?" Cecar Layla tanpa jeda dengan mata berbinar.

Cup ... Arfan membekap bibir Layla dengan bibirnya, hanya itu satu-satunya cara agar Layla berhenti bicara. Gadis di hadapannya tersebut selalu berisik, tapi mengapa justru setelah berpisah dengannya beberapa hari saja ia begitu merindukan ocehannya itu.

Buk ... "Dasar ya kamu ini selalu curi-curi kesempatan!" kesal Layla sambil memukul bahu Arfan dengan keras. Arfan tersenyum puas sekalipun dalam cahaya remang-remang ia bisa melihat semburat merah menyapu pipi Layla.

"Mau kucium lagi?" ancam Arfan dengan seringai jahil lalu mendekatkan wajahnya pada wajah Layla setelah mematikan putung rokoknya ke dalam asbak. Layla seketika membekap bibirnya dengan kedua tangan lalu menggelengkan kepala dengan cepat.

"Aku juga kangen banget sama kamu." Arfan menarik tubuh Layla, membawa ke dalam pelukan lalu mengecup keningnya cukup lama.

"Kangen gangguin kamu maksudnya," desis Arfan dengan tawa keras, segera Layla mendorong tubuh Arfan agar menjauh darinya dengan wajah cemberut.

"Ok. Good night," ucap Layla segera beranjak dari tempat duduknya hendak pergi. Namun Arfan menarik tubuh Layla kembali.

"Disini aja," ucap Arfan sambil memeluk erat Layla yang meronta-ronta. Tenaga Layla tak sebanding dengan tubuh Arfan yang besar, kini yang Layla lakukan hanya pasrah sembari menghirup aroma tubuh Arfan yang tanpa sadar sudah menjadi candu baginya.

Contract Marriage (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang